Selembut melati; wangi dan tak berduri

0
466

Kelembutan merupakan bagian esensial dari keindahan. Keindahan itu sebenarnya wajah dari kelembutan. Seandainya saja, kita semua bisa berlemah lembut, maka semua akan tampak indah. Rumah menjadi indah, kantor tampak mempesona, masjid menjadi tempat yang dirindukan, sekolah bagaikan taman bunga yang semerbak berwangi – wangi, bahkan terminalpun tidak terasa pengap dan panas, jika kita semua bisa menampilkan kelembutan. Kemanapun kita hadapkan wajah, pasti dapat menyaksikan keindahan. Dan karena akhir – akhir ini kita lebih sering mendemonstrasikan kegarangan dan kekerasan, maka dunia menjadi buruk rupa. Apapun dan siapapun yang dihinggapi oleh kelembutan, maka akan terhiasi olehnya.

Amr Ibnu al Ahtam berkata,” Dunia ini tidak terasa sempit karena tingginya populasi penduduknya, tetapi perilaku orangnya yang membuat sesak dan sempit kedalam  dada “[1] . Dengan kata lain, dunia yang luas dan indah tidak bisa menampung sedikit orang yang kasar dan bertindak represif, tetapi sejengkal tanah yang sempit akan terasa luas jika penghuninya bisa bersikap ramah dan lembut. Oleh karena itu, bersikap ramah dan lembut kepada sesama merupakan manifestasi pemanusiaan manusia. Kekasih kita bersabda,” Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut , mencintai kelembutan dan memberi dengan sebab kelembutan itu kepada sesuatu yang tidak diberikanNya dengan sebab kekerasan dan sebab – sebab yang lainnya“ HR.Muslim dan Abu dawud.

Berlemah lembut bukan berarti lemah, justru  merupakan sumber kekuatan. Dengan lemah lembut seseorang akan mendapatkan banyak teman dan sahabat. Sedangkan kekerasan adalah sumber kelemahan, karena dengan bersikap keras dan kasar sesorang akan dijauhi oleh teman dan sahabatanya, apalagi oleh orang lain. Salah seorang idola kita,Ali bin Abi Thalib berkata ,” sesungguhnya seribu teman dan sahabat itu sedikit, sedangkan seorang musuh itu banyak”[2]. Dengan demikian, kelembutan disamping akan mengantarkan seseorang kepada ridla Penciptanya, juga akan menjadi salah satu pengantar kesuksesan hidupnya. Karena dengan banyak teman dan sahabat, dunianya menjadi luas, banyak net worknya dan semakin marketable . Hal ini pulalah yang terkandung  dibalik sabda kekasih kita yang bersuara,” barang siapa yang ingin diluaskan rejekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menyambung rahimnya ( persaudaraannya ),HR.Bukhari dan Muslim

Kelembutan juga mengundang cinta, cinta mengundang rindu,  rindu melahirkan kepedulian dan kepedulian mengundang pengerbonan.Sekarang tergantung anda, ingin dicintai siapa, dirindukan siapa dan dibela oleh siapa….? Orang yang lembut kepada keluarganya akan dicintai oleh keluarganya. Yang lembut kepada kedua orang tuanya akan mendapatkan cinta mereka, yang lembut kepada anaknya akan dicintai  oleh anak- anaknya. Siapa yang lembut kepada tetangga, kepada bawahan, atasan, mitra kerja, guru, murid, teman, pemimpin, rakyat dan kepada siapapun yang ditemuinya, maka akan mendaptkan cinta dari mereka – mereka itu.   Dan orang yang ingin mendapatkan cinta penciptanya, maka harus lembut kepada semua makhlukNya. “ Orang – orang yang lembut – penuh kasih akan disayangi oleh yang Maha kasih, sayangilah mereka yang dibumi, maka kalian akan disayangi oleh yang dilangit “[3].  Dengan demikian sangat tepat pula apa yang dikumandangkan oleh kekasih kita,” barangsiapa yang terhalangi dari kelembutan, maka dia akan terhalangi dari kebaikan “[4].

