تَعَلَّمِ العِلْمَ وَاعْمَلْ يَا أُخَيَّ بِهِ فَالعِلْمُ زَيْنٌ لِمَنْ بِالعِلْمِ قَدْ عَمِلًا
Wahai saudaraku! pelajarilah ilmu dan amalkanlah ilmu itu,
Karena ilmu adalah hiasan bagi orang yang mengamalkannya
اَلْعِلْمُ اَشْرَفُ شَيْئٍ نَالَهُ رَجُلٌ مَنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ عِلْمٌ لَمْ يَكُنْ رَجُلًا
Ilmu adalah sesuatu yang paling mulia yang dicapai oleh orang yang perkasa
Barang siapa yang tidak memiliki ilmu maka bukanlah orang yang perkasa
اَلنَّحْوُ زَيْنُ الفَتَى وَالفِقْهُ حِلْيَتُهُ وَمَنْ عَدَا مِنْهُمَا فَاعْدُدْهُ فِى البَقَرِ
Ilmu nahwu adalah hiasan kaum muda, sementara ilmu fiqh adalah batu permatanya
Barang siapa kosong sama sekali dari keduanya maka menjadi bagian dari sapi
(tak ubahnya sapi)
وَالبُلْغُ حُسْنُ الفَتَى وَالنُطْقُ تَطْرِيْزُهُ وَمَنْ خَلَا مِنْهُمَا فَاعْدُدْهُ فِى الْحُمُرِ
Ilmu balaghah adalah dandanan kaum muda, sedangkan ilmu mantiq adalah sulamannya
Barang siapa kosong sama sekali dari keduanya maka menjadi bagian dari keledai
(tak ubahnya keledai)
[Sya’ir ini di tulis Syekh Dhofir Munawwar]
……*……
Dialah orang nomor satu di Sukorejo, kepintarannya melebihi Kiai As’ad. Di tangannya, pendidikan Pondok Pesantren Sukorejo menjadi lebih baik. Bersama Kiai As’ad, Beliau merintis berdirinya sekolah umum dan perguruan tinggi. Beliaulah Syekh Dhofir, Sosok ulama ahli surga yang tidak akan pernah terlupan oleh keluarga besar Sukorejo.
BERBICARA tentang Kiai Haji Raden Dhofier Munawar atau yang lebih dikenal dengan sapaan Syeikh Dhofier, maka tidak akan pernah lepas dari kepasitasnya sebagai gudang keilmuan Sukorejo. Di dalam dirinya mengalir deras berbagi disiplin ilmu yang menjadi bekal para santri. Syeikh Dhofierlah yang mengurusi segala sesuatu yang berkaitan dengan keilmuan di Pesantren Sukorejo. Apalagi, sejak tahun 1974 sampai meninggalnya, jabatan beliau adalah mansya’.
Tumbuh dan berkembangnya pendidikan di pondok pesantren Sukorejo tidak pernah dapat dipisahkan dari upaya reformasi sistem pendidikan yang dilakukan oleh Syekh Dhofir. Dulu, sebelum Syekh Dhofir menginjakkan kaki di Sukorejo, sistem pendidikannya masih sangat tradisonal. Penataan Kurikulum pendidikan dan pengelolaan model pengembangan keilmuan santri masih sangat minim. Namun kondisi ini berbalik arah secara total, dikala sang menantu Kiai As’ad ini datang mengbadikan dirinya untuk pengembangan pesantren.
Syeikh Dhofier memang dikenal alim, terutama dalam bidang fiqh. Bahkan konon, Kiai As’ad sendiri mengakui: dalam bidang fiqh beliau kalah dibanding sang menantu, Syeikh Dhofier. Pengembaraan Syeikh Dhofier dalam bidang keilmuan mulai diasah di Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk Sumenep. Di pesantren ini, beliau digembleng sendiri oleh kakak iparnya, KH. Abdullah Bajjad. Kiai Abdullah ini suami Nyai Shafiyah, kakak kandungnya. Di Guluk-guluk Syeikh Dhofier melahap semua kitab-kitab ilmu alat, semacam nahwu dan sharraf.
