Terjadi Perbudakan Istri Karena Salah Paham Dalil

0
368

Keluarga yang sakinah memang merupakan impian dan dambaaan setiap individu laki-laki maupun perempuan. Namun untuk mewujudkannya tidak semudah memejamkan kelopak mata, butuh perjuangan yang cukup keras. Disamping kematangan fisik, ada hal yang mesti lebih diperhatikan yaitu kematangan intelektualitas. Maraknya percekcokan, pertengkaran hingga berakhir dengan perceraian bukan karena fisik tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan biologis dan sebagainya, melainkan kematangan intelektual yang rendah hingga satu sama lain tidak saling memahami, mengalah, dan bersabar.

Dalam keluarga sakinah terdapat dua komponen, yaitu mawaddah dan rahmah. Sebagaimana dalam al-qur’an surat ar-Rum ayat 21:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (21) [الروم/21]

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Rum: 21)

Untuk mewujudkan kedua komponen tersebut tidak cukup hanya mengandalkan intelektual saja. Mawaddah akan diraih bila kita memilih pendamping yang juga mencintai kita, sebagaimana yang tertera dalam al-qur’an:

… فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ … [النساء/3]

Artinya: “… maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi …”. (an-Nisa’:03)

Pada ayat tersebut terdapat kata مَا طَابَ لَكُمْ , kebanyakan orang mengartikan kalimat tersebut dengan “wanita yang kamu senangi atau wanita yang baik bagi kamu (laki-laki)”. Kurang pas kiranya jika diartikan demikian, terbukti dilapangan banyak pertengkaran dalam keluarga dan bahkan pembudakan istri. Salah satu penyebabnya adalah kesalahan memaknai kata tersebut (مَا طَابَ لَكُمْ), apalah arti wanita yang kamu senangi sementara si wanita tidak menyenangi kamu? Wanita yang baik bagi laki-laki sementara laki-lakinya tidak baik bagi si wanita? Dalam fiqihpun sudah terdapat konsep kafa’ah (kesepadanan mempelai dari beberapa aspek), hal ini tidak lain kecuali Islam menginginkan umatnya tentram, penuh dengan mawaddah dan rahmah dalam mengarungi bahtera kehidupan keluarganya.

Lebih cocoknya kata tersebut (مَا طَابَ لَكُمْ) kalau diartikan dengan “wanita yang suka atau cinta pada kamu (laki-laki)”. Dengan demikian wanita juga aktif dalam memilih pendamping hidupnya. Sejak dahulu wanita hanya sebagai obyek tidak pernah menjadi subyek dalam memilih pasangan hidup. Keluarga yang mawaddah niscaya akan tercipta kalau ayat tersebut diamalkan, “nikahilah wanita-wanita yang mencintai kamu (laki-laki)”. Kalau kedua mempelai saling mencintai tidak diragukan akan tercipta keluarga mawaddah. Inilah makna yang lebih sesuai dari surah an-nisa’ ayat 03 diatas.

Kendati demikian, itu belum cukup untuk menciptakan keluarga yang rahmah. Tubuh yang molek, wajah ayu, lesung pipi, mata kejora, hidung macung, bibir delima, kulit mulus, jalan anggun, dan apapun saja yang membuat suami terpesona dan cinta pada istri itu hanya bersifat sementara. 10 – 20 tahun kemudian semua itu akan sirna. Tubuh mulai bungkuk, pipi mulai cekung, kulit mulai keriput, mata mulai redup, dan jalan mulai tertatih-tatih, setelah hal tersebut akankah kita tidak lagi mencintainya lalu mencari yang lebih segar? Disnilah dibutuhkan rasa kasih-sayang dari kedua pasutri (pasangan suami isatri). Dengan adanya kasih-sayang, tatanan keluarga yang penuh rahmah akan tercapai.

Dengan demikian keluarga mawaddah wa rahmah dapat digambarkan; sejak awal pernikahan ± umur 21-40 tahun merupakan mawaddah, sebab pada masa-masa tersebut pasangan suami istri masih sama-sama gres. Sedangkan 40-60 tahun terus keatas merupakan keluarga rahmah, sebab pada fase ini anggota tubuh sudah banyak yang berubah dan berkurang. Tidak mungkin rasa cinta tercipta pada kekurangan, lama kelamaan cinta itu akan pudar. Ketika itulah, rasa kasih-sayang harus tampil menggantikannya. Terwujudlah rumah impian!.

Author: Tinta Qana’ah, Img: myopera

Tinggalkan Balasan