Hampir Semua Orang Islam itu Musyrik

0
1047

Mungkin ketika anda membaca judul di atas agak heran atau kaget. Tapi perlu penulis ungkapkan dulu bahwa penulis bukan termasuk orang yang suka men-cap orang lain sebagai musyrik. Penulis bukan masuk dalam kelompok yang dengan mudahnya menganggap orang lain sesat atau kafir. Penulis bukan termasuk orang yang membenci orang lain yang tidak sepaham. Penulis bukan bagian dari orang yang suka menghina orang lain ketika berbeda pemahaman. Penulis tidak termasuk orang yang dengan gemarnya mencaci-maki orang lain. Penulis bukan bagian orang yang merasa hanya kelompok sendiri yang masuk surga, sementara yang lain—walau sama-sama syahadat, shalat, zakat, puasa, dan juga haji—menempati neraka. Penulis bukan orang yang dengan congkaknya mengaku meniru Rasulullah. Penulis tidak bertipe sama dengan orang yang merasa keislamannya sudah paling sempurna. Penulis tidak sependapat dengan orang yang merasa betul-betul sudah islam hanya karena pakai gamis dan  berjenggot.

Maka dari itu, judul tulisan ini bukan hendak memvonis bahwa orang telah masuk kategori musyrik. Tulisan ini hanya hendak mencoba untuk mengajak para pembaca merenungi segala amal-ibadah yang telah dilakukan. Pertama, kita perlu merenung apakah amal ibadah kita sudah masuk kategori sah dalam fiqh sehingga kita bebas dari tuntutan?. Kedua, apakah amal ibadah kita sudah sempurna sehingga bisa diterima oleh Allah?. atau amal ibadah kita hanya sah tapi tidak diterima oleh-Nya disebabkan yang beribadah hanyalah jasad kita sementara hati kita tidak?.

Oleh sebab itu, menjadi penting untuk memperhatikan hadits berikut,

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَتَخَوَّفُ عَلَى أُمَّتِي الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ أَمَا إِنِّي لَسْتُ أَقُولُ يَعْبُدُونَ شَمْسًا وَلَا قَمَرًا وَلَا وَثَنًا وَلَكِنْ أَعْمَالًا لِغَيْرِ اللَّهِ وَشَهْوَةً خَفِيَّةً

“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas umatku ialah menyekutukan Allah. Ingat, aku tidak berkata kalian menyembah matahari, bulan, dan juga berhala. akan tetapi yang kumaksud adalah amal-amal yang bukan karena Allah dan adanya kepentingan yang samar” (HR. Ibnu Majah)

Dalam hadits ini kita diberitahu tentang kehawatiran Nabi Muhammad, salah seorang pemimpin yang paling perhatian pada pengkutnya. Beliau sangat menghawatirkan umatnya jatuh dalam kemusyrikan. Bukan kemusyrikan yang nyata yang beliau hawatirkan karena mungkin orang umat islam sudah dianggap tidak akan dengan gilanya menyembah matahari, bulan, atau berhala. Yang beliau maksudkan dengan kata kemusyrikan itu adalah melakukan amal-ibadah bukan karena Allah dan syahwat yang samar.

Ada dua hal yang perlu kita garis bawahi. Pertama, melakukan sesuatu bukan karena Allah, hal ini disebut dengan riya’ dan sum’ah. Misalnya rajin shalat karena ingin disebut ahli ibadah, bershadaqah karena ingin disanjung, berhaji karena ingin dipanggil pak haji, dan lain sebagainya. Hal inilah salah satu yang ditakutkan oleh Nabi dari hambanya, di mana keikhlasan sudah tidak ada dan ibadah hanyalah gerakan jasad semata. Padahal ketika yang beribadah hanyalah jasad maka ibadah kita itu kosong, hanya bagaikan kerangka tulang yang tanpa daging, dan pasti itu tidak bagus. Apalagi letak diterimanya ibadah kita itu bukan hanya terletak kepada kesempurnaan gerakan jasad melainkan juga hati. Kalau kesempurnaan gerakan jasad hanya untuk menggugurkan kewajiban. Sehingga, bisa saja, misalnya, shalat kita sah tapi tidak diterima oleh Allah.

Kedua, syahwat yang samar. Maksud dari hal ini adalah meninggalkan maksiat karena takut dilihat orang lain, padahal dalam dirinya masih ada keinginan untuk maksiat. Kalau ini yang terjadi berarti meningglkan maksiat bukan karena takut pada Allah melainkan takut pada manusia.

Apabila dua hal di atas itu yang terjadi, sama saja dengan menyekutukan Allah, sebab seharusnya kita melakukan amal baik karena Allah dan meninggalkan maksiat juga karena Allah. Oleh sebab itu, maka sejak sekarang sudah waktunya intropeksi diri, bagaimana amal-ibadah kita?. Kita perlu menyadari kalau memang ada yang salah dalam amal-ibadah kita lalu berusaha untuk memperbaikinya. Dan sambil lalu terus berdoa semoga kita bukan termasuk umat yang telah melakukan kemusyrikan seperti yang telah dijelaskan nabi melali sabdanya itu.

Sumber Gambar: hikmatun.wordpress.com

Tinggalkan Balasan