Belum puas menimba ilmu di Annuqayah, Syeikh Dhofier melanjutkan pengembaraannya di Pondok Pesantren Sidogiri, di bawah asuhan KH. Abdul Djalil. Di Pesantren Sidogiri ini, Syeikh Dhofier pernah diangkat sebagai “kelurahan” pondok pesantren. Menurut penuturan beberapa temannya, Syeikh Dhofier terkenal dengan kewara’an dan kealimannya. Bahkan beliau dikenal sebagai “Macan Sidogiri”. “Banyak santri yang antri sorogan kitab kepada beliau di asramanya,” imbuhnya.
Setelah di Sidogiri, Syeikh Dhofier melanjutkan pengembaraannya ke Pondok Pesantren Lasem Jawa Tengah, asuhan Kiai Maksum. Di Pesantren ini, konon beliau hanya untuk mencari barokah. Dan tidak beberapa lama kemudian, Kiai As’ad memanggilnya untuk membantu Pondok Pesantren Sukorejo.
Beliau tidak pernah bergelut di pentas politik. Fokus mengurusi pondok pesantren adalah kesibukan sehari-harinya. Terlebih pada saat itu Kiai As’ad sering meninggalkan pondok dalam waktu yang relatif lama. Beliau hanya aktif di organisasi NU dibidang Bahtsul Masail. Namun tidak sepenuhnya aktif karena masih terus fokus terhadap pengelolaan pesantren. Di tengah gencar-gencarnya intervensi PKI dalam merusak tatanan persatuan dan kesatuan negara Republik Indonesia di waktu itu, allahummagfirlahu Kiai Dhofir membuat do’a khusus yang dipersembahkan untuk orang muslim untuk kemenangan Islam.
Kiai kelahiran 1923 tersebut lalu dinikahkan dengan Nyai Zainiyah As’ad (Putri KHR As’ad Syamsul Arifin) pada tahun 1944. Syeikh Dhofier dan Kiai As’ad sebenarnya masih famili; silsilahnya bertemu di Kiai Ruham, sang kakek. Syeikh Dhofier ini putra bungsu Kiai Munawar bin Kiai Ruham. Pasangan Syeikh Dhofier-Nyai Zai ini akhirnya dikarunia empat putri dan seorang putra; yaitu Qurratul Faizah, Tadzkirah (meninggal usia 6 tahun), Uswatun Hasanah, Umi Hani’, dan Imdad Ibrahimy yang kemudian berganti nama Azaim Ibrahimy (Pengasuh IV Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo saat ini).
Syeikh Dhofier terkenal dengan kealimannya dalam bidang fiqh dan tasawuf. Menurut Syeikh Dhofier, antara fiqh dan tasawuf tidak bisa dipisah-pisahkan. Karena, “Sebenarnya tasawuf merupakan intisari ilmu fiqh. Sedangkan ilmu balaqhah merupakan intisari ilmu nahwu,” tuturnya. Pada tahun 1956, beliau dipercaya oleh Kiai As’ad bersama Kiai Thoha (mertua Nyai Hj. Uswatun Hasanah) mengurusi pesantren. Kiai Dhafir dipercaya untuk mengurusi pendidikan formal. Sedang Kiai Thoha dipercaya dibagian pengajian non-fomal dan bagian kepesantrenan, di atas bagian keamanan.
Dalam meramu pendidikan di Sukorejo, Kiai Dhafir memadukan kurikulum pesantren Guluk-Guluk dan pesantren Sidogiri. Bersama Kiai As’ad, Beliau perintis diadakannya SMP di pondok pesantren Sukorejo. Walaupun banyak orang yang tidak setuju dengan gagasan ini, tapi akhirnya mampu memperjuangkan apa yang beliau rintis, hingga lahir kemudian SMA dan perguruan tinggi UNIB (Universitas Ibrahimy). Sampai kemudian berubah nama menjadi IAII. Dengan pola pendidikan yang seperti ini, Kiai kelahiran Pamekasan tersebut ingin menyantrikan masyarakat dan nyantri sekaligus sekolah. Sehingga diadakan peraturan wajib sekolah Diniyah dan sunnah sekolah Umum. Dirintisnya sekolah umum merupakan bagian dari usaha dalam penyempurnaan terhadap sistem pesantren kearah sistem pendidikan yang lebih memungkinkan untuk memperoleh kesempatan secara luas kepada para santri dalam mengakses pendidikan.
