[Cerpen] Cinta di Sepertiga Malam

0
1661

Jadilah bunga mawar berduri ditengah lautan sehingga tak sembarang kumbang yang menghisap menghisap madu manismu.

Pesan itu masih benar-benar terngiang di kepalanya, kalimat itu sudah beberapa tahun lalu disampaikan gurunya. Ia adalah siswi baru disekolah itu. Mungkin kesan pertama yang melekat padanya bahwa ia adalah seorang siswi yang cengeng. Menjadi orang baru tidak begitu menarik dirinya pada sebuah perbincangan dengan siapapun. Saat itu ia sedang menangis dengan tiba-tiba. Lalu salah satu teman menanyakan sebab ia menangis. Tetapi ia tak lantas menanggapinya karena ia sendiri tak tahu sebab ia menangis.

Suatu pagi guru kimia tiba-tiba membagikan hasilulangan harian yang diadakan setiap kali sebelum pelajaran dimulai. Meskipun hasil yang diperoleh selalu pas-pasan tetapi manfaatnya begitu besar dirasakan saat ujian semester tiba. Lebih mudah dalam mempelajarinya lebih dalam.

Namun untuk menebus kebodohannya dua tahun lalu ia tak punya pilihan. Dengan sebuah alasan ia menguatkan dirinya. Salah satu mimpi yang menguatkannya adalahia keluar negeri untuk memperdalam studinya bukan bekerja menjadi pembantu rumah tangga atau yang lainnya. Dan cara inilah yang menurutnya dapat membantu mewujudkan mimpinya itu. Pemikirannya saat itu membuatnya terlihat sombong dan angkuh diantara teman-teman dilingkungan sekitar rumahnya. Iaterkesan terlalu idealis.Namun kali ini ia merubah hidupnya. Ia tak mau terlalu mengurung dirinya dan membatasi dirinya.

Sebuah pesan masuk dari seseorang, Ryani begitu nama yang tertera dilayar. Ia menjawab pesan itu dengan kalimat yang panjang. Pesan itu berisi pertanyaan tentang penjelasan PR yang tadi diberikan guru kimia. Beberapa bulan lalu ibu guru itu memberikan pesan yang begitu menggelitik Bunga. Pacaran boleh-boleh saja malah dianjurkan jika pacarannya mengenai pelajaran.Akibat pesan itu ia selalu mendapat pesan pendek dari seseorang yang namanya Ryani itu.

Musim panas berubah menjadi musim hujan. Malam dikereta tujuan stasiun Jatinegara menyisakan pengap. Kata-kata banyak beterbangan dilangit-langit gerbong. Dari suara yang merdu hingga yang merusak balon lamunan menggema disudut-sudut dinding gerbong. Kereta itu baru masuk perbatasan Jawa Tengah. Panggilan masuk di HP ayah Bunga, tentunya ayah tahu kalau itu dari temannya yang sering nanyain PR. Tetapi sepertinya ayah Bunga mulai curiga ketikamengangkat panggilan tersebut karena yang bicara suaranya anak laki-laki sedangkan namanya perempuan, Ryani. Pasti dari pacarnya begitu kata Bulek, adiknya ibuk. Kena buli deh si Bunga dan dengan malu-malu mengambil HP itu dari ayahnya. Ketika itu mereka akan menghadiri acara sunatan kakak sepupu anak dari kakak ibunya sehingga gerbong itu ramai dengan adik-adik sepupu, paman, bulek-bulek dan apuhnya (suami budhe). Panggilan itu berisi basa-basi nanya kabar, lagi ngapain, kenapa gak masuk sekolah dan bla-bla-bla. Tapi tak lama kemudian percakapan itu selesai karena suasana didalam kereta yang terlalu ribut.

Metropolitan tak menyisakan ketenangan bagi Bunga. Baru beberapa hari saja Bunga tinggal dirumah Budhenya itu pikirannya sudah mulai terusik.Apalagi kalau bukan karena panggilan yang masuk beberapa hari lalu yang selalu menyisakan teka-teki dibenaknya. Ia masih tidak percaya kalau sahabat dekatnya yang menyuruh Ryani menelponnya seperti yang dikatakan Ryani. Kalau memang dia punya kepentingan pasti dia langsung menghubunginya tanpa meminta bantuan Ryani.

