Bulan ramadan adalah bulan penuh berkah dan ampunan. Di bulan ini, umat Islam
berlomba-lomba untuk memohon ampun kepada Tuhan. Publik pun berharap agar para politikus di negeri ini bertobat.
Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyatakan 36,5 persen publik yakin akan perubahan perilaku politisi di Ramadan. Namun sayangnya, 40,20 persen publik justru menilai tidak akan ada perubahan perilaku dari para politikus meski di bulan penuh berkah.
Peneliti LSI, Rully Akbar mengatakan, momentum Ramadan diharapkan bisa menjadi saat perbaikan bagi perilaku para politikus. Meskipun, hanya minoritas yang yakin elite politik bisa memanfaatkan puasa sebagai awal melakukan perbaikan perilaku.
“Hanya 36,5 persen publik yang merasa yakin ada perubahan perilaku elite politik selama Ramadan,” jelas Rully saat memaparkan hasil survei di kantornya, Rawamangun, Jakarta, Minggu (7/7).
Berdasarkan hasil survei diperoleh, publik lebih besar tidak percaya jika Ramadan akan dijadikan ajang bertaubat bagi para politikus untuk memperbaiki perilakunya.
“40,2 persen menyatakan bahwa perilaku politisi tidak akan berubah meski di bulan Ramadan. Perilaku politisi di bulan Ramadan akan sama saja dengan bulan-bulan lainnya,” tegas dia.
Namun demikian, dia tidak menyebutkan perilaku apa yang dimaksud. Survei LSI dilakukan sejak 3 Juli sampai 5 Juli 2013. Metode sampel yang dilakukan yakni multistage random sampling. Survei ini dilakukan terhadap 1200 responden. Sementara margin of error adalah 2,9 persen. (Merdeka, img: okezone)