Sekolah sebagai sarana pendidikan generasi yang akan datang telah berubah fungsi menjadi kebalikannya. Salah satu nilai yang gagal dipertahankan sekolah adalah kejujuran. Sekolah bukan hanya gagal bahkan ikut melakukan usaha untuk membunuh kejujuran itu, baik sadar atau tidak. Sehingga tidak salah watak korup makin merajalela di bumi pertiwi tercinta ini.
Bukan hal baru lagi bahwa dalam ujian nasional pihak sekolah yang dikomandoi langsung oleh kepala sekolah, bahkan ada yang langsung diperintahkan kepala dinasnya, melakukan segala cara untuk meluluskan siswa. Beberapa cara yang mereka lakukan adalah dengan memberikan kunci jawaban kepada siswa. Guru pengawas dari sekolah lain dipanggil ke kantor oleh kepala sekolah, lalu guru sekolah yang bersangkutan masuk ruang kelas ujian dan meuliskan kunci jawaban di papan tulis. Cara lain dengan mengubah/memperbaiki kembali jawaban pada lembar jawaban siswa yakni pada siswa yang diprediksi akan tidak lulus. Guru menghapus jawaban siswa dan membuat jawaban yang baru yang benar.
Pada suatu sekolah lebih gawat lagi. Untuk menembus perguruan tinggi favorit, sekolah mengubah nilai siswa secara keseluruhan dari kelas satu sampai kelas tiga, untuk seluruh siswa kelas tiga yang hendak lulus (SMA). Sibuklah sekolah mengisi rapor baru yang penuh dengan rekayasa dan kebohongan.
Kecurangan yang sangat parah yang terjadi di sekolah saat ini adalah dalam hal menyontek saat ujian. Perilaku sangat tercela ini sudah dianggap hal yang biasa oleh siswa dan guru/pihak sekolah. Hampir tak ada rasa sungkan pada siswa untuk menyontek atau orang tahu bahwa dia suka menyontek. Tak merasa sebuah kehinaan bagi seorang siswa bahwa dia mendapat nilai baik dari hasil menyontek, lihat jimat, sms, dll. Saking parahnya penyakit menyontek ini di kalangan siswa, kita hampir tak bisa menemukan satu orang pun siswa yang murni dari perilaku menyontek ini.
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk jujur. Dengan kejujuran itulah ia bisa melangkah menuju apa yang ia impikan: surga jannatunna’im. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW menyatakan,
حديث عبدالله بن مسعود رضي الله عنه عن النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم قل : إِنَّ الصِّدْقَ يَهْد إِلَى اْلبِرِّ وَإِنَّ اْلبِرَّ يَهْدِي إِلَى اْلجَنَّةِ وَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُوْنَ صِدِّيْقًا. وَإِنَّ اْلكِذْبَ يَهْدِي إِلَى اْلفُجُوْرِ وَ إِنَّ اْلفُجُوْرِ يَهْدِي إِلَى النَّارِ. وَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ خَتىَّ يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا.
Abdullah ibnu Mas’ud berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, kebaikan itu menuntun ke surga, dan seseorang itu akan berlaku jujur sehingga tercatat di sisi Allah sebagai seorang yang siddiq (yang sangat jujur). Sedangkan dusta menuntun kepada curang, dan curang itu menuntun ke dalam neraka. Dan seorang akan berlaku dusta sehingga ia akan tercatat sebagai pendusta di sisi Allah..” (H.R. Bukhari)
Kurangnya kejujuran ini membuat siswa berkurang rasa malunya. Ia dengan ringan bisa senang dan berbangga dengan nilai sepuluh yang ia dapatkan dari hasil menyontek. Nilai bagus itu bukan hasil usahanya, bukan hasil otaknya, tapi dari hasil keculasan dan penipuan. Seorang kawan guru pernah menemukan ‘jimat’ (catatan kecil) dalam suatu ujian yang panjang jimat itu sekitar dua meter. Jimat ini dilipat sedemikian rupa sehingga akhirnya berukuran sangat kecil dan praktis membukanya. Pada kasus lain seorang siswa putri menulis jimat di pahanya. Beraneka cara terus ditemukan oleh siswa untuk mengelabui guru/pihak sekolah.
