Kisah Nabi Musa dan Raja Firaun

22
343


Jakarta, Muslimedianews ~ Nabi Musa dilahirkan di Mesir. Kala itu negeri tersebut diperintah oleh raja yang sangat angkuh, sombong, kejam dan mengaku bahwa dirinya adalah Tuhan. Semua rakyat takut dan tunduk kepada raja tersebut. Tidak ada yang berani membangkang perintahnya. Ia tak segan menyakiti bahkan membunuh orang yang menentangnya. Ya, dia adalah raja Firaun.
Saat negeri Mesir dipegang oleh Nabi Yusuf dan Nabi Ayyub, kehidupan amatlah sejahtera. Namun, semenjak kedatangan Bani Israil dan negeri tersebut beralih kuasa kepada Firaun, banyak dari penduduk Mesir merindukan zaman Nabi Yusuf. Tetapi mereka yakin bahwa suatu saat kelak akan datang orang seperti Nabi Yusuf.
Sosok yang Ditunggu
Orang-orang hebat kala itu, termasuk peramal membicarakan tentang sosok leleki yang akan meruntuhkan kekuasaan Firaun. Merasa khawatir dan takut akan kekuasaannya, maka Firaun memerintahkan kepada semua pengawalnya agar membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir. Saat seperti itulah, Nabi Musa dilahirkan.
Seorang ibu, Yokabid, takut dan khawatir akan bayi laki-laki yang dilahirkannya. Ia tak mau bayinya dibunuh. Ia adalah seorang yang beriman kepada Allah dan percaya bahwa Allah akan menolong bayinya. Hingga suatu hari ia menerima perintah Allah untuk membuat Tabut (kotak) kecil. Yokabid harus meletakkan bayinya di tabut tersebut dan menghanyutkannya ke sungai Nil. Meski takut dan khawatir, tapi ia yakin akan pertolongan Allah dan pasti bayinya akan diselamatkan-Nya.
Saat cemas dan khawatir terus melanda, Yokabid selalu berdoa untuk keselamatan bayinya. Allah menepati janji-Nya. Bayi itu selamat dan ditemukan oleh Asiah, istri Firaun. Saat itu, ia sedang duduk di pinggiran sungai Nil dan melihat sebuah tabut dan mendengar bayi menangis. Segera ia memerintahkan pengawalnya untuk mengambilnya dan membawa pulang ke istana.
Bertemu Sang Anak
Firaun mengetahui istrinya menemukan bayi laki-laki. Ia ingin membunuhnya. Namun istrinya begitu sayang dan cinta terhadap bayi yang ia temukan. Ia memeluk erat bayi tersebut untuk melindunginya. Firaun luluh dan berpikir untuk menyenangkan istrinya. Ia tak jadi membunuh bayi tersebut. 
Asiah merawat dan menjaga bayi tersebut. Ia kebingungan saat bayi itu terus menangis. Ia mengumpulkan ibu-ibu yang memiliki anak guna menyusui bayinya juga. Yokabid yang terus menunggu dan berharap keselamatn bayinya menguus anaknya perempuan untuk mencari adiknya. Saat ia mendengar dan melihat kejadian di pelataran istana Firaun, segera ia menghampirinya.
Anak perempuan Yokabid tahu itu adalah Musa adiknya. Ia berpura-pura tidak tahu dan menawarkan orang yang tepat untuk menyusui dan merawat bayi itu. Asiah menyuruhnya cepat membawakan orang yang ia janjikan. Ia segera pulang dan menjemput ibunya. Yokabid pun berpura-pura tak mengenali bayi itu. Ketika dipangkuannya dan disusui, bayi tersebut tenang. Maka Asiah pun meminta Yokabid untuk merawat dan menyusui bayinya. Yokabid mengasuh dan merawat bayi itu di rumahnya bersama Harun yang merupakan saudara bayi itu.
Sosok Itu Adalah Musa