Beberapa minggu kemudian ramadhan pun datang, teman-teman sekelas berencana mengadakan acara buka bersama sekaligus tarawih dirumah salah seorang teman. Kira-kira tanggal hari ke dua puluh limaan ramadhan. Tapi masih belum pasti dirumah siapa tempatnya. Beberapa rekannya mengusulkan kalau dirumah Tata saja. Ketua kelas setuju-setuju saja karena tak jauh dari rumahnya. Kemudian dengan semangat “45” Ryani mengusulkan kalau dirumah Bunga saja karena rumahnya berada di tengah-tengah, alias rumah Bunga tak jauh dari sekolah.Sampai akhir jam pelajaran belum juga diputuskan dirumah siapa, mereka harus minta izin kepada kedua orang tua mereka lebih dahulu.

Tetapi selama Dua hari sebelum dan sesudah puasa pertama sekolah diliburkan. Alhasil tidak ada rundingan lebih lanjut mengenai tempat dan menu apa yang akan disajikan dalam acara buka bersama itu. Bunga pun kena marah ibunya karena tidak menanyakannya secara lebih jelas  ketika rapat terakhir kemarin. Rencananya baru mau minta izin saja pada orang tuanya bagaimana kalau teman sekelasnya melaksanakan acara tersebut dirumahnya. Tapi kenyataannya kedua orang tua Bunga lebih bersemangat dan segera menanyakan apa menu makanannya. Kalau begitu baguslah tinggal bilang pada rapat berikutnya.

Beberapa hari kemudian dikelasnya, tiba-tiba Kaila tergesa-gesa menghampiri Bunga yang lagi asyik ngobrol sama Arya dan Ryani di bangku Arya. Iadatang menghampiri Bunga dan berencana mengajaknya ke perpus. Tapi Bunga baru saja memulai obrolannya dengan Arya dan Ryani. Ryani bercerita kalau adiknya itu paling susah dibangunin diantara saudara-saudaranya yang lain kalau sahur. Sementara itu Arya membantahnya dengan keras karena yang sebenarnya susah dibangunin itu Ryani bukan adiknya. Ia berani berkata demikian karena puasa hari pertama kemarin ia sahur dirumah Ryani. Senyam-senyum saja si Ryani mendengar komentar Arya. Malahan dengan santai melarang Arya untuk tidak mengatakan yang sebenarnya karena akan mematikan pasaran katanya. Kemudian dengan semangat Kaila menambahkan kalau Bunga setiap hari membangunkannya setiap jam setengah tiga malam baik bulan puasa ataupun tidak. Mendengar pernyataan tersebut Arya dan Ryani segera mengajukan diri kalau mereka berdua juga minta dibangunin dijam yang sama seperti Kaila. Tidak ada alasan bagi Bunga untuk menolaknya, tetapi baru saja ia ingin menjelaskan alasannya Ryani sudah menyelanya lebih dulu dengan beberapa alasan. Kemudian Bunga mulai angkat bicara lagi dan mengatakan kalauia tidak berjanji kepada mereka berdua untuk membangunkannya setiap hari. Lalu Ryani menanggapinya lagi dengan mengatakan pokoknya kalau Bunga bangun ia juga harus membangunkan mereka berdua. “Kalau mau ke surga itu harus ngajak teman”, tambahnya.

Menurutku Ini orang banyak banget maunya. Seenaknya aja nyuruh Bunga ini dan itu. Tapi bener juga sih katanya kalau ke surge itu sebaiknya ngajak temannya juga. Atau malah Bunganya saja yang mudah percaya pada kata-kata Ryani. Dengan adanya mereka berdua, menjadi semain banyak orang yang harus ia bangunkan. Tata, Kaila, mbak Citra yang di Surabaya, Arya dan tentu saja Ryani semuanya minta dibangunin. Bagaimana bisa dua anak laki-laki itu minta dibangunin padahal mereka juga yang biasanya ronda malam buat ngebangunin orang-orang di bulan Ramadhan.

