Prolog
Membaca sejarah bukan hanya mengenang masa lalu yang telah usai, bukan hanya menangisi masa-masa kelam, atau mengingat kegembiraan, melainkan untuk dijadikan pelajaran demi keberlangsungan kehidupan ke depan. Hal ini disampaikan oleh Allah dalam Qur’an,
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal” (QS. Yusuf: 111)
Demikianlah salah satu manfaat dari mempelajari sejarah. Maka tak heran kalau lalu sebagian besar dari Qur’an itu berisi cerita-cerita masa lampau. Ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum hanya sekian persen saja. Tentu Allah mempunyai tujuan dalam menceritakan kisah-kisah itu, yakni agar yang hidup ini bisa mengambil pelajaran dari apa-apa yang sudah terjadi, dalam bahasa lain belajar dari sejarah.
Berbicara tentang sejarah, banyak sejarah–khususnya dalam Islam–yang perlu direnungkan kembali. Salah satunya ialah sejarah tentang masa kejayaan Islam. Sebuah masa di mana Islam terdengar ke seantero jagad raya. Islam ketika itu memiliki daya tawar tinggi. Pemerintahan Islam memiliki kekuatan yang dan kekuasaan yang sangat luas. Pengaruh Islam pun sangat besar. Bangsa-bangsa Romawi, China, Persia atau yang lainnya tidak lagi memandang sebelah mata pada Islam.
Perjalanan singkat pemerintahan Islam
Ketika memperbincangkan tentang Islam, maka tak lepas dari memperbincangkan pemerintahan/politik. Pemerintahan Islamdibangun oleh nabi sejak beliau hijrah ke Madinah. Di sanalah lalu beliau membangun sebuah pemerintahan yang bisa diterima oleh semua kalangan penduduk. Dan ini merupakan cikal bakal dari berkembangnya Islam ke berbagai negeri. Melalui pemimpin yang sangat arif, yakni Nabi Muhammad, dakwah Islam semakin menyebar sehingga pemeluk agama Islam pun makin bertambah dengan cukup pesat.
Sayangnya, kepemimpinan nabi Muhammad tidak terlalu lama. Setelah memimpin kurang lebih dari 10 tahun, beliau dipanggil kehadirat Ilahi. Maka orang arab yang sejak awal memang kuat dalam kesukuan lalu bergejolak dalam hal pengganti nabi dalam memimpin umat Islam. Namun setelah melalui proses yang cukup alot, lalu diangkatlah Abu Bakar menjadi khalifah sebagai ganti dari nabi. Pada masa Abu Bakar tidak banyak perluasan daerah kekuasaan. Beliau lebih banyak menjaga akidah umat Islam yang semakin rapuh. Hal ini terbukti dengan munculnya orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Abu Bakar hanya 2 tahun menjadi khalifah.
Khalifah selanjutnya di sandang oleh Sayyidina Umar Bin Khattab (634-644 M). Pada masa ini, daerah kekuasaan Islam makin luas, karena banyaknya penaklukkan yang dilakukan. Sistem pemerintahan Islam pun makin ditata dengan baik. Kebijaksanaan, keadilan dan ketegasan beliau memberikan dampak yang cukup besar bagi Islam. Dan salah satu yang bisa cukup dikenang sampai sekarang adalah perhitungan kalender hijriah yang dicetuskan pada masa kekhalifaan Umar. Beliau memimpin selama sepuluh tahun sebelum akhirnya dibunuh oleh Abu Luklu’ah saat beliau sedang shalat.
Lalu kekhalifaan diganti oleh Ustman Bin Affan (644-655) melalui pemilihan yang dilakukan oleh Ahlul Halli Wal Aqdi. Tapi pada masa Sayyidina Utsman ini pemerintahan Islam sudah mulai tidak setabil. Pemberontakan terjadi di mana-mana hingga akhirnya beliau wafat karena dibunuh oleh para pemberontak. Kemudian pemerintahan diganti oleh Sayyidina Ali, yang tak lain adalah sepupu dan menantu nabi. Tidak jauh beda dengan kondisi pada pemerintahan Utsman Bin Affan, pada pemerintahan ali bahkan pergolakan makin parah. Penentang Ali sangat banyak, salah satunya adalah Siti Aisyah. Pemerintahan Ali berakhir setelah proses arbitrasi. Ketika itu utusan dari Muawiyah Bin Abi Sofyan mengelabuhi utusan Ali dan dengan cepat mengambil alih pimpinan. Dari sinilah lalu pemerintahan Islamdipegang secara turun temurun dari keluarga Muawiyyah. Dan hal ini disebut dengan dinasti Umayyah. Dinati Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Pusat pemerintahan yang pada asalnya Madinah, pada masa Umayyah dipindah ke Damaskus. Salah satu Khalifah yang cukup terkenal pada dinasti ini adalah Umar Bin Abdul Aziz (717-720 M). Di masanya, pergolakan bisa diminimalisir sebab dia bisa merangkul semua golongan. Dan masih banyak lagi pencapaian yang didapat Islam di masanya.