Saat telah selesai dalam masa anak-anak, bayi itu tumbuh sebagai sosok pemuda bertubuh kekar nan kuat. Lalu ia kembali ke istana Firaun. Selain kuat, ia juga adalah sosok pemuda pemberani dan baik hati. Ia tak suka melihat penindasan. Ia juga tak suka dengan pakaian mewah ala kerajaan. Bahkan ia menentang kekejaman dan penindasan yang diperintah oleh Firaun. Bayi itulah sosok yang akan meruntuhkan kekuasaan Firaun. Ia adalah Nabi Musa, utusan Allah untuk mengakhiri kekejaman Firaun.
Firaun bersekongkol dengan pembesar-pemsesar negeri. Ia memusuhi dan sangt membenci Musa. Mereka hendak menghancurkan Musa. Mendengar desas-desus tersebut, Musa memtuskan untuk lari. Ia kabur ke sebuah negeri tempat Nabi Syu’aib tinggal, Madyan. 
Kembali ke Mesir
Setelah Musa melunasi janjian dan kesepakatan dengan Nabi Syu’aib, ia memutuskan untuk pulang. Ia pulang ke negerinya bersama istrinya, anak Nbai Syu’aib. Di perjalanan, ia bertemu Allah dan diberikan beberapa mukjizat untuk menghadapi Firaun. Tongkat yang bisa berubah menjadi ular raksasa dan juga telapak tangan bercahaya.
Saat telah sampai di negeri Mesir, ia menghadap Firaun. Musa tak sendiri, ia ditemani saudaranya Harun yang lebih pandai berbicara. Perdebatan terjadi dan Musa menunjukkan kekuasaan Allah melalui mukjizat yang diberikan kepadanya. Firaun ketakutan dan mulai goyah. Ia menantang Musa untuk bertanding dengan ahli sihir di negeri itu.
Hari yang telah ditentukan tiba. Para penyihir datang sangat banyak untuk mengalahkan Musa. Namun, ternyata mereka kalah dan menyatakan beriman terhadap ajaran Musa. Melihat hal tersebut, geramlah Firaun. Ia mengajak rakyatnya yang tunduk padanya untuk menghancurkan dan mencegah orang-orang Musa.
Membelah Lautan
Kejar-kejaran antara Musa dan Firaun terjadi. Seluruh pengikut Musa lari ketakutan dan mengikuti Musa. Mereka menjerit, berdoa dan berharap Allah menyelamatkan mereka. Pasukan Firaun berarak-arakan menyerbu Musa beserta pengikutnya. Sampai di pinggiran lautan, kebengisan nampak di raut Firaun dan pasukannya.
Saat-saat genting seperti itu, Jibril datang dan berkata agar Musa memukulkan tongkatnya ke laut. Hal menakjubkan terjadi saat Musa memukulkan tongkatnya di laut. Laut terbelah dan menjadikan jalan untuk Musa beserta pengikutnya lari dari kejaran Firaun.
Firaun dan pasukannya telah tiba di pinggir lautan. Mereka juga melihat pemandangan yang amat menakjubkan. Meski begitu, mereka tetap tak percaya akan Allah dan mengejar Musa serta pengikutnya yang telah lari melewati lautan. 
Ketika Musa dan pengikutnya sampai di tepi lautan sisi lain, mereka melihat Firaun dan bala tentara mengejar melewati jalan yang mereka lewati. Tapi, Allah berkehendak lain terhadap Firaun dan bala tentara kafirnya. Laut yang terbelah, mulai menutup. Ombak dari sisi kanan dan kiri menghantam Firaun dan pasukannya.
Mereka tenggelam tertelan ombak. Mngapung dan meminum ar lautan sangat banyak. Allah membinasakan mereka yang kafir dan menyelamatkan yang beriman. Firaun tewas beserta bala tentara. Orang-orang beriman sampai ke pantai yang tenang. Mayat Firaun dijadikan Mumi oleh orang-orang Mesir. Mereka membawanya ke lembah raja-raja dan menguburkan dalamsebuah kuburan batu.

Diceritakan ulang oleh Danny Setiawan Ramadhan dari buku “The Greatest Stories of Al-Qur’an” karya Syekh Kamal As Sayyid

google_ad_client = “ca-pub-4649100839183457”; google_ad_slot = “1563105255”; google_ad_width = 336; google_ad_height = 280;

Tinggalkan Balasan