Beberapa minggu sebelumnya Bunga sudah mulai merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Ia tak tahu pasti apa namanya. Tetapi ketika nama Ryani itu disebut hatinya kembali bergejolak. Nama aslinya Ryan, tetapi di hpnya ia beri nama Ryani karena ia takut kalau ayahdan ibunya tahu kalau yang sering mengirim pesan padanya itu Ryan. Meskipun isi pesannya hanya menanyakan PR saja. Tetapi beberapa minggu terakhir ini ia mulai mendapatkan pesan pendek yang isinya sedikit aneh-aneh dari Ryan. Seperti selamat tidur semoga mimpi indah, dan lain sebagainya tidak seperti pesan-pesan yang biasanya ia dapat darinya.

Bahkan terkadang ada tambahan untuk memimpikannya. Dan jika ibunya tahu, beliau pasti akan menggodainya dengan anggapan itu dari pacarnya. Padahal itu tidak benar.Dan setelah itu ibunya pasti menasihatinya dari A sampai Z. Untuk menghindari kemunginan tersebut iaterpaksa membubuhkan huruf i dibelakang nama Ryan. Berubahlah  nama Ryan menjadi Ryani.

Pada suatu malam, tiba-tiba saja HP Bunga berdering menunjukkan sebuah pesan masuk. Sepertinya ia tahu benar kalau pesan itu dari Ryani. Ternyata benar, ia menanyakan apakah penyelesaian pekerjaan rumahnya kali ini sama dengan punya Bunga. Tetapi sayang sekali hasilnya berbeda dengan hasil pekerjaan Bunga. Kemudian keduanya saling bertukar penyelesaian pekerjaan mereka melalui sms. Bunga baru saja membalas pesan dari Ryan, tetapi ia tak membalasnya lagi. Sepertinya sudah tidak ada kesulitan lagi atau malah Ryan memang sudah tertidur pulas.

Jam dinding diruang tamu menunjukkan pukul sepuluh lebih, hampir jam setengah sebelasan.Sebuah pesan masuk lagi diHP itu padahal baru saja ia akan memberikannya pada ayah karena ada pesan dari teman profesi ayah yang memberitahukan kalau besok beliau tidak masuk karena anaknya sedang sakit dan harus dibawa kerumah sakit. Tapi malah ada pesan dari Ryan yang berisi ucapan selamat tidur, semoga mimpi indah dan jangan lupa untuk memimpikannya. Untung saja belum dibaca ayahnya Bunga. Bisa skak max kalau sampai dibaca ayahnya.

Dua tahun lalu ayahnya baru saja diangkat menjadi pegawai negeri sipil, dan sekarang  beliau dipercaya memangku jabatan sebagai waka kesiswaan di sekolah tersebut. Sudah lama Ayah Bunga menunggu pengangkatan tersebut. Sekitar sebelas tahun yang lalu kakak angkatan ayah Bunga dikampus datang ke rumah dan membujuk ayah Bunga untuk menggantikan seorang pengajar disekolah tempat mengajar yang lama ayah Bunga. Awalnya ayah menolak,tetapi dengan sabar ibu selalu membujuk dan mendukung ayah Bunga dengan mengatakan kalau ayah memiliki persyaratan yang dibutuhkan diprofesi tersebut dan ibu juga bilang kalau kesempatan yang sama belum tentu akan datang untuk kedua kalinya.

Akhirnya ayah menyetujuinya, beliau sudah bilang kalau ayah hanya perlu bilang setuju atau tidak. Sementara keperluan yang lain beliau yang akan mengurusnya. Ayah hanya perlu menyiapkan surat lamaran kerja dan fotokopi ijazah S-1 nya. Akhirnya ayah Bunga menjadi guru mata pelajaran sejarah disekolah tersebut. Pekerjaan tersebut beliau ambil karena kepepet  masalah keuangan.

