Penulis pernah berkunjung ke rumah seorang sahabat di Jeddah. Anaknya (14 tahun) membukakan pintu, menemaniku berbincang. Setelah ayahnya datang, masuklah anak tersebut dan keluar lagi membawakan minuman dan hidangan.
Selama menunggu tuan rumah, penulis meminta anak tersebut bercerita kisah yang berkesan dalam hidupnya.
Ia bertutur, “Ada dua orang sahabat bepergian ke padang pasir, sesampainya di sana terjadilah perselisihan.
Puncaknya salah satu diantara keduanya menampar sahabatnya. Si Penampar menyesal karena telah mengikuti bisikan setan dan meminta maaf. Yang ditampar pun memaafkannya. Sebelumnya ia sempat menulis di atas pasir, “Pada hari ini… sahabatku menamparku.”
Keduanya melanjutkan perjalanan sampai ke suatu lembah. Tiba-tiba datanglah air bah dengan cepatnya. Seorang yang ditampar tadi terpeleset dan terbawa arus air yang deras. Segera sahabatnya menyelamatkannya dengan sigap.
Yang ditolong segera berterimakasih. Lalu ia memahat di atas batu, ” Pada hari ini… sahabatku telah menyelamatkanku dengan izin Allah”.
Kita bisa memetik beberapa pelajaran dari kisah di atas: Pertama: Dalam berinteraksi dengan siapapun apakah ia teman, istri/suami, murid/guru, bawahan/atasan mesti saja kita pernah dikecewakannya. Tidak ada manusia yang sempurna.
Kedua: Hendaklah kita banyak memaklumi dan memahami orang lain. Janganlah menuntut orang lain memaklumi dan memahami kita agar kita tidak kecewa. Ketiga: Meminta maaf adalah akhlak mulia dan memaafkan lebih mulia lagi.
Keempat: Janganlah memendam dendam. Lupakanlah kesalahan saudara kita jika kesalahannya tidak disengaja, tidak fatal dan kebaikannya sangat banyak sekali. Apalagi jika ia telah menyesal dan bertaubat. Perbaikilah kesalahan saudara kita dengan doa dan cara yang baik.
Kelima: Ingatlah kebaikan saudara kita, balaslah kebaikannya dengan ungkapan terimakasih, doa dan perbuatan baik.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya, “Barangsiapa tidak berterimakasih kepada manusia maka ia tidak bersyukur kepada Allah” (Hadits Shahih Riwayat Ahmad dan Tirmidzi).
“Barangsiapa telah berbuat baik kepada kalian, maka balaslah kebaikannya. Apabila kalian tidak mendapatkan sesuatu untuk membalas budinya, maka doakanlah untuknya sehingga kalian berpendapat seolah-olah telah membalas budinya.” (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Abu Daud dan lainnya)
Jika kita menanam kebaikan kepada saudara kita, niatkanlah untuk mengharap ridha Allah semata. Janganlah berharap ucapan terimakasih atau balasan apapun agar kita tidak kecewa dan tidak rusak amal kita. Allah yang akan membalas kebaikan kita di dunia dan akhirat.
Ya Allah karuniakanlah untuk kami keikhlasan yang membuahkan amal shalih. Ya Allah jadikanlah kami sebagai orang-orang yang bersyukur atas nikmat-nikmatMu. Amin. (Republika, img: tribunnews)