Matinya kejujuran ini diikuti matinya semangat belajar siswa yang bersangkutan. Logikanya, untuk apa berusaha belajar keras, toh nilai bagus dengan mudah bisa didapatkan, tanpa perlu belaja keras. Jadilah mereka orang-orang yang lemah ilmu dan keterampilannya. Ke depan ia menjadi orang-orang ang lemah ilmu dan keterampilannya dalam menghadapi kehidupan ini. Tamat penddikan hingga perguruan tinggi sekalipun, ia tetap bingung tak tahu apa yang harus ia kerjakan.
Berdasarkan hadis di atas betapa Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menjadi orang-orang yang jujur. Saking pentingnya kejujuran itu, kejujuran itu akan menuntun pelakunya ke surga. Saking buruknya akibat dari dusta itu, dusta akan menggiring pelakunya ke neraka.
Misi terpenting pendidikan dalam Islam adalah mengantarkan pribadi-pribadi anak didik ke surga. Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang melahirkan pribadi yang berjuang dengan sekuat tenaga untuk menjadi penghuni surga di akhirat kelak. Tak ada lagi tujuan yang lebih menimbulkan semangat dan gairah bagi mereka selain tujuan dan harapan bahwa kelak mereka akan masuk surga nan abadi.
Ketidakjujuran menghilangkan gairah kepada kebaikan. Orang cenderung melihat dunia ini dan orang lain dengan cara pandang mereka. Orang tidak jujur cenderung melihat orang sama tidak jujurnya dengan dirinya atau lebih parah. Orang tidak jujur menganggap segala sesuatu tujuan yang ia inginkan bisa dicapai dengan terus menerapkan perilaku dusta. Tak ada yang ia lihat jernih dalam kehidupan ini. Ia melihat dunia ini penuh dusta sebagaimana ia terus mendustai orang lain dan dirinya sendiri.
Sangat disayangkan bahwa dalam jumlah kasus yang tidak sedikit pihak sekolah malah memberikan dukungan dan jalan bagi ketidakjujuran ini. Mereka menganggap dengan cara ini mereka telah menolong siswa. Mereka menganggap dengan pertolongan yang dilakukan dengan cara tak jujur itu adalah bukti tanggung jawab dan cinta mereka pada siswa. Suatu anggapan yang sangat naif dan keliru. Siswa memang nilainya bagus. Siswa seluruhnya lulus dalam ujian nasional. Memang tak ada siswa yang bersedih karena tak lulus ujian nasional. Sekolah memang telah berhasil meluluskan seratus persen siswanya. Dan hampir tak ada siswa yang tak berbahagia dengan kenyataan bahwa mereka lulus ujian tanpa peduli dengan cara bagaimana pihak sekolah telah membuat mereka lulus ujian. Akan tetapi, hakikatnya siswa telah dibodohi. Siswa tak tahu akan kemampuan mereka. Siswa jadi pemalas dan tak mau berjuang mengasah otak. Siswa yang kurang dalam akademis makin kurang alias makin bodoh. Siswa yang sebenarnya otaknya cerdas, ia tak tahu kalau otaknya cerdas alias ia jadi pemalas. Kata pepatah malas pangkal bodoh.
Dengan segala perilaku ketidakjujuran di institusi pendidikan ini maka sedang terjadi usaha pembodohan massal generasi muda. Sang kepala sekolah bisa tenang karena tak ada protes dari orang tua dan atasannya sehingga jabatannya jadi langgeng. Sang kepala dinas jadi senang orang menganggap ia telah berhasil membina orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya. Padahal, mereka telah tertipu. Mereka melakukan tipu daya sehingga tak sadar sebenarnya mereka sedang menipu diri mereka sendiri. Sang kepala sekolah bahagia dengan tetap dalam jabatannya. Sang siswa menangis pilu karena pembodohan itu, suatu saat ketika ia menyadarinya.
Membunuh kejujuran sama dengan membunuh para penghuni surga dan menghidupkan para penghuni neraka. Iblis punya banyak tentara yang terus menipu orang-orang yang bisa dibodohi untuk diajak ke neraka bersamanya. (Author: Yudi Hendra. S.Pd)