Islam adalah agama yang indah. Dari aspek manapun kita melihat, estetika akan kita temukan. Hal yang lumrah jika kata “komprehensip” kita sematkan pada agama Islam. Kegiatan apa yang tidak diatur dalam Islam?. Semenjak sadar setelah terjaga dari alam mimpi hingga akan kembali berselimut kehangatan bantal pasti ada etika-etika yang telah ditetapkan. Etika pengaturan hidup yang super complete ini tersusun dengan rinci dalam turast – turats dan buku – buku Etika Islam. Seperti ada doa yang dibaca ketika hendak tidur dan bangun tidur, posisi terbaik untuk tidur, doa sebelum dan sesudah makan, menggunakan tangan kanan dan mengutamakan tangan sendiri daripada sendok dan garpu, etika bersolek, etika mengenakan pakaian dan lain sebagainya adalah bukti nyata bahwa Islam tidak hanya serangkaian aturan tapi juga tersembunyi keindahan hakiki.
Jelas saja, karena Sang Proklamator Seni mencintai Seni itu sendiri. Dalam sebuah hadist disebutkan :
ان الله الجميل و يحب الجمال
Hal yang sangat menarik dan Allah mengatur dengan pasti yakni keutamaan kanan daripada kiri. Dari membasuh anggota wudlu yang berpasangan, memasuki arena kamar mandi, hingga pada hal yang berupa hajat pribadi yakni makan, kanan adalah keutamaan yang dituntut terhadap umat Islam. Tuntutan ini mengandung nilai plus (pahala kesunnahan) bagi mereka yang memilih dan mengaplikasikan dengan kontinyu.
Untuk kotegori diatas, bentuk aktivitas yang dinilai ibadah sunnah dalam hubungannya dengan Allah dan diri sendiri yakni wudlu’. Dalam wudlu’ pahala sunnah akan didapat dengan taqdim al yumna min yusra (mendahulukan yang kanan daripada yang kiri. Wudlu erat kaitannya dengan interaksi vertikal (Hablum minaallah). Sementara sikap menghormati diri sendiri terdeskripsi dalam aturan menggunakan tangan kanan ketika makan dan minum. Indah sekali, kan?? Islam tidak hanya mengajarkan untuk menghargai orang lain tapi juga diri sendiri. Tak salah jika pepatah mengatakan : jika engkau ingin dihormati, maka hormatilah dirimu sendiri.”
Hanya saja, satu hal yang sudah menjadi kebiasaan orang Islam dan dilupakan bahwa tak ada sisi keindahannya sama sekali, yakni kebiasaan menunjuk suatu obyek dengan tangan kiri. Tak hanya satu, dua saja yang membiasakan menunjuk dengan tangan kiri, tapi sudah menDOMINASI bahkan telah mengakar daging hingga susah rasanya mengubah kebiasaan ini. Jika untuk makan minum, dimana merupakan keuntungan yang kembali pada diri saja, Allah mengatur tata caranya dengan perintah menggunakan tangan kanan. Bagaimana dengan menunjuk suatu objek dengan tangan kiri, tentunya praktek ini ditujukan karena ada mukhatab (partner) bicara ?
Misalkan saja, seseorang yang menanyakan letak rumah kepala desa Kaliurang. Nah, selaku warga dari desa tersebut yang sudah hafal betul dengan rumah yang dimaksud si penanya memberikan jawaban sembari isyarat tangan yang menunjuk ke arah rumah tersebut. Pasalnya, tangan yang digunakan untuk membantu memperkuat jawaban si penanya adalah tangan kiri. Tentunya, ada nilai minus yang jatuh secara otomatis terhadapnya (pemberi informasi).
Dalam sebuah riwayat hadist,
عن ابي عمر ان رسول الله صلى الله عليه وسلام قال اذا اكل احدكم فلياءكل بيمنه واذاشرب فليشرب بيمنه فان الشيطان ياكل بشماله ويشرب بشماله
Diriwayatkan dari Ibn Umar, Rasul pernah bersabda : “Bila seseorang makan atau minum, hendaknya ia makan atau minum dengan tangan kanan, karena Syaitan makan dan minum dengan tangan kirinya”. (HR. Muslim)
Dari hadist ini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa tangan kanan dan kiri bukan hanya simbol tradisi semata. Ada alasan lain yang melandasinya. Dan hal ini sudah bisa dipahami dari hadits di atas, yakni agar jelas berbeda antara manusia dengan setan yang makan dan minum dengan tangan kiri. Kalau ada manusia makan dan minum menggunakan tangan kirinya, maka setidaknya dalam satu hal ini sudah sama dengan setan.
Jika kita hubungkan antara menunjuk menggunakan tangan kiri dengan yang sharih dalam hadist yang berkenaan dengan makan, maka ada titik persamaannya. Menunjuk degan tangan itu merupakan untuk kepentingan orang lain, sedangkan makan untuk kepentingan sendiri. Sedangkan menghormati orang lain itu sangat penting. Maka ada pepatah “hargai orang lain, maka dengan sendirinya engkau akan dihargai”. Maka dari itu, ketika untuk kepentingan pribadi menggunakan tangan kanan, untuk kepentingan orang lain pun tentu harus dengan tangan kanan.
Ini semua merupakan etika yang dalam Islam. Sekarang kita tinggal berfikir dan memilih, Apakah ingin menjadi muslim sejati dengan mengikuti aturan Allah dan Rasulullah atau menjadi tangan–tangan syaitan yang menspesialkan tangan kiri daripada tangan kanan?.
Image: satucerita.wordpress