Setiap manusia tidak akan terlepas dari yang nama persoalan hidup. Selama dia masih hidup, persoalan itu akan silih berganti menghampiri. Bahkan Nabi pun yang sudah termasuk manusia pilihan tidak akan terlepas dari permasalahan selama hidupnya. Misalnya Nabi Muhammad saw, kita bisa mengetahui dari sejarah bagaimana permasalahan hidup yang menghampiri beliau sejak beliau masih kecil. Beliau belum lahir, sang Ayah sudah meninggal dengan tanpa menyisakan harta. Ketika beliau masih butuh kasih sayang sang Ibu, ternyata sang Ibu juga meninggal saat beliau masih berumur 2 tahun. Lalu kemudian disusul sang kakek. Dan keluarga bukan keluarga kaya, sehingga menjadi maklum di saat seharusnya beliau bisa bermain bebas, sudah harus mengembala kambing milik orang lain. Praktis sejak beliau masih kecil masalah itu silih berganti berdatangan.
Ketika beliau sudah diangkat menjadi utusan Allah, permasalahan pun bukan pas lantas hilang. Akan tetapi tetap berdatangan, bahkan lebih besar. Kita bisa tahu bagaimana tanggapan orang Quraisy ketika nabi berdakwah untuk menyampaikan risalahnya. Nabi tidak mudah menyampaikan dakwah itu, hinaan, cacian dan lain sebagainya biasa beliau dapatkan dari orang-orang kafir. Hingga akhirnya beliau hijrah ke Madinah.
Begitulah sedikit gambaran tentang bagaimana manusia akan selalu berhadapan dengan masalah. Semakin besar pangkat atau kenikmatan yang diberikan oleh Allah, maka semakin besar pula masalah yang akan dihadapi. Kata pepatah, “Ketika pohon makin besar, maka angin yang menerpanya juga makin besar”. Dan melalui permasalahan itulah nantinya akan diketahui siapa yang tangguh dan tidak.
Sekarang, bagaimanakah cara ketika menghadapi masalah?. Apa yang harus dilalukan?.
Tentu secara umum, setiap masalah akan berbeda cara pemecahannya, misalnya penghasilan tidak lancar, ada seseorang yang terus mengintimidasi dan lain sebagainya. Tapi di balik itu, sesungguhnya yang juga menjadi penting, sebagai manusia yang mengakui adanya Tuhan, maka ketika menghadapi masalah kita tidak hanya cukup dengan menggunakan tenaga atau pikiran untuk memecahkannya. Akan tetapi juga mengadu kepada Allah. Berkeluh kesah pada Allah semoga permasalahan yang dihadapi bisa dihadapi dengan baik.
Dalam hal ini nabi bersabda,
مَنْ كَانَتْ لَهُ إِلَى اللَّهِ حَاجَةٌ أَوْ إِلَى أَحَدٍ مِنْ بَنِي آدَمَ فَلْيَتَوَضَّأْ فَلْيُحْسِنْ الْوُضُوءَ ثُمَّ لِيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ
“Barangsiapa punya hajat pada Allah atau pada seseorang, maka berwudhu’lah dan perbagus wudhu’nya kemudian shalat dua rakaat”
Secara jelas, hadits ini memberi petunjuk ada kita sebagai seorang muslim untuk mengadu kepada Allah ketika ada hajat atau persoalan yang ingin diselesaikan.
Secara lengkap caranya begini,
- Shalat sunnah dua rakaat kemudian berdoa dengan doa berikut
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ وَشَفَعَنِي فيِ نَفْسِيْ
Keterangan: setelah kata حَاجَتِي هَذِهِ sebutkan apa hajat yang diinginkan kemudian lajutkan dengan doa selanjutnya itu.
- Shalat sunnah lagi dua rakaat kemudian berdoa dengan doa berikut,
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ سُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ لَا تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ وَلَا هَمًّا إِلَّا فَرَّجْتَهُ وَلَا حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا إِلَّا قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
Demikianlah yang Allah ajarkan kepada kita melalui nabinya ketika mempunyai hajat. Sehingga kita tidak hanya mengadu kepada sesame manusia untuk mencari solusi, apalagi kalau sampai mengadu pada jin dan lain sebagainya. Kita harus mengadu dan memohon pada Sang Maha Pengatur, Yaitu Allah swt.
Sumber Gambar: titipan-si-anggerik.blogspot.comk