Kisah Terbelah Laut Nabi Musa itu Ilmiah

0
1087

 

Laut merupakan fasilitas multifungsional, kemanfaatan laut terimplementasi pada segala aspek. Mulai dari agama, komunikasi sosial, ekonomi, teknologi, dan ilmu pengetahuan.     Apabila membahas sejarah kelautan secara ilmu oseanografi umum yang dipelajari di universitas-universitas, ceritanya bermula dari para filsuf dan naturalis yang mengkaji laut dari daratan, perkembangan ilmu ini mulai pesat sejak adanya ekspedisi Chalenger pada abad ke-19 yang dirintis oleh C.W. Thomson (berkebangsaan Skotlandia) dan Murray (berkebangsaan Kanada). Mereka mulai mengamati gejala-gejala fisis dari laut seperti arus, gelombang, pasang-surut dan badai yang mengerakkan dan mempengaruhi rakit ketika di lautan. Selain itu, mereka pun mulai mempelajari biota di bawah laut. Setelah itu berangsur-angsur ilmu kelautan terus dikembangkan dan mulai dibentuk institusi-institusi khusus yang bergerak dan berfungsi dalam eksplorasi, eksploitasi dan pembudidayaan laut.

Penelaahan aspek agama adalah faktor yang sangat signifikan bagi keimanan seorang muslim, dalam hal ini dapat menancapkan akar aqidah menjadi semakin kuat dan erat.  Cepisan kata “laut” telah tertoyong dalam firman Allah SWT sejak 14 abad tempo lalu.  Dalam pengetahuan seorang muslim secara global dan umum laut identik dengan kisah para nabi seperti Nabi Nuh as. dan Musa as.  Wawasan kelautan yang ingin diinformasikan dalam al-Qur’an secara faktual dan esensinya tidak hanya sebatas menceritakan sejarah nabi-nabi. Namun ada pengetahuan ilmiah empirik yang sangat mencengangkan dan ini hanya dikhususkan bagi orang yang “berakal” dalam bahasa sastra al-Qur’an.

Berawal dari perkembangan iptek yang terus merangkak dengan perlahan hingga mampu berlari kencang sampai diluar estimasi akal primitif. Maka para ilmuan pun mulai terinspirasi untuk mempelajari fenomena-fenomena laut karena kemanfaatannya yang menggiurkan baik dari finansial maupun kemajuan teknologi.  Pada akhirnya ditemukanlah korelasi alamiah yang ilmiah antara penuturan al-Qur’an dengan fakta yang terjadi dari hasil riset. Rentetan penelusuran dan penemuan para ilmuan mencigap tabir keniscayaan bahwa al-Qur’an adalah firman Tuhan yang tidak dapat digugat oleh siapapun di seantaro alam ini.  Bahkan kemajuan sains dan teknolgi memang ditakdir untuk menyokong pembuktian kemewahan dan ke-spektakuler-an al-Qur’an.

Kita semua tentu sudah sering mendengar maupun membaca kisah nabi Allah Musa as. Dalam al-Qur’an al-Karim kisah nabi Musa as menjadi kisah yang sangat fenomenal. Beberapa kisah yang diabadikan dalam al-Qur’an adalah tatkala penyerangan fira’un durjana serentak dengan ribuan serdadunya yang elit dan kuat. Tertuturlah dalam firman-Nya yang suci pada surat al-Baqarah ayat 50:

“Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.” (Q.S al-Baqarah: 50)

Jelas dan terang dengan kita sekarang, tidak ada satu pun yang dapat melindungi kita jika Allah berkehendak memberikan mudharat atas hamba-Nya dan tidak pula ada  manusia yang mampu memberikan mudharat atas insan terpilih jika Allah telah menitahkan perlindungan bagi dirinya. Allah menunjukkan kekuasaan-Nya bagi umat Muhammad saw yang mau mengambil pelajaran dan ingin mencari kebenaran.

Tidak dapat dipungkiri lagi kebenaran sejarah fantastik terbelahnya laut yang berlangsung pada dimensi peradaban nabi Musa as.  Pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi kian hari semakin menunjukkan perkembangan yang sehat, kuat, cepat dan terus melesat. Satu persatu paradigma kolot yang berbau mistik dan alam non fisik pun mulai meluruh bahkan rontok meninggalkan cabang-cabang akal manusia, akar disiplin ilmu yang berbau ke alam tidak kasat mata mengalami sinkronisasi dengan rumus-rumus empirik para ilmuan, lambat laun mulai menancapkan tunggangnya ke ulu brain wave  (gelombang otak) setiap masyarakat pribumi saat ini. Teori kuantum yang diperkenalkan oleh fisikawan teoritik tempo lalu seperti Bohr, Schrödinger, Heisenberg, Becquerel, dan Einsten berkolaborasi dengan prinsip-prinsip oseanologi terkini, mampu mendobrak jendela ke-jadul-an alur pikir umat-umat kafir terdahulu yang menduga dan menjastifikasi bahwa al-Qur’an dan apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw itu adalah dongengan belaka.