Kelembutan juga rahasia kebahagiaan diri dan keluarga. Seeorang yang emosional sama dengan memendam bara api diotak dan dadanya. Panasnya memyebar keseluruh badan dan kepada orang – orang yang hidup didekatnya. Masalah utama dalam rumah tangga adalah bagaimana bisa merawat dan melestarikan cinta kasih yang menjadi pondasi  pernikahan. Tentu tidak mudah merawat cinta kasih seiring dengan perjalanan waktu yang meniscayakan adanya perubahan dalam segala sisinya.Disinilah dibutuhkan kelembutan dalam berkata atau bertindak dari masing – masing anggota keluarga, terutama dari pemimpinnya. Karena kelembutan bisa menutupi segala kekurangan yang ada.  Nabi kita berpesan,” sebaik – baik kamu adalah yang terbaik kepada keluarganya dan akulah orang yang terbaik kepada keluargaku “[5] Kelembutan bisa merubah situasi yang panas menjadi dingin, merubah orang yang sedang emosi menjadi tersadarkan, orang yang dendam hilang rasa dendamnya, sesuatu yang buruk menjadi indah. Karena itu sang pendingin mata kita bersabada“ Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada suatu keluarga, maka dia masukkan kelembutan ditengah – tengah mereka “[6].

Dan the last but not least, cara – cara represif atau kekerasan dalam segala bentuknya bukan cara manusia, melainkan cara binatang. Dengan bersikap ramah dan lembut kepada orang lain berarti kita telah memanusiakan diri sendiri dan orang lain. Lebih – lebih lagi ketika mengoreksi kesalahan orang lain atau menasehati mereka. Nasehat yang disampaikan dengan bahasa yang sopan dan dengan suara yang lembut, lebih mungkin diterima oleh orang yang dikoreksi daripada yang disampaikan dengan penuh kekerasan. Lihatlah contoh bagaimana Nabi kita menegur kesalahan sahabatnya. Mu’awiyah bin Hakam yang waktu itu baru masuk Islam menuturkan, ”dikala aku shalat bersama Rasulullah dan sahabat-sahabatnya, tiba – tiba ada seorang laki – laki dari mereka yang bersin, maka aku ucapkan “ yarhamukallah “ ( mudah – mudahan Allah merahmatimu ), maka orang – orang memandangi aku dengan pandangan yang tajam, maka aku berkata,” aduh buk, kenapa kalian memandangiku dengan cara demikian ?”, maka mereka memukulkan tangannya kepaha-paha mereka. Aku tidak melihat mereka mendiamkan aku, tapi aku diam sendiri. Setelah beliau selesai shalat, demi ayah dan ibuku aku tidak pernah menyaksikan seorang guru yang lebih baik dari beliau, baik sesudah maupun sebelumnya, demi Allah, dia tidak membentakku atau memukulku atau mencelaku, tidak. Beliau hanyalah bersabda,” sesungguhnya shalat ini, didalamnya tidak boleh ada pembicaraan dengan manusia, dia itu tasbih, takbir dan membaca alQur’an. Kemudian aku matur lagi,” wahai Rasulullah, aku orang yang baru masuk Islam, dan diantara kami ada yang datang kedukun atau peramal “, maka beliau berkata,” ya, kamu jangan datang kepada mereka ”. Aku matur lagi, ”diantara kami ada yang mempercayai  “ sial ” “, beliau berkata lagi,” itu sesuatu yang mereka temui didalam hatinya “ , beliau tidak menghalangi mereka ”. [7]

Kasus – kasus seperti itu banyak kita jumpai dalam kehidupan Nabi kita, seperti kasus seorang  arab kampung yang kencing didalam Masjid Nabawi, seorang pemuda yang minta ijin agar diperbolehkan berbuat zina dan lain sebagainya. Semuanya dihadapi secara manusiawi dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.


[1] Al Hushriy,zahrul adab wa tsamr al albab, Juz I, hal.3

[2] Ibid.alMustathrof,juzI hal.123

[3] HR.Turmudzi dan Baihaqi

[4]HR.Muslim

[5] HR.Bukhari – Muslim.

[6] HR.Ahmad

[7] HR.Ahmad dan Nasa’i.

[8]  Ibnu Abdi Rabbih al andalusiy, Al iqd al farid, Juz I hal,280

[9] Al Iqd al Farid, ibid

[10] HR.Abu Daud dan Hakim

[11]HR.Bukhari

[12]  Ibnu Khalkan, Wafiyatul a’yan, Juz VI hal.168

Tinggalkan Balasan