Mereka tidak akan mungkin paham apa mau kita jika kita tidak bicara, karena mereka bukanlah malaikat. Dan tidak semua orang peka terhadap lingkungan 100%.
Dalam menjalani hubungan bersama pasangan., seringkali terjadi kesalahpahaman. Akibatnya, sering tengkar dan tidak pernah akur. Hubungan yang dijalani bertahun-tahun misalnya, tiba-tiba terputus begitu saja. Hal yang semacam demikian sangat disayangkan sekali. Untuk apa buang-buang waktu dengan kesalahpahaman yang berlarut-larut? Bukankah lebih baik kita mencari jalan lain agar tidak terjadi kesalahpahaman di kemudian hari?
Ada salah satu cara yang mungkin saja bisa bermanfaat demi meminimalisir terjadinya kesalahpahaman antara satu dengan yang lainnya. Kontrak komunikasi dalam masa awal menjalani hubungan bersama si dia [di masa ta’aruf] dirasa perlu dilakukan. Karena dengan begitu pasangan akan memahami bagaimana keadaan kita sehingga dia tau apa yang seharusnya dilakukan.
Misalnya, kontrak pertama adalah jika aku sedang marah, kamu jangan ganggu aku! Biarkan aku sendiri menenangkan pikiranku sampai aku sendiri yang menegurmu. Atau semisal jika aku sedang sibuk, kamu jangan sekali-kali ganggu aku! Karena jika konsentrasiku hilang, aku tidak akan mungkin bisa meneruskan pekerjaanku! Dengan begitu, pasangan kita akan mengerti jika kita sedang marah, kita lebih nyaman tidak ditegur, sehingga dia tidak mungkin salah tingkah. Dia juga akan paham jika kita sedang sibuk dengan suatu kesibukan, lebih suka tidak diganggu. Sehingga dia tidak mungkin akan memanggil kita jika terlihat sibuk dengan sesuatu.
Kontrak kedua semisal dalam hal bersikap, kalau aku tidak menegur kamu tanpa sebab, jangan ngambek ya? Karena itu berarti hati atau pikiranku sedang kacau. Dengan begitu pasangan akan memahami jika kita tiba-tiba saja tidak menegurnya, dia tidak akan marah atau ngambek. Bukankah kontrak yang semacam ini sangat baik dan penting?
Kita tidak bisa memaksa dan menuntut mereka agar paham dan mengerti kita .Mereka bukanlah malaikat yang bisa tahu apa isi hati seseorang. Sehingga kita terus-menerus diam menunggu mereka bicara tentang keinginan kita. Tidak semua orang diciptakan sebagai orang yang benar-benar peka. Tapi, alangkah baiknya kita bicara sehingga mereka mengerti apa mau kita. Dan tidak ada lagi kata-kata salah paham selama menjalani hubungan.
Sepanjang perjalanan menuju Roma, lika-liku pasti ada. Semuanya harus dijalani dengan ikhlas, sabar dan tabah. Begitu pula dengan perjalanan cinta. Tidak selamanya perjalanan cinta lurus dan mulus. Seperti makanan yang mewajibkan bumbu, seperti itu pula perjalanan cinta yang mewajibkan lika-liku sebagai pelengkapnya. Namun, pelengkap yang melebihi dosis juga tidak baik. Karena walau bagaimanapun pelengkap hanyalah melengkapi, bukan bahan pokok yang harus dipenuhi. Sehingga, kalau berlebihan tidak baik untuk cinta.
Seandainya penambahan pelengkap itu melebihi dosis, akibatnya cinta akan memudar. Cinta akan berkurang sementara makanan pokoknya tidak mengimbangi. Ketika pasangan tidak henti-henti membiarkan hubungannya kacau akibat terus menerus salah paham, sering berselisih, atau sebagainya, sementara pupuknya yang berupa kasih sayang, perhatian, dan pengertian tidak mengimbangi, hal ini dapat mengakibatkan hubungan menjadi suram.
Para ulama’ salaf selalu berdoa untuk mempertahankan keluarganya dengan doa sebagai berikut:
“Ya Allah… cocokkanlah aku dengan pasanganku sebagaimana Engakau telah mencocokkan antara Nabi Adam AS dan Sy. Hawa RA, dan bahagiakanlah aku dengan pasanganku sebagaimana Engkau telah membahagiakan Nabi Yusuf dengan Sy. Zulaikha RA, serta kumpulkanlah aku dengan pasanganku sebagaimana Engkau telah mengumpulkan Nabi Muhammad SAW dengan Sy. Khodijah Al Kubro RA.”
Betapa besarnya usaha orang-orang terdahulu dalam menyelamatkan hubungan mereka dengan pasangan mereka. Tidak semudah sekarang yang dengan mudahnya bergonta-ganti pasangan. Hanya karena kesalahan sedikit dan sederhana saja sudah minta pisah. Malah tidak jarang orang sudah mempersiapkan cadangan jika dirasa ada kemungkinan hubungannya yang sekarang sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Nau’udzubillah, semoga Allah menjauhkan kita dari sikap yang demikian. Amin.
Author: Halimah Ahmad, Denpasar Bali