Pada Saat dikonfirmasi oleh Kru TA, Ibu Nyai Uswatun Hasanah menuturkan bahwa Syekh Dhofir terkenal dengan Kesabaran, katabahan, ketekunan, dan kedisiplinannya. Patut untuk dicontoh bahwa sesibuk apapun, belliau pasti meluangkan waktunya dengan putra-putrinya untuk bergurau, bahkan ketika bergurau beliau juga memposisikan diri seperti anak-anak, sikap ini yang pernah dilakukan Rasulullah r kepada putra-putrinya. Bahkan beliau sendiri yang secara langsung mengajari istrinya (Almarhumah Nyi Zainiyah As’ad) dan anak-anaknya. Nyai Zainiyah belajar kepada kiai Dhofir dari nol sampai Nyi Zainiyah dikenal sebagai paling alim selevel perempuan di Sukorejo.
Seluruh jiwa dan raga dihabiskan untuk pengbadian kepada Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah. Ia habiskan hari-harinya, untuk mengajar mulai dari kitab yang kecil sampai yang besar. Di antaranya kitab Taqrīb, Zubat, Taqrir, Kifāyatul Ahyār, Iqnā’, Fathul Wahāb, dan Tafsīr Jalalain. Beliau juga mengarang kitab “Syaribatus Saiqah” dan buku “Leluhur KHR. As’ad Syamsul Arifin”.
Tidak hanya itu, saking amanahnya, ayahanda KHR. Azaim Ibrahimy ini dipercaya untuk memegang dan mengelola keuangan pesantren. Beliau merupakan orang pertama yang mengusulkan adanya honorarium guru. Karena pada saat itu, biasanya guru-guru hanya diberi makan ke rumah kiai (dhalem;madura) dan diberi sarung atau baju.
Setiap Ramadhan, termasuk Ramadlan 1405, Syeikh Dhofier memberikan pengajian Tafsir Jalalain. Banyak santri, alumni, dan masyarakat yang mengikuti pengajiannya. Sayangnya, saat itu Tafsir Jalalain yang dibacanya, tidak seluruhnya tamat, hanya sepertiga kitab. Sebab beliau terserang penyakit. Pada tgl 10 Ramadlan 1405 atau 30 Mei 1985, sekitar jam dua dini hari, Syeikh Dhofier meninggal dunia, allahummagfirlahu warhamhu wa ‘āfihi wa’fu ‘anhu….amīn. [d]
(Sumber data :Tabloid Salaf Edisi 93, Pebruari 2008 Wawancara dengan Nyai Hj. Dra. Uswatun Hasanah, M.Pd.I dan Drs. KH. Afifuddin Muhajir, M.Ag.)
DO’A KEMENANGAN ISLAM
[Persembahan KHR. Dhofir Munawwar untuk umat Islam]
اَلَّلهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَبِ وَمُجْرِىَ السَّحَبِ وَهَازِمَ الْاَحْزَابِ زَلْزِلَ اَقْدَامَ الْمُشْرِكِيْنَ وَالشُّيُوْعِيِّيْنَ اْلاِنْدُوْنِسِيِّيْنَ وَالنَّصَارَى وَاَعْوَانِهِمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ وَقَلَّ عَدَدَهُمْ. وَاَلْقِ فِى قُلُوْبِهِمْ الرُّعْبَ وَالْخَوْفَ وَالذِّلَّةَ,اَلَلّهُمَّ انْصُرِ الْاِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ3 x وَثبِّتْ اَقْدَامَ الْمُسْلِمِيْنَ وَانْصُرْهُمْ عَلَى اَعْدَائِهِمُ الْمُشْرِكِيْنَ وَالشُّيُوْعِيِّيْنَ اَلْاَحْمَرِيْنَ وَالنَّصَارَى وَاَعْوَانِهِمْ اِنَّكَ عَلىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرَ.