Siti Maimuna; Muslimah yang Sukses Berbisnis Batik Madura

0
582

Kisah hidup pengrajin batik asli Madura, Siti Maimona, merupakan bukti efektifnya format usaha usaha kecil menengah (UKM) menaikkan taraf hidup masyarakat. Dia memulai bisnis batik dengan modal terbatas, pada 1996 hasil berutang ke bank Rp 5 juta.

“Dulu saya kecil-kecilan saja, sebulan omzet cuma Rp 1 juta,” ujar Maimona saat acara kunjungan UKM binaan Semen Indonesia di Madura, Jumat (31/5).

Maimona lahir dari keluarga yang sempat berbisnis batik asli Madura, disebut batik jenis Genthongan, sejak 1950-an. Namun, usaha itu sempat berhenti.

Dia pun kepincut melanjutkan usaha keluarga itu lagi selepas melihat batik Pekalongan. Maimona membandingkan batik asal Jawa Tengah itu, dengan tradisi batik Genthongan dari Madura yang tidak kalah bagus.

Perjuangannya berbuah manis. Dengan telaten, bisnis batik yang diberi nama Pesona Batik Madura itu, berkembang sedikit demi sedikit sehingga kini berhasil berkembang pesat. Bahkan, usahanya telah berskala internasional dan menyerap pekerja dari kampung di sekitarnya.

Kini Maimona mempekerjakan 400 karyawan yang tersebar di gerai miliknya yang berada di Jakarta hingga Bali. Sekarang, wanita ini memiliki total 8 gerai menjual Pesona Batik Madura.

“Dengan mempekerjakan 400 karyawan dapat menghasilkan omset penjualan kami hingga Rp 300 juta per bulannya. Dan kita sudah dapat mengekspor ke Jepang sejak 2004,” paparnya.

Kain batik Genthongan memiliki corak khas pesisir yang melambangkan kota Madura, biasanya didominasi warna oranye, merah, dan biru muda. Harga batik yang dijual Maimona berkisar Rp 60.000 hingga Rp 9 juta per meternya. Dengan rentang harga tersebut, pihaknya dapat memproduksi 5.000 potong kain per bulan.

“Untuk produksinya sendiri tidak ada kendala bahan baku karena kita mendapatkannya dari Solo. Kebanyakan pelanggan domestik maupun internasional menyukai warna terang dan motif seperti burung, bunga dan pesisir,” ungkap Maimona.

Pelanggannya pun mulai dari masyarakat biasa hingga pejabat khusus yang sering memesan produksinya, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Pak SBY serta isterinya Bu Ani juga pernah pesan sampai dengan selebritis seperti Ayu Azhari,” kata dia.

Dalam mempertahankan pangsa pasar usahanya, wanita akrab disapa Mai ini hanya mengandalkan ide kreatifnya untuk mengeluarkan produk terbarunya. Karena itu dia percaya kain yang dia jual memiliki ciri khas.

“Saya sendiri yang mendesain dengan selalu mengkombinasikan motif batik lama dengan baru namun tetap dengan kualitas terbaik agar para pelanggan tidak merasa bosan. Makanyanya setiap bulan kami mengeluarkan motif baru dan itu sedikit produksinya agar limited,” katanya.

Selain itu, kunci kesuksesannya, imbuh Maimona, adalah tidak sekadar cari untung. Dia mengatakan, karena sejak awal memberdayakan tetangganya, usaha inipun berkembang.

“Sebagai pengrajin dalam industri UKM jangan hanya patokannya pencari uang atau keuntungan semata. Namun, dapat menyejahterakan perekonomian daerah sekitarnya untuk mengurangi pengangguran khususnya,” tandasnya.

Keberhasilan Maimona menarik minat PT Semen Gresik (Persero) Tbk sejak enam tahun lalu untuk membina usahanya. Kini, perempuan ini berharap, dengan bantuan BUMN itu, batik dari kampung halamannya bisa lebih mendunia.

“Selama ini Semen Gresik selalu berperan mempromosikan sektor usaha saya. Mudah-mudahan ke depannya dapat juga mempromosikan di seluruh dunia,” kata Maimona berharap. (Merdeka)

 

Tinggalkan Balasan