Jilbab itu Tanda Cinta

0
479

Suatu ketika ada seorang wanita muslimah  mendatangi pasar Madinah, Ketika muslimah tersebut sedang asyik berbelanja, tiba-tiba datang seorang laki-laki yahudi yang usil, mengganggu wanita tersebut. Lelaki itu mengikat rok si wanita pada tiang, sehingga ketika wanita tersebut berjalan maka terangkat roknya dan tersingkaplah auratnya. Tentu saja kejadian ini membuat si wanita kaget dan marah, seraya berteriak, “Wahai pemuda muslim tolonglah saudarimu ini”. Kemudian datanglah pemuda muslim, lalu dia menghajar laki-laki yahudi hingga meninggal.

Peristiwa itu membuat masyarakat yahudi yang ada di pasar naik pitam dan akhirnya mereka mengeroyok pemuda muslim hingga meninggal. Berita ini pun akhirnya sampai pada Rasulullah saw, kemudian beliau meminta orang-orang yahudi tersebut untuk membayar diyad (denda). Lalu salah seorang dari mereka berkata, “Mana kami tau bahwa wanita ini adalah wanita muslimah dan mana kami tau bahwa wanita ini adalah wanita merdeka  ataukah seorang budak”. Karena memang pada saat itu budak diperlakukan dibawah standar berbeda dengan wanita merdeka yang dihargai. Maka dari kejadian ini, turunlah perintah Allah uuntuk mengenakan jilbab bagi wanita muslimah.

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).

Demikianlah sejarah singkat tentang jilbab atau merupakan asbabun nuzul atau sebab turunnya perintah Allah untuk berjilbab.

Coba cermati sejarah di atas, ternyata didalamya terkandung pesan cinta yang sungguh mendalam. Ya, Allah sangat mencintaimu sayang, maka ia ingin engkau terjaga dan aman dengan tanda cinta itu, engkau tidak akan diganggu dengan jilbab, engkau akan dihargai bahkan engkau menjadi mulia dengannaya, dan agar tidak ada pertumpahan darah seperti cerita di atas. Sehingga kebaikannya tidak hanya untuk dirimu tapi juga untuk yang lain. Maka, sungguh beruntung dirimu wahai muslimah, mungkin para lelaki iri dengan kita karena penjagaan yang super ini.

Saudariku, cinta tentu harus dibalas dengan cinta. Ah, rasanya kalian sangat lebih paham mengenai hal ini. Betapa cinta membuatmu rela bahkan semangat melakukan segalanya. Contohnya saja, ketika engkau sekolah atau kuliah dengan sungguh-sungguh, mendapat nilai yang bagus dan meraih prestasi setinggi mungkin kemudian bermimpi menjadi orang sukses yang dengannya engkau berharap orang tuamu bahagia, teman-temanmu bangga, engkau ingin menyenangkan mereka dan membalas jasanya, ya itulah bentuk cintamu, itu artinya engkau mencintai mereka, engkau melakukan segalanya dan kaupun mengakuinya bukan.

Karena memang hakekat dari cinta adalah ketaatan, dan bentuk dari ketaatan itu adalah tindakan atau usaha kita. Jika dipikirkan, engkau adalah wanita luar biasa dengan segenap perjuanganmu, cintamu sangat besar kepada mereka. Maka seharusnya cintamu kepada Allah berlipat-lipat lebih besar dari cintamu kepada yang lain. Karena Dia yang menciptakanmu, menciptakan ibu dan ayahmu, teman-temanmu dan semua yang engkau cintai. Cintamu kepada manusia secara mati-matian engkau buktikan, apalagi cinta pada Allah. Namun, Allah tak akan memintamu mati untuk membuktikan cinta, cukup engkau menerima tanda cintaNya yaitu dengan berjilbab.

Seperti itulah semestinya seorang muslimah sejati memaknai cintanya. Mendefinisikan cinta sebagai ketaatan.

Saudariku, tolong hapus kata ‘membatasi’ dari pikiranmu. Jika engkau merasa ‘dibatasi’ dengan jilbab, dalam hal apa?, tanyakan pada hatimu yang paling dalam apakah benar hal ini, atau hanya perasaanmu saja? Atau mungkin itu hanya sepotong alasan yang tidak berkualitas?, sekali lagi tanyakan pada hatimu!

Jika ada orang yang mengatakan engkau tidak cantik dengan jilbab, maka dapat dipastikan bahwa orang yang mengatakan itu adalah orang yang pengetahuannya sangat rendah, imannya pun bisa jadi tak ada. Jangan biarkan dirimu termakan oleh kata-kata yang sama sekali tak berdasar. Apatah lagi jika dirimu adalah muslimah yang intelek, siswa atau bahkan mahasiswa. Ooh, ingatlah orangtua yang berjuang mati-matian untuk menyekolahkanmu, salah satu harapan mereka adalah agar kalian terbuka pikirannya, lebih paham, lebih pintar, tau mana yang benar dan mana yang tidak.

