Cara Cerdas Memberantas Malas

0
696

Apakah Anda suka menunda-nunda pekerjaan? Suka bermalas-malasan dan enggan melakukan aktivitas? Jika iya, itu pertanda Anda sedang mengidap suatu penyakit yang membahayakan. Ya, penyakit malas. Bahayanya, pekerjaan akan tertunda, tugas-tugas menumpuk, jarang memberikan hasil yang memuaskan dari kegiatan yang dilakukan, hati resah dan gelisah, dan pastinya akan menunda kesuksesan.

 

Allah SWT telah berfirman dalam Q.S Al-An’am ayat 132, “Dan masing-masing orang ada tingkatannya, (sesuai) dengan apa yang mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.” Hal ini menerangkan apa yang kita dapatkan akan sesuai dengan apa yang kita lakukan. Mengikuti kemalasan dengan tidak melakukan apa-apa akan membuat kita tidak mendapatkan apa-apa.

 

Malas tidak bisa dibiarkan begitu saja. Jika malas menyelubungi pikiran, hati, dan tindakan kita, maka lama-kelamaan malas akan menjadi kebiasaan. Suatu kebiasaan merupakan suatu perbuatan yang akan terjadi dan terlakukan dengan berulang-ulang. Karena malas bukan perihal yang baik, mari kita stop malas sekarang juga dengan cara cerdas berikut ini.
Pertama, tetapkan tujuan. Malas dalam melakukan sesuatu kegiatan bisa terjadi karena kita tidak memahami tujuan kita melakukan kegiatan itu. Ini bisa merupakan tujuan jangka pendek atau tujuan jangka panjang. Memiliki tujuan akan membantu kita untuk mendapatkan motivasi, karena kita mulai bekerja menuju tujuan yang  benar-benar ingin di capai. Dengan memiliki tujuan yang jelas untuk di capai, motivasi akan timbul dalam diri kita sehingga kita terdorong untuk mulai melakukan kegiatan tersebut tanpa diganggu oleh si “malas”. Jadi, mari tetapkan tujuan yang jelas dan mengkonsep setiap kegiatan agar pemikiran-pemikiran kita memicu dorongan yang kuat dari dalam diri sehingga kita tidak malas memulai kegiatan tersebut.

 

Menetapkan tujan tidak terlepas dari mengawali semuanya dengan niat yang baik. Niat yang baik adalah semata karena mencari Ridho Allah SWT, karena kita sadari bahwa tujuan kita hidup di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. ”Manusia dibangkitkan kembali kelak sesuai dengan niat-niat mereka” (HR Muslim).

 

Kedua, hargai diri sendiri. Hal yang harus kita tahu yaitu mencoba termotivasi dari efek positif penghargaan diri. Dengan menghargai diri sendiri untuk setiap tujuan yang telah tercapai dari kegiatan yang kita lakukan, maka diri ini akan lebih giat beraktivitas. Ketika merasai bahwa menyelesaikan sesuatu itu lebih menyenangkan daripada membiarkannya terbengkalai, maka kemalasan akan lenyap dari diri kita. Ini berkat penghargaan yang kita berikan pada diri kita sendiri. Kita harus selalu merasa luar biasa sehingga kita akan terpacu untuk melakukan kegiatan yang lebih besar lagi. Namun ingat, jangan terlalu berlebihan dalam menghargai diri, karena manusia memang tak sempurna. Berlebihan menghargai diri bisa menjatuhkan diri pada kesombongan padahal “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia” (HR. Muslim).
Ketiga, hilangkan perasaan-perasaan negatif. Ingat, emosi-emosi negatif seperti kemarahan, kecemasan dan kekecewaan dapat menurunkan motivasi diri. Diri yang tidak termotivasi dan tak punya tujuan jelas akan membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tak penting. Secara drastis, kita akan terfokus pada perasaan-perasaan negatif ini yang membuat waktu kita tidak efisien. Lambat laun kemalasan untuk melakukan aktivitas akan menyelubungi diri. Ini berarti kita harus membiasakan diri dengan perasaan-perasaan positif yang dapat mengontrol sikap dan kinerja kita.

 

Munculnya perasaan-perasaan yang positif akan menimbulkan prasangka yang baik dalam diri kita. Allah SWT berfirman, “Aku tergantung prasangka hamba-Ku. apabila ia berprasangka baik kepada-Ku, maka kebaikan baginya, dan bila berprasangka buruk maka keburukan baginya (HR Ahmad). Berprasangka baik kepada Allah SWT akan memunculkan perasaan tenang dalam diri kita sehingga kita akan enjoy menjalankan aktivitas kita. Jika perasaan nyaman pada suatu pekerjaan telah dirasakan, maka kemalasan pun akan menjauhi hari-hari kita.
Keempat, tumbuhkan minat. Salah satu hal yang efektif dilakukan agar termotivasi meninggalkan malas adalah dengan menumbuhkan minat terhadap aktivitas yang akan kita lakukan. Minat dapat memacu diri untuk tidak malas sehingga diri dapat memulai aktivitas tersebut dengan perasaan suka ria.

 

Menumbuhkan minat dapat diawali dengan mengucapkan Bismillah. Dengan begitu jiwa akan terasa sejuk. Memulailah dengan Asma-Nya, dan keyakinan tentang keagungan Sang Penguasa akan mengantarkan kita pada aktivitas yang menyenangkan untuk dijalankan. Lagipula, tentu kita tidak mau apa yang kita lakukan tidak dirahmati Allah, seperti yang tercantum dalam Hadis Riwayat Ahmad, bahwa“Setiap urusan (perbuatan) yang tidak diawali dengan Bismillahirrahmanirrahim, maka cacat (terputus dari rahmat Allah)”.

 

Kelima, mengalahkan penundaan dan gangguan. Penundaan dan setiap jenis gangguan dapat memiliki pengaruh negatif pada diri kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk membuat  ruang yang jelas tentang pola kegiatan. Hindarilah segala jenis gangguan yang menimbulkan penundaan seperti hal-hal yang membuat kita tertarik, contohnya tayangan televisi, online untuk hal-hal yang kurang penting, dan lain-lainnya yang hanya membuat pekerjaan atau aktivitas kita tertunda. Rasulullah saw bersabda, ”Diantara tanda kebaikan keislaman seseorang adalah jika ia mampu meninggalkan hal-hal yang tidak memberi manfaat kepadanya.” (HR Tirmidzi).
Itulah beberapa teknik memberantas malas yang sebaiknya mulai kita terapkan. Kemalasan yang belarut-larut akan menimbulkan efek samping yang begitu luar biasa terhadap hidup kita. Karena itu, stop malas sekarang juga!

 

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah Saw pernah memegang bahuku sambil bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia seolah-olah orang asing atau pengembara’. Ibnu Umar berkata, ‘Kalau datang waktu sore jangan menanti waktu pagi. Kalau tiba waktu pagi jangan menanti waktu sore. Gunakan sebaik-baiknya sehatmu untuk waktu sakitmu dan masa hidupmu untuk waktu matimu” (HR. Bukhari).

By: Nella Dwigusni Yayu

Img: loexie.wordpress

Tinggalkan Balasan