ULAMA UNIK dan LANGKA

0
474

Muktamar NU, di Yogyakarta, 1989. Kiai Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh رحمه الله dengan penampilannya yang (sangat) sederhana mau memasuki gedung acara. Beliau, seperti biasa, datang tepat waktu bahkan sebelum acara dimulai.Sebelumnya, Banser yang menjadi penjaga gedung telah dikasih kabar kalau Kiai Sahal Mahfudh رحمه الله bakal rawuh. Dalam bayangan Banser yang sama sekali belum pernah bertemu Sosok Sang Maestro Fiqh Sosial NU itu, Kiai Sahal Mahfudh رحمه الله adalah sosok kiai yang gagah, dikawal pendereknya, dan memakai sorban melilit kepala.

hqdefault
Begitu Kiai Sahal Mahfudh رحمه الله rawuh dengan penampilannya yang bersahaja, Banser curiga, ini jelas tak sesuai ekspektasi dan bayangan mereka.
“Bapak siapa?” Tanya si Banser
Beliau menjawab “Saya Sahal.”
Si Banser menatap lekat-lekat pria di depannya, dari ujung kaki hingga pucuk kepala. Kesimpulannya, pria di depannya ini bukan Kiai Sahal Mahfudh رحمه الله . Wong kiai kok penampilannya nggak meyakinkan begitu.
“Oh, jadi begini pak. Mungkin bapak bisa nunggu di luar gedung dulu ya pak…” si Banser ini bermaksud mengusir Kiai Sahal dengan halus.
Di dalam gedung, panitia ketar-ketir menunggu Kiai Sahal Mahfudh رحمه الله yang nggak juga tiba. Salah seorang panitia akhirnya bertanya ke Banser “Apakah ada pria bernama Sahal رحمه الله mau masuk….???”. “Ya, kang. Ada, tadi. Orang biasa saja. Kayaknya bukan kiai. Wong nggak pakai sorban di kepalanya gitu.” Jawab si Banser dengan tegas.
“Aduh, mati aku.” sahut panitia yang langsung melesat mencari Kiai Sahal Mahfudh رحمه الله di sekitar gedung dan menemukannya duduk santai bersama penjual dawet!
“Lha wong tadi nggak boleh masuk sama Banser dan diminta nunggu di sekitar gedung, ya wis. Saya manut sama Banser.” jawab Kiai Sahal sambil tersenyum.
Aahhhh….. Agung sekali Akhlakmu Yaa Syakh Mahfudh رحمه الله
اللهم اغفر له وارحمه واسكنه فسيح جناتك يا رب العالمين

Sumber : Santri.Net

Tinggalkan Balasan