Santri dan Tekhnologi

0
311

Robot, karya manusia yang dapat dikatakan super cangih kini sudah dapat dikembangkan oleh anak sekolah. Bahkan tidak hanya anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) saja yang kini sudah mendapat pembinaan tentang robot, namun sebagian Madrasah Aliyah dan para santri juga sudah dibekali ilmu perobotan.

robot-laptop-301l2y8xy91xf2ihkx9tsa

Pembinaan ini merupakan program dari Bina Inovasi Bisnis dan Ventura (BIBV) Institue Teknologi Surabaya (ITS) Sepuluh November Surabaya. “Program kami bernama Prodistik atau Program Pendidikan Terapan Bidang Teknologi Informasi. Kami mendidik santri atau siswa madrasah untuk menguasai bidang-bidang itu selama lima semester,” Ujar Dr. Hozairi, salah seorang pembina program BIBV. Yang dimaksud dengan bidang-bidang itu antara lain meliputi ilmu tentang robot, desain grafis dan pembuatan film pendek. Dr.Hozairi bersama 3 rekannya pada progam pordistik memegang zona 5, yang meliputi Situbondo, Jember dan Lumajang.

Dr. Zohairi mengatakan bahwa disetiap Kabuaten, dipilih satu Madrasah atau pesantren yang dikira memiliki keseriusan dan kesungguhan dalam menyambut progam dari Lembaga Penelitian Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) ITS yang membawahi BIBV tersebut. Kemudian Madrasah atau pesantren yang terpilih akan diajari tentang ilmu robot, desain grafis serta pembuatan film pendek. Namun tidak semua kelas yang dididik, tim prodistik hanya memilih kelas satu sebagai obyek. Karena program yang membutuhkan waktu 5 semester atau 2,5 tahun untuk merampungkannya tersebut, dikira kurang cocok untuk diajarkan di kelas dua atau tiga, yang hanya memiliki waktu kurang dari 5 semester. Sedangkan waktu pelatihannya, para siswa hanya diminta 2 kali dalam sepekan.

“Kami sebagai fasilitator dan pendamping datang ke sekolah itu. Setiap pertemuan berlangsung selama dua jam dan di akhir semester ada ujian tugas akhir. Sehingga lulsan prodistik ini begitu lulus dari madrasah aliyah langsung memiliki sertifikat setara Diploma1,” imbuhnya.

ITS memilih madrasah sebagai obyek bukan berarti tanpa sebab atua mengesampingkan sekolah kejuruan yang seharusnya lebih layak mendapat prodistik. Mereka bertindak berdasar survei, yakni anak-nak madrasah atau pesantren sebanyak 60 persen melanjutkan kuliah dan selebihnya berhenti dari dunia penididikan formal, dalam arti tidak melanjutkan kejenjang yanglebih tinggi. Karena itu bagi mereka yang cukup dengan Madrasah Aliyah sudah memiliki bekal untuk masuk di dunia kerja. Sedangkan bagi sekolah kejuruan dikira sudah cukup fokus dalam dunianya.

Dr. Hozairi juga menjelaskan, bahwa selama tiga tahun berjalan, prodistik sudah mengeluarkan sepuluh ribu sertifikat bagi angkatan pertamayang berasal dari 18 Madrasah dan pesantren yang dibina sejak 2012.

Sumber : MoslemForAll

Tinggalkan Balasan