Hasil panen dari sawah yang begitu-begitu saja belum dapat mencukupi kebutuhan anak dan istrinya. Selain itu alasan utama ayah adalah untuk mengamalkan ilmu yang didapatnya ketika menjadi sarjana ilmu sosial. Daripada alasan tersebutayah juga tidak diberi kewenangan untuk meningkatkan hasil panen sawah. Sebenarnya sudah sejak lama ayah ingin menanami sawah tersebut dengan cabai karena harganya yang cukup tinggi. Tetapi yang diatas memiliki cara lain. Semenjak itu kehidupan keluarga Bunga sedikit mulai membaik. Jika dulu mereka makan rujak setahun atau beberapa bulan sekali, kini jika mereka menginginkan makan sate kambing setiap hari pun akan terpenuhi.

Suatu hari seorang laki-laki dewasa yang sedang terluka parah tiba-tiba saja mendekati Bunga dan keluarganya yang sedang melaksanakan sholat berjamaah dirumah. Lalu Bunga berusaha berjalan menjauhi orang tersebut. Tetapi orang itu tetap saja mengejarnya. Orang itu semakin mendekatinya, kemudiania mengucapkan terimakasih kepadanya karena ayahnya telah membantunya. Orang itu menunjuk mobil warna hitam ayahnya yang baru saja dibeli. Bungamembuka matanya ia baru sadar kalau ternyata hanyalah sebuah mimpi.

Sesaat kemudian ia merasakan seseoarang mendekatinya. Iamemejamkan matanya lagi. Ia masih terbawa mimpinya tadi. Ia merasakan seseorang dengan pelan terus mendekatinya. Kemudian Ia membalikkan badannya dan ternyata orang itu adalah ibunya yang sejak tadi sudah berada disisinya dan dengan sengaja menakutinya. Karena belum sadar betul Bunga pun sedikit menjauhi ibunya, tetapi ibunya malah tertawa. Baru sadarlah Bunga kalau itu benar-benar ibunya.

Lalu ibunya membuka selimut tebal Bunga dan menyuruhnya segera bangun karena sudah waktunya sahur. Iamasih enggan beranjak dari tempat tidurnya karena masih sedikit shok dengan mimpinya itu. Tetapi kemudian ia ingat akan janjinya untuk membangunkan teman-temannya itu. Lalu ia mengambil hpnya dan segera memisscall teman-temannya itu. Saat ia hendak memencet nama seseorang yang memintanya untuk mengajaknya kalau ingin masuk surge, ia baru ingat kalau ia mendapatkan bonus sms karena baru saja mengisi ulang pulsanya. Ia pun mengurungkan niatnya dan beralih mengsms mereka satu persatu.Ia sedikit kecewa karena dari tidak satupun dari mereka yang membalas sms tersebut.

Ia pun segera beranjak dari tempat tidurnya dan segera menuju ruang makan. Disanaayah dan ibu Bunga sudah makan lebih dulu.Tak lama kemudian Ayahnya selesai dan kemudian mengambil air wudlu. Sehingga tinggallah ibu dan Bunga diruang makan itu. Bunga mengingat-ingat kapan iapertama kali mengikuti ayah dan ibunya untuk bangun disepertiga malam untuk melaksanakan sholat tahajud.

Dulu sebelum mereka tinggal dirumahnya yang sekarang, mereka hanya memiliki rumah berukuran enam kali delapan meter. Dengan sebuah ruangn berukuran tujuh kali satu setengah meter sebagai ruang keluarga dan mushola, kemudian satu setengah kali dua meter disisi bagian timur terdapat sebuah ranjang dimana kedua orang tuanga tidur yang hanya dibatasi oleh dinding yang terbuat dari kain disekelilingnya, satu meter kali satu setengah meter sebagai dapur, disisi bagian barat terdapat sebuah ranjang berukuran satu setengah kali satu setengah meter untuk meletakkan perabotan dapur dan beras, dan sisanya sebagai ruang tamu dan ruang makan serta ruang untuk meletakkan dua buah sepeda butut dan sebuah sepeda motr dan sebuah lemari besar. Selain itu terdapat ruangan berukuran satu setengah kali satu setengah meter berada disamping dapur yang berfungsi sebagai kamar mandi. Dengan adanya rumah tersebut mereka sudah sangat bersyukur walaupun dinding rumahnya hanya terbuat dari bambu yang dianyam.