Sekarang kita mulai penjelasan praktis dan ilmiah itu dari ayat cinta Allah pada surat Thohaa ayat 77:

Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: “Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam).”(Q.S Thohaa: 77)

Membuat jalan yang kering di dalam laut itu ialah memukul laut itu dengan tongkat. Nabi Musa as telah menjalarkan sebuah energi seismik melalui tongkatnya dengan skala sekian richter ke dalam lapisan litosfer bumi yang diteruskan ke lantai samudra. Gelombang seismik ini akan mempengaruhi posisi lempeng bumi, ada yang mengalami konveksi dan divergensi (dalam dikaji dalam ilmu oseanografi). Koheren dengan teori sel konveksi dalam rumusan lempeng tektonik, seismologi.  Jauh di dalam inti bumi telah terjadi peluruhan bebatuan melalui radioaktifitas yang menghasilkan energi luar biasa besarnya. Energi ini dijadikan oleh inti untuk memanaskan batuan di atasnya sehingga membentuk lapisan plastis atau sebagai mantel cair yang mengelilingi inti bumi. Karena adannya desakan batuan baru dari atas biasanya dari peristiwa pelepasan eneri gempa bumi maka cairan atau magma tersebut mencuar ke atas permukaan. Namun karena berkurangnya suhu seiring dengan aliran yang semakin ke permukaan bumi maka akan terbentuklah punggung samudra atau batuan yang baru.

 

musa

 

Seperti terlihat pada gambar di atas, fenomena siklus yang sedemikian, biasanya berlangsung ribuan tahun. Namun jika Allah berkehendak dalam sekejap mata pun dapat terealisasi. Tentunya anda sudah mulai bisa membaca makna dari uraian sebelumnya. Energi yang dilepaskan oleh tongkat nabi Musa telah menstimulus air laut surut karena permukaannya yang semakin tinggi akibat pembentukan batuan baru. Barulah setelah nabi Musa dan kaumnya (Bani Israil) menyeberangi laut, air kembali kepada keadaan normal efek pergeseran lempeng ke arah yang lain dari energi seismik yang tersisa. Gejala alam seperti pergeseran lempeng (lantai samudra) memang pada umumnya hanya berlangsung  dalam  kurun waktu yang relatif lama. Tentu saja, sepertinya Allah telah menunjukkan jalur yang akan dilalui oleh nabi Musa as tepat pada waktu gejala alam itu akan terjadi dan jalur ini sudah dirancang sejak tempo abad yang silam, sehingga ketika tiba masanya hanya dengan sedikit getaran saja dapat memicu bangkitnya fenomena seperti paparan di atas. Allahu’alam Bishowab. Jika anda ingin mengetahui kebenarannya, peristiwa ini juga sudah pernah terjadi di jepang pada abad 19 ini (silahkan cek di internet).

 

Allah swt secara tersirat telah membuktikan bahwa kitab yang diturunkan kepada nabi Agung yang buta huruf itu  tidaklah dongengan orang terdahulu dan bukan pula mantra-mantra sihir, ia adalah petunjuk, pembeda, cahaya dan obat bagi umat mukmin. Sekali lagi ditegaskan dalam ayat-Nya:

 

“Maka Kami hukumlah Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim.” (Q.S: al-Qashas: 40)

 

Murka Allah swt jatuh pada diri-diri yang angkuh, pongah, dan penuh kesombongan. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menghisab diri sudah seberapa jauh kita mengenal Allah swt, ketahuilah jika hati itu sadar akan kebesaran Tuhannya pastilah ia merasa kecil lagi hina di hadapan Allah swt. Dengan seperti ini tekuraslah korosi-korosi kesombongan yang menempel di kebeningan hati manusia. Dekatilah al-Qur’aan yang penuh ketakjuban , sesekali tidak ada salah menelaah maknanya agar semakin tumpah ruahlah keyakinan kita kepada Tuhan yang Maha Indah. Fastabiqul khairat….!

 

Oleh: Sulastriya Ningsi, mahasiswa MIPA/Fisika Universitas Andalas

 

Tinggalkan Balasan