Saudariku sayang, berjilbab selain tanda cinta Allah padamu juga merupakan tanda cintamu pada Allah, Rasulullah, Orangtua dan agama ini. Jilbab adalah bentuk kecintaan mu kepada Dzat yang telah memberikan kehidupan, yang telah mengabulkan do’a dan keinginanmu selama ini, tidakkah kau ingin melakukan ini untukNya?

Saudariku, tanyakanlah pada hatimu yang paling dalam, “apakah yang membuatmu selama ini merasa berat memakai jilbab???” dan jika hingga saat ini dirimu masih saja merasa berat, maka benarkah kata-kata yang engkau umbar selama ini bahwa engkau mencintai Allah? Selama ini engkau mengaku diri sebagai orang islam, tapi malah merasa tidak bangga dengan identitasmu. Bahkan engkau malu.

Bayangkanlah pada saatnya nanti di akhirat, ketika kita menghadap Allah tanpa jilbab. Apa yang akan kau katakan? Tidak mungkin engkau mengemukakan semua alasanmu selama ini yang sebenarnya tidak logis. Dan barulah engkau sadar bahwa semua itu ternyata hanya pembelaan terhadap diri yang selama ini kurang bersyukur. Ah, malu rasanya pada Allah. Padahal di setiap kesulitanmu, segera engkau berdo’a dan memohon pertolonganNya.

Cermati dengan baik firman Allah ini! “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).

Sungguh perintah yang sangat lembut, tidakkah sedikitpun engkau tersentuh?

Adapun Hadist yang diriwayatkan dari Aisyah ra. bahwasanya Asma’ binti Abubakar telah masuk ke ruangan Nabi saw. dengan berpakaian tipis/transparan, lalu Rasulullah saw. berpaling seraya bersabda: ‘wahai Asma’ sesungguhnya seorang wanita itu apabila telah baligh (haid) tidak boleh baginya untuk menampakkan tubuhnya kecuali ini dan ini (Rasulullah menunjukan muka dan telapak tangan). (HR. Abu Dawud)

Dalil lainnya juga terdapat dalam hadist riwayat Usamah bin Zaid, bahwasanya ia ditanyai oleh Nabi SAW tentang Qibtiyah (baju tipis) yang telah diberikan Nabi SAW kepada Usamah. Lalu dijawab oleh Usamah bahwasanya ia telah memberikan pakaian itu kepada isterinya, maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya: ‘Suruhlah isterimu mengenakan baju dalam di balik kain Qibtiyah itu, karena sesungguhnya aku khawatir kalau-kalau nampak lekuk tubuhnya.’ (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi, dengan sanad hasan. Dikeluarkan oleh Adh-Dhiya’ dalam kitab Al-Ahadits Al-Mukhtarah, juz 1 hal, 441)

Dari ayat Al-Qur’an dan hadist di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan berjilbab adalah menutup seluruh aurat, bukan hanya menutup kepala. Perintahnya adalah menutup, bukan sekedar membungkus karena kedua kata ini memiliki makna yang berbeda. Menutup sama artinya dengan menyembunyikan maka ia tidak akan terlihat sedikitpun, sedangkan membungkus berarti hanya sekedarnya saja dan bentuknya pun masih terlihat.

Untuk lebih dipahami, berikut adalah definisi jilbab. Jilbab berasal dari bahasa arab yang jamaknya jalaabiib artinya pakaian yang lapang/luas. Pengertiannya yaitu pakaian yang lapang dan dapat menutup aurat, kecuali muka dan telapak tangan. Jilbab ini hukumnya adalah wajib sebagai sebuah keharusan atau mutlak bagi wanita dewasa yang muslim.

Seperti itulah islam memuliakan wanita, maka selayaknya kita bersyukur atas semua ini.  Ingatlah bahwa kita memegang peranan besar terhadap sebuah Negara, baik dan buruknya suatu Negara tergantung padamu wahai wanita.

Saudariku, tulisan ini juga merupakan tanda cintaku pada kalian, karena cinta maka aku menulis. Namun ianya hanya akan bermanfaat bagi mereka yang mau berpikir dan selalu berusaha untuk terus lebih baik dari sebelumnya, juga untuk mereka yang mengaku mencintai Allah, RasulNya dan agama ini.

Author: Kasrina Nursyahraiani

Tinggalkan Balasan