Faktor Terpenting Dunia Pendidikan

0
663

Kesuksesan dan kegagalan siswa menjadi tolak ukur kualitas seorang guru. Keberhasilan siswa juga keberhasilan guru, sebaliknya kegagalan siswa juga menjadi indikator kegagalannya. Namun ungkapan ini tak sepenuhnya diterima oleh kalangan guru, mereka berkilah sudah melaksanakan kewajibannya dengan maksimal tapi siswalah yang tak sungguh-sungguh belajar atau tidak lebih disebabkan oleh kompetensi siswa yang lemah.

070511 cangkringan (62)

Peneliti dari world bank,  Susiana Iskandar mengungkapkan guru merupakan faktor terpenting dalam dunia pendidikan. Sayangnya banyak guru yang belum memiliki kemampuan interaksi yang baik.

“Kemajuan siswa sangat ditentukan oleh guru yang efektif,” ujar Susi. Oleh karena itu, kata dia, guru melakukan upaya semaksimal mungkin dalam membina anak didiknya.

Susi menjelaskan, terdapat tiga hal yang perlu diteliti untuk melihat kualitas seorang guru. Ketiga hal itu, kata dia, yakni kemampuan interaksi, pengetahuan guru, dan metode mengajar.

Peneliti ini juga mengaku telah melakukan penelitian di sejumlah sekolah pada kegiatan belajar mengajarnya. Menurutnya, sebagian guru tampak belum memiliki kemampuan interaksi yang baik.

Dia berpendapat, interaksi mereka kurang mendalam dan tidak sungguh-sungguh. “Padahal interaksi itu penting untuk dilakukan,” ujar Susi.

Ia mengungkapkan, hal ini terbukti saat melakukan sesi tanya jawab dengan siswa. Menurutnya, kemampuan guru membuat pertanyaan kepada siswa sangat kurang. Ia mengatakan, siswa hanya merespon jawaban dengan satu kata saja.

Kemudian, kata Susi, pengetahuan guru juga tampaknya kurang mendalam. Ia juga menjelaskan cara mengenali guru yang pengetahuannnya bagus dan tidak.

Menurutnya, guru yang berkualitas dan memiliki pengetahuan yang bagus akan menggunakan berbagai praktik mengajar yang bervariasi. Kemudian, lanjut dia, kesalahannya sedikit dan selalu membuat siswa lebih banyak latihan. Selain itu, tambahnya, pemakaian bahasa mereka juga lebih akurat dan ringkas.

Pada aspek metode, Susi menyatakan, sebagian guru lebih menguasai metode pemaparan. Menurutnya, sekitar 61 persen guru menggunakan metode eksposisi ini.

Padahal, menurutnya, metode investigasi dan inquiri lebih tepat dilakukan. “Sejauh ini hanya satu persen yang menggunakan metode investigasi”.

Sumber : Serambimata

Tinggalkan Balasan