Meski demikian, dirumah lamanya itulah mereka memiliki bermimpi untuk membangun rumah yang besar yang dindingnya tidak terbuat dari anyaman bambu dan juga membangun kamar tidur yang dinding pembatasnya tidak terbuat dari kain. Di ruang televisi, ruang keluarga dan mushola itulah ia melihat kedua orang tuanya bangun dan mendirikan sholat tahajud saat jam tiga malam.

Dulu, dulu sekalirumah itu seperti sebuah pesantren kecil dimana remaja-remaja masjid mengaji alqur’an. Sementara remaja-remaja masjid yang putra tidur di masjid, remaja putri tidur di rumah itu. Biasanya mereka menyebut rumah itu dengan sebutan “langgar”. Setelah selesai sholat isya’ mereka akan beramai-ramai mengatakan “Ayo!!! Siapa yang mau tidur dilanggar?”, kepada teman-temannya.

Suatu malam sebelum tidur Bunga meminta ibunya untuk membangunkannya juga kalau ayah dan ibunya bangun dan melaksanakan sholat tahajud, karena ia juga ingin melakukannya. Saat itu ia tengah duduk di kelas tiga SD. Sejak saat itu hingga sekarang ibunya selalu membangunkannya kalau sudah waktunya untuk sholat tahajud.

Rupanya sesuatu yang tidak memiliki nama yang sedang tinggal dihatinya itu selalu membuatnya gelisah. Entahlah apa penyebabnya ia pun tidak tahu. Tetapi setiap kali ia menerima pesan darinya atau setiap kali ia mendengar suaranya atau hanya ketika mendengar namanya disebut, sesuatu tak bernama itu selalu muncul dan mengusiknya. Ia pun hanya mencairkannya dengan sedikit batuk. Padahal sebenarnya ia juga tidak sedang batuk.

Malam-malam ramadhan pun menjadiannya lebih berwarna ketika ia mendapatkan balasan dari Ryan. Sepertinya awan berwarna merah jambu benar-benar tengah mendarat diatap rumahnya. Sementara itu dalam munajatnya ia selalu menanyakan tentang hal yang mengganggu perasaannya itu. Tetapi ia tidak pernah mendapatkan jawaban atas pertanyaan itu. Iahanya berdoa untuk semoga sesuatu yang tidak bernama itu untuk dilindungi dari segala hal yang tidak baik.

Hingga akhirnya kehidupan kampus memisahkan keduanya. Ryan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya di Jakarta sementara Bunga melanjutkan studinya di kampus lama ayahnya di Malang. Sejak saat itu keduanya tidak lagi mengirim pesan satu sama lain meskipun teknologi yang semakin canggih itu sudah sangat menjamur di kalangan mahasiswa. Ryan sudah disibukkan dengan kegiatan organisasinya dan penelitiannya. Selain itu juga disibukan dengan pacarnya yang ada di sana sini menurut teman-teman smanya yang juga sekampus dengannya. Tetapi kabarnya ia sering putus nyambung dan gonta-ganti pacar. Sementara Bunga disibukkan dengan dunia seni rupa dan les musik.

Empat tahun pun berlalu, Bunga mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi di Jepang. Sementara Ryan diterima kerja di Surabaya dibidang komunikasi. Keahlian Ryan dibidang tersebut membuatnya sering terbang dari Negara satu ke Negara lainnya untuk urusan bisnis. Pernah sekali ia mendarat di Jepang, tetapi hanya beberapa jam dan kembali terbang ke Surabaya. Kegemaran dan kemahiran Bunga dalam menjepret gambar membuatnya dikenal banyak orang melalui hasil karyanya tersebut. Tidak sedikit majalah-majalah yang memuat hasil jepretannya.

