Kesempurnaan Cinta Berpijak pada Masa Lalu yang Kelam

0
822

Ibarat sebuah bangunan istana yang membutuhkan benteng pertahanan agar tetap berdiri kokoh. Begitu pula cinta yang memerlukan sikap saling memahami untuk melengkapi satu sama lain demi kesempurnaan cinta.

Berbagai upaya yang dapat kita lakukan demi membangun keutuhan cinta. Semua butuh usaha serta proses. Apalagi bagi yang memiliki pasangan yang masa lalunya kelam. Karena tidak semua pasangan bisa mempertahankan cinta setelah mengetahui masa lalu pasangannya tidak secerah yang dialaminya.

Marilah kita meneladi Rasulullah SAW dalam hal ini salah satunya. Banyak janda yang dinikahi hanya untuk menyelamatkan masa depannya. Bukankah sikap beliau sangatlah mulia? Lalu, bagaimana cara kita menyelamatkan masa depan orang sudah menyatu dengan lahir dan bathin kita? Salah satu jurus yang paling ampuh adalah dengan cara saling memperbaiki kekurangan satu sama lain.

Kadang kala masa lalu membuat kita selalu gelisah, akibatnya sulit mempercayai si dia yang sudah serius dengan kita. Yang ada dalam otak hanyalah dia yang pembohong, munafik, kotor, dan sebagainya. Apalagi kalau sudah dihadapi dengan permasalahan yang cukup berat dan serius juga terkait dengan masa lalunya yang kelam. Pasti sulit sekali menerima kenyataan yang memang mungkin kebenaran berpihak padanya. Hal ini disebabkan oleh rasa takut yang tak berpenghujung.

Kalau seperti itu terus menerus, kapan akan ditemukan ujung permasalahannya? Adanya kita tidak akan pernah merasa damai dan tentram dalam menjalani hubungan bersama pasangan kita. Selalu dihantu-hantui rasa takut, cemas, khawatir, dst. Hal yang semacam itu tidak baik dibiarkan menjamur dalam otak kita. Sebaiknya kita mennetralisirkan pikiran agar semua menjadi steril. Buang jauh-jauh hal-hal negative yang kemungkinan akan terjadi tentang pasangan kita. Sehingga apa yang dilakukan oleh pasangan kita tidak menyebabkan kita stress.

Sebagai contoh misalnya, orang yang sekarang menjadi pasangan kita dulunya adalah orang yang pernah mendapatkan gelar “play boy” atau “play girl” predikat com laud. Sudah pasti dia adalah seseorang yang juga bergelar pembohong tingkat dewa plus hoby gombal-gembel disana-sini. Agar mudah, kita ambil contoh play boy saja. Berhubungan dengan berbagai wanita yang beragam macamnya. Setelah beberapa tahun si dia menjalani hubungan cinta yang selalu tidak jelas arahnya, dan akhirnya tuhanpun iba sehingga menunjukan arah hidayahNya melalui wanita yang tidak pernah dijuluki play girl sekalipun.

Beberapa saat, duniapun melihat taubatnya dengan jelas. Beberapa waktu dia memang menunjukkan kesungguhan cintanya, keseriusan minatnya, serta ketulusan rasanya. Namun suatu ketika tuhan menguji cintanya. Ada suatu masalah yang cukup rumit dan serius. Dan yang lebih serius lagi, ini terkait dengan masa lalunya sebagai orang yang pernah menjalani hubungan sana-sini bersama wanita yang ini dan yang itu, disini dan disana.

Contoh yang semacam ini memang sulit sekali ditemukan penyelesaiannya. Karena sudah pasti bagi wanita yang menjadi pujaan hatinya sekarang sulit sekali menerima kenyataan tentang masa lalu yang datang mencampuri hubungan yang sedang dijalaninya. Namun, jika hanya dipikirkan tidak akan menyelesaikan masalah. Jika terus menerus membutakan pikiran dan hati, niscaya sampai matipun tidak akan terselseaikan. Hubungan asmara yang diidam-idamkan hanyalah sekedar bayangan dalam mimpi.

