Allah Menghendaki Pluralitas Agama

0
1169

Apakah kita masih gerah karena banyak orang yang tidak memeluk agama Islam?. Apakah kita masih emoh berhubungan dengan non muslim?. Apakah kita berharap mereka semua beriman?. Apakah kita tetap ngotot agar mereka berkeyakinan seperti apa yang kita yakini. Mari perhatikan ayat berikut,

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآَمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ

“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang beriman semuanya”[1] (QS: Yunus: 99)

Segala sesuatu yang terjadi pasti akan sesuai dengan kehendak Allah. Begitu juga dalam masalah keyakinan, sejak awal Allah memang tidak berkehendak menjadikan manusia semua beriman kepadanya. Terbukti masih banyak yang orang tidak beriman, bahkan lebih banyak daripada yang beriman. Seandainya saja Allah berkehendak untuk menjadikan semua manusia beriman, maka niscaya semuanya akan beriman.[2] Tidak sulit bagi Allah untuk menjadikan mereka beriman. Allah tidak perlu menciptakan orang yang inkar pada-Nya. Allah tidak perlu nyuruh para Rasul-Nya. Toh semua ada pada kehendak Allah bukan pada usaha para Rasul. Allah berfirman,

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (QS. Al-) 

Oleh karen itu, sudah menjadi keharusan untuk tidak memaksa orang lain untuk memeluk Islam. Sebab walaupun dipaksa bagaimanapun, dengan berbagai cara, tetap tidak akan beriman kalau Allah tidak menghendaki mereka beriman. Bahkan kalau sampai menginginkan semua manusia berimana termasuk melangkahi keinginan Allah, karena Allah sendiri tidak menginginkannya. Maka dari itu, nabi menyebarkan Islam tidak menggunakan kekerasan. Melainkan menggunakan cara-cara yang santun. Mengingat nabi tidak bisa membuat orang lain beriman. Yang menjadikan mereka beriaman adalah Allah. Tugas nabi hanya menyampaikan saja, sebaimana pesan Allah berikut ini,

…إِنْ عَلَيْكَ إِلَّا الْبَلَاغُ…

“…Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah)…”.[3] (QS. Syuro: 48)

 

Makanya dalam ayat di atas Allah bertanya “Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang beriman semuanya”. Substansi pertanyaan sindiran kepada nabi bahwa walaupun nabi memaksa semua manusia untuk berimana niscaya tidak akan beriman. Sebab allah memang menginginkan tidak semuanya beriman. Dan kata لو  dalam kajian kebahasaan disebut harfu imtināʻin li imtināʻin, dalam arti apa yang diandaikan tidak akan terjadi karena syaratnya tidak terjadi, bahkan yang terjadi sebaliknya.[4]



[1] Departemen Agama RI, h. 221

[2] Abu Muhammad Abdul Haq Bin Ghalib Bin Abdurrahman Bin Tamam Bin Athiyyah al-Dalusy, al-Muharrar al-Wajīz, (Maktabah Syamilah), j.3, h.392

[3] Departemen Agama RI, h.489

[4] Tājuddin al-Subkiy, Jam’ul Jawāmi’, (Beirut: Dar al-Kutb al-Islmiyyah), j.1, h.557

Sumber Gambar: muslimdaily

Tinggalkan Balasan