Cerita Gus Dur dan Habib Hamid Sokaraja di Dalam Istana Negara

0
1609

12991064_992904474133558_8108469176765924676_n-31ah98cvc26mp2ezh24mbu

KH. Abdurrahman Wahid semasa menjabat Presiden RI ke-4, beliau bersilaturrahim ke Habib Hamid Sokaraja (Purwokerto). Dan Gus Dur, mengabadikan nama Habib Hamid Sukareja dalam tulisannya di buku kumpulan Kolom dan Artikel Abdurrahman Wahid Selama Era Lengser.

Kedatangan Presiden KH. Abdurrahman Wahid di kediaman Habib Hamid bin Hanafi bin Yahya bin Salim (85) di wilayah RT 03/RW I Kauman, Sokaraja Tengah, Banyumas, Kamis (31/8) disambut hangat oleh tuan rumah, Habib Hamid dan keluarganya serta seluruh warga masyarakat Banyumas.

Ketika bertemu langsung salah satu gurunya itu, Gus Dur sempat menangis haru. Gus Dur juga mohon kepada Habib Hamid untuk ikut mendoakan negeri ini agar tetap utuh dan terhindar dari ontran-ontran yang ingin memecah belah persatuan.

Gus Dur bersama rombongan tiba di rumah Habib Hamid pukul 14.35 WIB. Selama kurang lebih 25 menit Gus Dur berada di rumah sederhana yang masih dalam tahap renovasi itu. Ketika menerima Gus Dur, Habib Hamid yang sudah sulit diajak bicara karena usianya yang lanjut, mengenakan pakaian krem dan sarung warna gelap serta dipadu kopiah warna hitam.

Pertemuan di kediaman Habib Hamid berlangsung akrab. Hadir Mendiknas Yahya Muhaimin, Gubernur Jateng Mardiyanto, Bupati Banyumas Aris Setiono, Aris Juneidi (penghubung Gus Dur dengan Habib Hamid), Umar Wahid (adik Gus Dur), dan kerabat dekat Habib Hamid.

Ikut mendampingi Habib Hamid, istrinya Syarifah Hamid, KH. Abdurrahman Hasan selaku juru bicara Habib Hamid, dan sejumlah ulama se-Banyumas. “Tidak banyak yang dibicarakan antara Gus Dur dengan Habib Hamid. Ya sekadar silaturahmi dan kangen-kangenan, karena sudah lama tidak bertemu,” ujar KH. Abdurrahman Hasan selaku juru bicara Habib Hamid kepada wartawan seusai bertemu Gus Dur.

Kunjungan Habib Hamid ke Istana Merdeka

Habib Hamid hingga usia di atas 60 tahun belum kawin karena ia membaktikan diri secara total kepada ibunya. Orang asketik (wira’i) ini senantiasa tidur di lantai di samping tempat tidur ibunya, untuk menjaga dan menghormati sang ibu. Baru setelah ibunya meninggal dunia, Habib Hamid kawin dengan seorang syarifah.

Pada masa pra-pernikahannya itu, seperti kebiasaannya untuk tidak mau melalui jalan beraspal, melainkan jalan berumput di pinggiran tanpa menggunakan alas kaki. Bahkan, keanehan-keanehan itu tidak terhenti setelah ia kawin, seperti banyak diceritakan orang. Ia tetap pada kebiasaan hanya berkomunikasi bebas dengan isterinya, serta salah seorang pembantunya, Hasan atau Kiai Abdul Ghani. Yang disampaikannya hanyalah kiasan-kiasan belaka, atau ayat-ayat al-Quran.Jelas dari penyampaian itu, bahwa hal-hal atau ayat-ayat yang disampaikannya itu datang dari “sana”. Tampak jelas, ia hanya bertindak sebagai medium belaka.

Pada waktu mengunjungi Presiden ke-4 KH. Abdurrahman Wahid di Istana Merdeka, ia tidak mau masuk ke dalam dan hanya mau duduk di atas kursi yang dibawa ke luar pintu istana. Dari sikap itu, Gus Dur meyakini Habib Hamid melihat sesuatu di dalam istana, yang tidak tampak oleh dirinya. Apakah arti sikap tersebut, bagi Gus Dur tidaklah penting, tidak merupakan sesuatu yang harus diyakini.

Ada dua buah ayat al-Quran yang disampaikan oleh pembantunya, Hasan, kepada Gus Dur. Yang pertama, ayat al-Quran yang menunjukkan keberanian Nabi Musa As. untuk menempuh jalan kering menyebrangi laut merah yang dipukulnya dengan tongkat, tanpa memperdulikan mereka yang mengejar. Mereka itu kemudian menyebrangi jalan yang sama yang bertaut kembali setelah Nabi Musa sampai di seberang, dan dengan demikian air laut yang bertaut itu mengubur Fir’aun/Pharaoh dalam perjalanan itu.

“Ini adalah contoh keberanian yang penulis simpulkan dari perintah Habib Hamid tersebut. Ayat kedua dari beliau adalah pernyataan orang banyak agar tidak mendengar atau percaya fitnahan-fitnahan dan dusta yang dibuat berbagai pihak untuk mendiskreditkan penulis,” tulis Gus Dur.

(Diolah dari: gusdur.net dan KBGD. Kisah selanjutnya dan koleksi foto-foto Gus Dur bersama Guru Ijai/Tuan Guru KH. Zaini Abdul Ghani Sekumpul Martapura Banjar Kalsel bisa dilihat di SarungNu.com danIlmuTasawuf.com/fpkumpulanfotoulama dan habaib).

Sumber : Moslem for all

Tinggalkan Balasan