Tuhan menunjukan jalan padanya untuk bertemu hidayah. Bukankah hidayah adalah petunjuk yang menunjukan jalan yang benar? Petunjuk yang mengarahkan pada tujuan yang mulia? Petunjuk yang mendekatkan diri kepada Sang Pencipta? Sehingga, bukan sewajarnya jika pasangan kita yang sedang tersesat dalam kegelapan malah dibiarkan begitu saja. Tidak mau tahu bagaimana keadaannya selanjutnya. Apakah ini yang disebut-sebut dengan cinta? Justru cinta adalah petunjuk.

Sudah menjadi kewajiban cinta memperbaiki segala kekurangan yang dimiliki pasangan kita. Mencari cara bagaimana si dia yang ikut dengan kita. Si dia yang dahulunya adalah pembohong tingkat dewa bisa kita antarkan pada jalan kejujuran. Selanjutnya, bagaimana cara agar kejujurannya menjadi paten. Berawal dari diri kita yang memberi contoh  selalu berkata jujur dan mengajarkan sikap ketebukaan meski hal itu pahit.

Contoh lain lagi, si dia yang tidak dewasa misalnya diajari bagaimana cara bersikap menjadi lebih dewasa. Si dia yang dulunya pemalas, diberi semangat agar menjadi orang yang selalu rajin. Si dia yang dulunya suka bergonta-ganti pasangan, diajari bagaimana cara setia kepada pasangan. Si dia yang dulunya suka bersikap kasar, diajari bagaimana cara bersikap lebih lembut. Yang lebih penting adalah bagaimana cara kita mengajari dia agar selalu istiqamah dalam beribadah mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.  Dengan begitu, hubungan yang dijalani akan mendapat ridho makhuk langit dan bumi. Bukankah ini yang diharapkan semua makhluk yang berpasang-pasangan?

Sayyidatuna Aisyah RA merupakan istri Rasulullah SAW yang dinikahi dalam keadaan masih perawan. Disamping itu, Sayyidatuna Aisyah RA juga dinikahi ketika masih kecil, yaitu diusianya ke 6 tahun. Saat-saat dimana beliau RA masih suka dengan manjanya. Masih suka dengan segala hal yang berkaitan dengan usia kanak-kanaknya. Bukankah kedewasaan menjadi tuntutan bagi seorang ummahatul mukminin? Disinilah Rasulullah SAW berperan sebagai pembimbing yang mengajarkan Sayyidatuna Aisyah RA bagaimana seharusnya bersikap menjadi lebih dewasa. Bagaimana seharusnya peran seorang ummahatul mukminin dalam memimpin umat. Sehingga pada akhirnya Rasulullah SAW sukses merubah beliau RA hingga menjadi wanita panutan semua umat. Baik laki-laki maupun perempuan. Tua muda, besar kecil, dan dari semua kalangan tanpa terkecuali.

Lihatlah! Bagaimana Rasulullah SAW memerankan perannya dalam membangun sebuah rumah tannga yang harmonis, utuh, kokoh, bisa dijamin pertahanannya sampai berkumpul kembali di surga. Bukankah ini sebuah kompetisi yang sudah seharusnya semua pasangan di dunia ini mengikutinya? Berlomba-lomba dalam memperkuat benteng pertahanan rumah tangganya? Dengan melengkapi kekurangan satu sama lain. Saling memperbaiki kesalahan satu sama lain yang dianggap kurang pantas di hati bahkan di mata orang lain. Atau memperbaiki kekurangan yang sekiranya tidak layak dipandang oleh Sang Khalik.

Dengan saling memahami kekurangan satu sama lain, kita bisa memperbaikinya. Dan dengan demikian, kita dapat merasakan kesempurnaan cinta yang hakiki sebagaimana Rasulullah SAW bersama istri-istrinya RA. Ibarat sebuah bangunan istana yang membutuhkan benteng pertahanan agar tetap berdiri kokoh. Begitu pula cinta yang memerlukan sikap saling memahami untuk melengkapi satu sama lain demi kesempurnaan cinta.

Untuk apa memilih bersama si dia jika enggan untuk memperhatikannya? Untuk apa memilih tetap bersama si dia jika tidak mau memahami kekurangannya? Untuk apa masih bersama dia jika rasa itu sebenarnya sudah tidak ada? Tugas kita hanyalah menyempurnakan cinta bersama dia yang dicintai.

Author: Halima Achmad, Denpasar Bali

Tinggalkan Balasan