Salah satu bentuk keistimewaan dan kesempurnaan agama Islam adalah perhatiannya terhadap segala aspek kehidupan manusia, sekecil dan seremeh apa pun itu, termasuk tentang kesucian atau keberhasilan, yang dalam istilah Islam disebut dengan thaharah (bersuci) (Hal. 9).
Di era modern saat ini seakan kebebasan dalam hidup sudah tidak terbatas lagi. Segalanya serba mewah. Anggap saja misalkan ketika kita buang air besar (BAB) dan bersuci di toilet modern, di sana langsung disediakan tisu sebagai bahan pembersih tinja ketika BAB. Hal ini hanya sifatnya bersih, namun kesuciannya tidak bisa dipertanggungjawabkan secara hukum Islam. Karena ketika bersih belum tentu suci. Begitu pula ketika suci belum tentu suci.
Namun mayoritas ketika sudah suci, bisa mendekati pada bersih. Padahal secara khusus Islam menganjurkan dalam bersuci agar tidak sembarangan supaya tidak terjangkit kuman penyebab penyakit.
Kehadiran buku ini mengajak kita untuk melihat lebih jernih lagi terkait persoalan tersebut di dunia modern saat ini. Tata cara bersuci sebenarnya bukan hal yang sulit bagi kita sebagai umat Islam, jika memang tata cara bersuci itu dijadikan sebuah kebiasaan. Sebenarnya hal itu tidak hanya untuk umat Islam, namun umat non-Islam jika memang ingin dirinya suci secara sempurna juga patut mempelajari dan membaca buku ini. Bersuci yaitu upaya membersihkan kotoran yang mengandung kuman atau hadats dalam rangka menjalankan ibadah, misalkan shalat (Hal. 17).
Perlu ditekankan di sini bahwa antara suci dan bersih sangat jauh berbeda. Karena terkadang sesuatu yang bersih itu sejatinya tidak suci. Tetapi ketika sudah suci, mayoritas segalanya bersih. Namun ada pula yang kotor, tetapi suci. Dari persoalan pelik ini kita perlu belajar lebih dalam lagi terkait mensucikan diri dari berbagai kotoran yang mengandung kuman penyebab penyakit pada tubuh kita. Ketika tubuh dan jiwa sudah suci dan bersih, hidup sehat akan mudah diperoleh. Bahkan, bukan hanya sehat secara jasad, namun kesehatan berkat bersuci yang benar bisa dirasakan oleh jiwa. Selain itu pula, tubuh dan jiwa yang suci akan terlihat segar, sehat, dan berkesan begitu wibawa.
Keunikan buku ini bukan hanya sekedar bersuci bagi orang yang secara fisik sehat dan tanpa halangan saja. Namun bentuk bersuci versi orang yang berhalangan tanpa memakai air pun menjadi topik menarik dalam buku ini. Misalkan bertayammum. Tidak banyak orang tahu tata cara bertayammum yang benar. Karena hal tersebut bukan kebiasaan yang kita lakukan. Namun adakalanya sangat penting juga dipelajari guna antisipasi ketika kita dalam keadaan tidak bisa memakai air saat kita akan bersuci. Misalkan sakit, tidak ada air, dan beberapa halangan lainnya. Perlu diketahui mengenai syarat tayammum, rukun, dan hal-hal yang membatalkan tayammum (Hal. 97).
Hal tersebut sebagai bahan antisipasi ketika kelak kita dalam keadaan berhalangan memakai air untuk bersuci. Bukan hanya sebagai antisipasi ketika kita berhalangan, namun juga sebagai persiapan ketika kita kekurangan air (na’udzu billah min dzalik). Segala yang tidak mungkin dilakukan seperti bersuci memakai tanah (debu suci), bisa saja mungkin bersuci untuk menghilangkan hadats dalam rangka melakukan ibadah dengan tayammum.
Bahkan dalam menghilangkan najis yang disebabkan jilatan (air liur) atau keringat Anjing kita perlu belajar cara mensucikannya. Karena mensucikan sesuatu yang terkena jilatan Anjing beda dengan mensucikan sesuatu yang terkena najis biasa. Menurut keterangan, air liur Anjing mengandung banyak bakteri penyebab penyakit menular yang berbahaya. Salah satu cara untuk membunuh (menghilangkan) kuman atau bakteri yang berbahaya itu yaitu dengan terkena tanah. Itulah alasan cara mensucikan sesuatu yang terkena jilatan Anjing dalam agama Islam harus dibasu dengan tujuh kali bilasan yang salah satunya dibilas dengan tanah yang suci (Hal. 131).
Begitu kiranya makna dan betapa penting bersuci dalam hidup ini. Bersuci tak lain dan tak ada tujuan lain kecuali agar manusia hidup sehat dan terhindar dari berbagai macam penyakit. Tidak ayal lagi ketika umat manusia ini menyepelehkan tatacara bersuci yang benar, berbagai macam penyakit sulit untuk dihindari. Tubuh yang kotor apalagi mengandung najis, itu akan menjadi ancaman bagi kesehatan kita masing-masing. Begitu pula ketika bersuci namun tidak dengan cara yang benar, maka tidak dapat dimungkiri lagi, kuman akibat najis masih akan terus menggerogoti tubuh kita.
Panduan praktis dalam buku ini cukup memberikan solusi dalam kehidupan dalam menghadapi keadaan yang tabu bagi mereka yang jarang bergelut dalam kajian hukum dan tatacara bersuci menurut Islam. Panduan praktis dalam buku ini mulai dari tatacara berwudlu yang benar, tayammum, bersuci ketika BAB, cara menghilangkan najis, dan tatacara membedakan antara darah haid, nifas serta darah istihadlah. Karena tidak serta merta darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita itu disebut darh haid. Dari sini selain tahu tatacara bersuci yang benar, juga memahami mana yang disebut suci, bersih, kotor, najis, darah haid, nifas, dan hingga darah istihadlah serta hukum-hukumnya.
Judul              : Panduan Lengkap Bersuci untuk Muslim & Muslimah
Penulis            : Ahmad Reza
Penerbit          : DIVA Press
Cetakan          : I, Juni 2013
Tebal              : 204 Halaman
ISBNÂ Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 978-602-255-152-2
Peresensi        : Junaidi Khab*