Mengikat Makna dan Hakikat Cinta

0
370

Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga (baca: syair lagu Rhoma Irama). Di masa remaja, cinta dilukiskan bagai air putih jernih yang akan siap dihisap kala seseorang kehausan. Puas rasanya, tenang, nan bahagia tiada tara. Cinta adalah kebahagian yang meluap-luap bak angin segar di tengah kesejukan salju.

Namun, menurutku cinta itu relatif. Terkadang pahit pekat menyengat indra pencium tak ubahnya ramuan jamu tradisional si Nyonya Menir. Sementara cinta yang indah mempesona, amat pas ditafsiri dengan lika-liku curahan kasih sayang manusia kepada orang lain atau kepada makluk-makhluk lainnya dengan penuh kebahagiaan yang banyak menguntungkan. Cinta ini menyejukkan jiwa. Cinta baginya dilahirkan hanya untuk dinikmati, dihayati bukan untuk dipaksakan.

Berbicara “cinta” amat menarik. Banyak sekali orang memaknai cinta dengan makna dan penafsiran yang berbeda. Cinta kadangkala diartikan dengan satu kata yang kian tumbuh bagai bak ukiran kanvas halus, tergores lembut menyapa rentang selaksa menyapa. Biru embunnya akan selalu mengalir deras—sejuk dalam rerantingan pohon di taman bunga kala merekah bersemi. Inilah cinta sejati.

Ada lagi yang mengatakan, bahwa yang dinamakan “cinta” adalah luapan rindu dan kasih sayang seseorang yang tak pernah lapuk oleh zaman dan problema. Inilah cinta yang abadi sepanjang zaman, bisa pupus hilang sampai ajal tiba mencerabutnya. Sungguh besar magnet cinta mampu menarik hati si empunya.

Selanjutnya hakikat cinta. Apakah buah cinta itu ? Bisakah pengalaman anda mampu menjawabnya ? pastinya sebagai sang pendekar cinta, harus sensitif tentang hal-hal yang seperti ini. Bahwa hakikat cinta adalah saling memberi kasih dan sayang di antara kedua belah pihak secara tulus: “hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia”. Dunia milik dua orang. Akan tetapi hakikat cinta bukan itu. Hakikat cinta adalah penghubung jiwa-jiwa (ruh dan jiwa) manusia yang beraneka ragam corak dan warna. Dengan aneka corak dan warna itulah, cintanya akan lebih bersikap bijak daripada sebelumnya yang tidak sama sekali.

Menurutku hakikat cinta tergantung orang yang menjalaninya, nasibnya tergantung tekad dua jiwa bagai si raja dan si ratu di istana, diniati baik akan baik, diniati jelek imbasnyapun juga jelek. Singkatnya puncak cinta bermuara pada bayangan indah yang terhujam kokoh dalam satu tekad antara dua belah jiwa yang saling menyatu. Cinta adalah selaksa kasih yang saling mengisi keindahan, terpatri dalam hati sanubari tanpa menambah pasangan menjadi dua, tiga atau empat, karena itu akan menimbulkan “cemburu buta”. Namun bagi yang mampu adil dalam hidup bersama la-ba’-sa, please. Why not…! itu keuntungan bagi cowok.

Walhasil, atas nama “Cinta”. Renungkanlah cinta anda, bagaimana anda berlaku baik, bijak dan tetap setia pada pasangan anda. Jagalah nama baik anda dan pasangan anda dari fitnah karena jika tidak, maka akan membuyarkan cinta anda. Kemudian, jika ”cinta” anda sudah kokoh, silahkan petakan ilustrasi hubungan masa depan anda menuju jalan yang mulus: untuk itu, jangan sia-siakan waktu hindari cinta yang berlabel nafsu, karena itu akan membuat buram masa depan cerah anda. Kuatkan hati, cerahkan pikiran, raihlah “cinta” sekaligus cita-cita (Ojo lali).OK

Oleh : Ahmad Mu’takif Billah

Tinggalkan Balasan