Satu tahun lamanya Bunga bekerja disebuah perusahaan ternama di Jepang iamendapatkan pesan dari ibunya untuk segera kembali ke tanah air.Ia dijodohan dengan seseorang yang ia juga belum tahu siapa orang itu. Meskipun sedikit berat karena karirnya dinegeri itu sudah cukup bagus, tetapi iatidak punya pilihan lain. Lagipula iajuga tidak dapat menghindari kenyataan selamanya. Anggap saja empat tahun itu sudah cukup baginya untuk introspeksi diri.

Sesampainya di Surabaya ia tak langsung melanjutkan perjalanannya ke rumah. Ia sempatkan diri menepi dipantai sambil menjepret panorama yang sudah lama ingin ia abadikan itu. Lagi pula ia dengar tak seorangpun yang akan menjemputnya jadi ia putuskan untuk sedikit bermanja-manja dikota yang beberapa tahun sempat menjadi rumah tinggalnya itu. Pantai yang dulu kotor karena banyak sekali sampah yang melengket dipepasiran pantai. Sekarang berdiri beberapa villa yang menghadap ke pantai itu. Tangannya begitu lincah mengambil setiap sudut kerang yang menepi dipepasiran, matahari yang mulai menampakkan diri, dan seseorang mengenakan kemeja putih berdiri sendiri disisi yang lain. Beberapa kali ia mengambil gambarnya. Setelah dirasa cukup ia berjalan ditepian pantai yang sedikit berbatu.

Sedikit pikirannya kembali terusik akan perjodohan itu. tanpa persetujuannya orang tuanya sudah menentukan tanggal pernikahannya. Tanpa ia sadari kameranya terjun dari tangannya menghantam batu dan lensanya pun pecah. Ia mengambil kameranya itu dengan sedikit memelas.Ia mencari-cari seseorang yang kira-kira dapat ditanyainya tetapi tidak seorangpun ada disana. Kemudian ia duduk bersebelahan dengan kameranya. Tak lama kemudian seseorang meletakan lensa di sebelahnya. Merasakan seseorang datang ia menoleh tapi orang itu sudah tidak ada disana.

Keesokan paginya ia terburu-buru menuju stasiun. Ia baru tahu kalau jadwal keberangkatan kereta berubah lebih awal. Dengan diantar taxi berwarna biru ia sampai di stasiun dan segera berlari ke dalam. Saat itu kereta sudah datang, ia pun segera berlari menuju jalur dua. saat itu kereta dijalur satu sedang bergerak berangat. Ia harus sedikit menunggu sejenak hingga kereta itu lewat. Akhirnya kereta itupun pergi. Ia begitu terkejut dan sedikit bahagia ketika meliat seseorang yang ia kenal berdiri menunggunya. Ia menepati janjinya. Semalam ia membaca surat yang berada dibawah lensa kamera yang seseorang itu berikan. Ia begitu menyesal karena tidak mengejar orang yang memberikan lensa itu secara cuma-cuma. Baru semalam iasadari orang itu adalah Ryan. Ia juga bilang disurat itu kalau keluarganya sedang menunggu mereka dirumahnya.

Setahun yang lalu kata sahabat Bunga, Ryan mengalami kecelakaan serius dan beberapa rekan bisnisnya menipunya dan berencana membunuhnya.Untuk menghindari hal tersebut keluarganya terpaksa mengoperasi wajahnya dan menyuruhnya keluar negeri selama beberapa bulan hingga suasana sedikit aman.Baru kemarin lah keluarganya menyuruhnya pulang untuk menghadiri acara perjodohan itu juga.Ia sudah merencanakan hal tersebut sejak lama dan menurutnya sekarang adalah saat yang tepat untuk melamar Bunga. Perjidihan itu pun menjadi jawaban atas segala do’a Bunga seusai tahajud untuk mempertemukan dengan seseorang yang benar-benar akan menjadi pemimpin baginya kelak untuk menyongsong hidup yang lebih baik.

Oleh: Zid Latifataz Zahrok, Blitar Jawa Timur

Tinggalkan Balasan