Kesimpulan
Berdasar kajian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Pertama, dalam kehidupan di dunia ini, pluralitas sebagai sebuah keniscayaan bahkan sebagai sunnatullah yang sengaja diciptakan oleh Allah, oleh karenaanya harus diakui oleh setiap orang. Dengan pluralitas di satu sisi sebagai khazanah kekayaan bagi sebuah bangsa yang dapat mendorong manusia untuk berkompetisi dalam mencapai kebaikan, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa di sisi lain pluralitas dapat pula memicu dan menciptakan konflik yang berkepanjangan jika tidak disikapi secara baik.
Sebagai konskuensi sebuah bangsa yang pluralistik seperti Indonesia, tentunya tidak sedikit problema sosial yang muncul di permukaan yang perlu diatasi, di sini agama dengan ajarannya yang mulia dan paripurna mengatur segala aspek kehidupan manusia dapat memberikan kontribusinya dalam mengatasi problema sosial dimaksud.
Kedua, umat beragama peran umat beragama, seharusnya tidak melulu tertuju pada orang-orang seagama, melainkan menjangkau masyarakat di luar agamanya. Masyarakat yang terus menerus mengalami proses globalisasi, menimbulkan transformasi komunikasi dan informasi sehingga berdampak terhadap perubahan nilai-nilai sosial serta budaya, dan lain-lain. Dan, ketika masyarakat berubah serta menerima nilai-nilai baru yang didapat akibat bebasnya arus informasi.
Ketiga, umat beragama perlu berbuat lebih banyak lagi (karena pada umumnya mereka mempunyai kemampuan untuk itu). Itu berarti membutuhkan kemampuan penyesuaian dan mengatasi masalah serta dukungan lingkungan kondusif untuk berkembangnya nilai-nilai sosial dan budaya yang tanggap terhadap berbagai perubahan. Hal itu harus terjadi, karena adanya permasalahan sosial di/dalam masyarakat (konteks umat beragama berada).
Keempat, agama memberi kita arah kehidupan, mengajari kebebasan, dan mengerahkan wawasan agar hidup kita damai. Tuhan yang menurunkan agama, dengan tujuan agar kita tidak terjebak dan terperangkap ketegangan sosial dalam relasi antar sesama kita. Tidak juga dalam relasi orang-orang yang berbeda agama. Kita pun tak ingin hal itu terjadi. Maka, ada sejumlah landasan dasar yang mungkin membebaskan kita dari perangkap ketegangan itu. Pertama: kearifan untuk tak menonjolkan kebenaran mutlak agama kita sebagai kesadaran bahwa manusia memiliki sifat nisbi dan terbatas.
Dengan begitu, ia tak bisa meraih tahap kemutlakan. Kebenaran mutlak agama memang wajib diakui dalam komunitas seagama. Itu pun, kenyataan sehari-hari, masih juga terganjal aneka ketegangan doktrinal karena perbedaan tafsir, pemaknaan ajaran, serta aspirasi keagamaan di kalangan umat yang sangat besar dan sangat plural. Kedua: agama diturunkan Tuhan sebagai sarana memuliakan kemanusiaan. Memuliakan manusia (menyantuni, memberi pertolongan, menghargai wawasannya) harus dinilai tinggi dalam pergaulan sosial. Ketiga: mengembangkan kemungkinan tampilnya agama sebagai tawaran nilai alternatif dan tawaran itu tak dipaksakan. Agama tak tampil untuk menguasai atau mendominasi, melainkan memberi kontribusi dalam mengatur hidup. Agama menjadi unsur penyejuk dalam pergaulan sosial-ekonomi dan politik. Melalui dan di dalam agama, kita mencari kedamaian.
Oleh: Moh. Toriqul Chaer, Img: ks.kidsklik
Daftar Pustaka
Amin, M. Masyhuri (Ed). 1989. Moralitas Pembangunan Perspektif Agama-Agama di Indonesia, Cet.I; Yogjakarta: LKPSM-NU-DIY
Ancok, Djamaluddin. 2008. Psikologi Islami Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi (cet VII). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fromm, Erich. 1972. Psychoanalysis and Religion. Yale University Press
Hidayat, Komaruddin. 1988. Tragedi Raja Midas; Moralitas Agama dan Krisis Modernisme. Jakarta: Penerbit Paramadina
Muhajir, As’aril. 2001. Ilmu Pendidikan Perspektif Kontekstual. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Rahardjo, Dawam. 1996. Ensiklopedi Al-Qur’an Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep- Konsep Kunci, Cet.I, Jakarta: Paramadina
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Agama Sebuah Pengantar. Jakarta: Penerbit Mizan
Shihab, M. Quraish. 2000. Secercah Cahaya Ilahi Hidup Bersama al-Qur’an, Cet.I, Bandung: Mizan
Simatupang, TB. 1988. Agama dan Kebudayaan Nasional dalam Agama, Kebudayaan dan Pembangunan Menyongsong Era Industrialisasi, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press
Sujamto. 1992, Re- Oreintasi dan Revitalisasi: Pandangan Hidup Masyarakat Jawa Semarang: Dahara Prize
Toynbee, Arnold. (terj.).1976. Perjuangan Hidup Sebuah Dialog. Jakarta: Indera,
Wahid, Abdurrahman. 1994. Aspek Religius Agama-agama di Indoensia dan Pembangunan dalam Moralitas Pembangunan; Perspektif Agama-agama di Indonesia, Yogyakarta: LKPSM NU DIY bekerjasama dengan Pustaka Pelajar
Yatim, Abdullah, M. 2006. Studi Islam Kontemporer, Cet.I; Jakarta: Amzah