( صلوة الكعبة : “اَلَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ عَدَدَمَا فِى عِلْمِ اللهِ صَلَاةً دَآئِمَةً بِدَوَامِ مُلْكِ اللهِ, اَلَّلهُمَّ حَبِبِ اْلكَعْبَة اِلَى اْلاُمَّةِ وَحَبِّبْهُمْ اِلَيْهَا حُبًّا صَادِقًا حَتَّى دَخَلُوْا فِى زُمْرَةِ الْكَعْبَةِ” 3x) اَلَّلهُمَّ اِنَّا نَعُوْذُبِكَ مِنَ اْلجُبْنِ وَاْلعَجْرِ وَالْكَسَلِ وَمِنَ اْلبُخْلِ وَاْلفَشَلِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهَ وَصَحْبِهِ وَسلَّمْ.اَلَّلهُمَّ اصْلِحْ حِزْبَنَا وَعَظِّمْ دَوْلَةَ اْلاِسْلَامِ وَالشَّرِيْعَةِ وَالسُّنَّةِ فِى هَذِهَ الِبلَادِ وَعَظِّمْ سُلْطَانَهُمْ وَعُلَمَاءَهُمُ الصَّالِحِيْنَ الْعَامِلِيْنَ وَزُعَمَاءَ هُمُ الرَّاشِدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ الصَّابِرِيْنَ عَلَى اْلِجهَادِ فِى سَبِيْلِكَ اْلحَقِّ وَقَلِّدْهُمْ اُمُوْرَ هَذِهِ البِلَادِ وَمَنَاصِبَهَا الغَالِيَةَ الرَّاشِدَةِ وَوَظَآئِفَهَا الشَّرِيْفَةَ الْمُفِيْدَةِ. اَلَّلهُمَّ حَقِّقْ اَهْدَافَهُمْ وَبَلِّغْ مَقَاصِدَهُمُ الصَّالِحَةَ الْمَرْضِيَّةَ وَاجْعَلْنَا وَاِيَّاهُمْ مِنَ الطَّآئِفَةِ الظَّاهِرَةِ عَلَى الْحَقِّ لَايَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ, اَللَّهُمَّ دَمِّرْ اَعْدَآءَهُمْ وَسَائِرَ اَعْدَآءِ اْلاِسْلاَمِ وَاَعْدَآءِ الشَّرِيْعَةِ وَاَعْدَآءِ اَهْلِ السُّنَّةِ وَاْلجَمَاعَةِ حُصُوْصًا مَنْ اَشَاعَ اْلكُفْرَ وَالظُّلْمَ وَالْمُنْكَرَاتِ وَالْبِدَعَ فِى هَذِهِ الِبلَادِ اَلَّلهُمَّ اَدْخِلِ الرُّغْبَ الشَّدِيْدَ وَاْلخَوْفَ وَالذِّلَّةَ فِى قُلُوْبِهِمْ, ” اَلَلّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ وَكَسِّرْ جَمْعَهُمْ وَخَرِّبْ دِيَارَهْمْ وَاهْذِبْ دَوْلَتَهُمْ وَسُلْطَانَهُمْ وَاَبْطِلْ مَقَاصِدَهُمُ الشَّنِيْعَةَ اَلْقَبِيْحَةَ وَنَوَايَاهُمُ اْلخَبِيْثَةَ وَشُوْكَتَهُمْ وَقُوَاهُمُ الظَّاهِرَةَ وَاْلبَاطِنَةَ وَعَجِّلْ عَلَيْهِمْ بِغَارَاةٍ عَظِيْمَةٍ دَآئِمَةٍ مِنْ عِنْدِ اللهِ حَتّىَ لَا تُبْقَى مِنْهُمْ بَاقِيَّةً وَلَا يَجِدُوْا لَهُمْ وَاقِيَةً اِلَّا بِالْاِنْقِيَادِ اِلَى الْحَقِّ وَاَهْلِهِ” اَلَّلهُمَّ انْصُرْ اَهْلَ السُّنَّةِ وَاْلجَمَاعَةِ فِى هَذِهِ الْبِلَادِ (دى بجا وقت فميلو: فِي الْاِنْتِخَابِ العَامِّ) حَتَّى خَرَجُوْا ظَاهِرِيْنَ عَلَى اَعْدَآئِهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِلْقِيَامِ عَلَى الحَقِّ وَالتَمَسُّكِ بِكِتَابِ اللهِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِهِ وَسُنَّةِ الخُلَفَآءِ الرَّاشِدِيْنَ” اَلَّلهُمَّ اجْعَلْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَرْجًا قَرِيْبًا وَمَخْرَجًا حَسَنًا وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَصَلىَّ اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَاَزْوَاجِهَ وَذُرِّيَاتِهِ اَجْمَعِيْنَ