Puncak kejayaan Islam
Perjalanan dinasti Bani Umayyah akhirnya berakhir setelah Marwan Bin Muhammad–khalifah terakhir Bani Umayyah–dibunuh.lalu digantikan oleh dinasti Abbasiah dengan Abdullah al-Saffah (750-754 M) sebagai khalifah pertama. Ada beberapa sistem politik yang dijalankan oleh dinasti ini yang berbeda dengan sebelumnya. Di antaranya: 1). Para Khalifah masih dari keturunan Arab, sedangkan para menteri, panglima, gubernur, dan pegawai lainnya dipilih dari keturunan persia dan mawali. 2). Menjadikan kota Baghdad sebagai pusat kegiatan politik, ekonomi, dan kebudayaan. 3). Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting. 4). Kebebasan berpikir termasuk bagian dari HAM yang dijaga. 5). Para menteri keturunan persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalan tugasnya.
Sistem politik yang diterapkan ini membawa dampak yang sangat baik bagi perkembangan Islam. Pada periode ini pemerintahanIslam makin kokoh. Hal ini didukung oleh Khalifah-khalifah yang memang memiliki pengaruh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Maka lalu tak heran kemakmuran rakyat sangat tampak pada periode ini. Dan periode inilah yang berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan.
Walaupun Dinasti Abbasiah ini diawali oleh pemerintahan Abdullah Al-Saffah, tapi dasar-dasar pemerintahannya oleh al-Manshur(754-775), sang khalifah kedua. Dari masa al-Manshur ini, perkembangan Islam makin pesat dari berbagai sektor, termasuk sektor ekonomi. Kejayaan ini sampai pada puncaknya di masa Harun Al-Rasyid (786-809M), khalifah kelima. Pada masa ini kekayaan negara betul-betul digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Maka tak heran ketika lalu banyak didirikan rumah sakit dan lembaga pendidikan. Pada masa inilah negara Islam tampil sebagai negara terkuat di kolong jagad raya. Masa kejayaan Harun al-Rasyid ini dilanjutkan oleh penerusnya, yakni Khalifah al-Ma’mun yang tak lain adalah anaknya sendiri.
Di masa kedua khalifah memang dimaklumi masa keemasan itu terjadi. Setidaknya hal ini disebabkan oleh dua faktor: 1). Adanya hubungan yang sangat baik antara orang arab dengan orang-orang dari bangsa yang telah maju dalam bidang ilmu pengatahuannya, semisal persia. 2). Adanya gerakan pertejemahan yang lalu mempermudah orang Islam untuk mendapatkan ilmu. Maka tak heran ketika hal ini menjadikan Baghdad–yang tak lali sebagai pusat pemerintahan Islam–menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Di samping itu, perlu disadari bahwa sang Khalifah Harun al-Rasyid memang memiliki sifat dan perangai yang layak ditiru. Dia cangat mencintai ilmu pengetahuan dan termasuk ahli ibadah. Dalam sehari, beliau shalat kurang lebih sebanyak 100 rakaat. Beliau kalau berhaji pasti berjalan kaki, hal ini tidak pernah dilakukan oleh khalifah yang lain. Ini menunjukkan bahwa beliau menjalani hidup sederhana. Selain itu, kedermawanan beliau sudah diakui. Masih banyak lagi sifat dan perangai dari Harun al-Rasyid yang lalu menjadi maklum ketika beliau sukses dalam mengantarkan Islam ke puncak kejayaanya. Khalifah yang lain juga demikian, mereka memiliki sikap yang lalu secara perlahan mengantarkan negara Islam pada masa keemasan.
Para ilmuan di masa kejayaan Islam
Salah satu bukti Islam jaya di masa ini adalah munculnya beberapa ahli di segala bidang keilmuan. Dalam bidang ilmu naqli yang mencakup ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu kalam, tasawwuf, dan fiqh kita bisa menjumpai nama-nama ulama yang sudah tidak asing lagi. Semisal Ibnu Jarir al-Thabary (pakar tafsir), Imam Bukhari (ahli hadits/muhaddits), Abu Hasan al-Asy’ary (pakar ilmu kalam), Abu Hamid al-Ghazali (ahli tasawwuf), dan dalam fiqh kita bisa mengetahui imam madzhab yang empat, yaitu: Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’iy dan Ibnu Hanbal.
Sedangkan dalam bidang ilmu umum, banyak sekali dari kalangan umat Islam yang menjadi pakar di beberapa cabang ilmu yang berbeda-beda. Seperti Al-farabi (ahli filsafat), Jabin Bin Hayyan (ahli kedokteran), al-Khawarizmy (pakar matematika), dan al-farazi (ilmu astronomi). Bermunculan para pakar ini tidak lain merupakan pengaruh besar dari adanya penterjemahan secara besar-besaran terhadap buku-buku ke dalam bahasa arab. Dengan adanya terjemahan ini, mempermudah umat Islam untuk belajar dan berkembang.
Epilog
Demikianlah penjelasan secara singkat mengenai masa keemasan Islam. Di mana pada masa ini, pemerintahan Islam yang masuk pada abad ke II menjelma menjadi pemerintahan yang sangat dipandang di seluruh antero dunia. Dan kemajuan dalam bidang pendidikan menjadi konkrit dari hal ini. tapi apakah betul masa pada dinasiti Abbasiah ini menjadi masa yang paling baik dalam sejarahIslam. Bukankah nabi pernah bersabda?,
خير القرون قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم
“Paling baiknya generasi adalah generasiku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya”
Mari kita diskusikan hal ini…..!!!