Membangun Generasi Syabaab Habiburrahman

0
387

Hari sudah semakin sore, lelah yang semakin bertambah setelah seharian full dengan agenda ditambah rencana konsultasi yang gagal karena dosen keburu pulang, padahal sebelumnya harus menggeber motor selama kurang lebih seperempat jam menuju kantor sang dosen. Ditengah rasa lelah yang sangat dan keinginan untuk segera pulang agar bisa segera istirahat, terdengar sayup adzan maghrib berkumandang. Kebimbangan sempat menyelimuti hati, apakah langsung pulang saja sehingga dapat segera istirahat ataukah menunaikan kewajiban terlebih dahulu sebagai seorang mukmin, sholat maghrib berjamaah di masjid.

Sesaat berpikir, perjalanan pulang ke rumah memakan waktu hingga satu jam sehingga akhirnya alhamdulillah, Allah masih meringankan langkah kaki untuk menunaikan sholat maghrib berjamaah di masjid kampus terlebih dahulu. Keindahan masjid kampus ditambah suasana syahdu sholat berjamaah sedikit mengurangi sumber segala kelalahan, kelelahan hati. Kewajiban selesai ditunaikan, saatnya menggunakan sisa tenaga yang terkumpul untuk bekal perjalanan kerumah. Selama kurang lebih satu jam menempuh perjalanan, akhirnya sampai juga di gapura masuk desa. Kasur yang empuk dan hangat mulai terbayang dimana badan dapat beristirahat dengan nyaman. Namun belum lagi tiba di rumah, sayup-sayup adzan isya mulai terdengar. Sempat timbul rasa benci karena dengan berkumandangnya adzan isya berarti tidak ada kesempatan untuk istirahat sejenak ketika tiba dirumah, karena seorang mukmin seharusnya segera menunaikan kewajiban ketika Rabbnya sudah memanggil sang hamba untuk menghadap.

Rasa lelah bercampur benci membuat diri semakin malas, sekalipun untuk memenuhi panggilan sang Rabb, astaghfirullah. Setelah beberapa saat berfikir, tiba-tiba teringat kisah para sahabat Rasulullah yang meminta Bilal mengumandangkan adzan agar bisa beristirahat, “wahai bilal, istirahatkan kami dengan sholat” kurang lebih demikian kata mereka kepada Bilal. Rasa malupun mulai mnggelayuti hati, dengan diri yang selalu menjadikan lelah sebagai alasan bermalas-malasan untuk memenuhi hak Allah SWT, padahal lelah ini belum seberapa bila dibandingkan dengan lelahnya para sahabat, atau bahkan lelahnya Rasulullah. Lelah mereka tidak pernah menghalangi mereka untuk memenuhi hak Rabbnya, bahkan mereka selalu merindukan pertemuan dengan Rabbnya, bagaimanapun kondisi mereka. Akhirnya, dan alhamdulillah sekali lagi Allah menunjukkan rasa sayangnya dengan diringankannya langkah kaki ini untuk meneladani cara istirahat para sahabat, dengan ikhlas menemui Rabbnya.

Mungkin banyak diantara kita yang mempunyai kisah menarik perihal hablumminallah seperti kisah diatas. Umat muslim jaman sekarang tidak jarang yang sudah teralihkan perhatian dan rasa cintanya dari Allah kepada makhluk. Badan Narkotika Nasional menyebutkan bahwa kasus penyalahgunaan narkoba pada tahun 2012 mencapai 4,2 juta jiwa dimana sebesar 60% dari kasus tersebut dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa. Sementara di sisi lain, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2011 menyebutkan bahwa 51 dari 100 remaja putri di kota besar sudah tidak perawan lagi. Hal ini tentu sangat kontras dengan pemandangan pada jaman sahabat dahulu dimana rasa cinta mereka yang demikian besar kepada Rabbnya membuat setiap lini kehidupannya senantiasa berada dalam ridhaNya.

Allah SWT sungguh sangat mencintai hamba-hambaNya, apalagi kepada manusia. Jika ingin tahu berapa banyak organ tubuh dapat dijual di pasar gelap, berikut adalah daftar harganya seperti dilansir Gizmodo.com, Senin (25/4/2012).

  1. Sepasang bola mata: US$ 1.525 atau sekitar Rp 14 juta
  2. Kulit Kepala: US$ 607 atau sekitar Rp 5,56 juta
  3. Tengkorak dengan Gigi: US$ 1.200 atau sekitar Rp 11 juta
  4. Bahu: US$ 500 atau sekitar Rp 4,6 juta
  5. Arteri koroner: US$ 1.525 atau sekitar Rp 14 juta
  6. Jantung: US$ 119.000 atau sekitar Rp 1,1 miliar
  7. Hati: US$ 157.000 atau sekitar Rp 1,4 miliar
  8. Tangan dan lengan: US$ 385 atau sekitar Rp 3,5 juta
  9. Pint darah: US$ 337 atau sekitar Rp 3,1 juta
  10. Limpa: US$ 508 atau sekitar Rp 4,6 juta
  11. Perut: US$ 508 atau sekitar Rp 4,6 juta
  12. Usus Kecil: US$ 2.519 atau sekitar Rp 23 juta
  13. Ginjal: US$ 262.000 atau Rp 2,4 miliar
  14. Kandung empedu: US$ 1.219 atau sekitar Rp 11,1 juta
  15. Kulit: US$ 10 atau sekitar Rp 91.000 per inci persegi

 

Daftar di atas tentu hanya sebagian kecil saja nikmat Allah yang diberikan secara gratis kepada manusia. Maka pantaslah Allah Yang Maha Rahman berfirman dalam QS. Ibrahim ayat 34, Dan Dia telah memberimu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat lalim dan banyak mengingkari (nikmat Allah).” Hal yang perlu diingat oleh setiap manusia adalah bahwa semua nikmat tersebut diberikan Allah tanpa diminta oleh manusia. MasyaAllah Yaa Rahman Yaa Rahiim.

Sebagai seorang hamba, sudah menjadi kewajiban manusia untuk selalu memenuhi perintah-perintah dari Rabbnya. Karena sesungguhnya hak manusia sudah ditunaikan oleh Allah SWT melalui segala nikmat yang telah diberikannya kepada manusia. Maka sudah sepantasnya manusia juga memberikan hak Allah, beribadah kepadaNya, menaati syariatNya serta menjauhi larangan-laranganNya. “ Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu” (QS. Adz Dzariat : 56). Beribadah disini maksudnya adalah segala hal ataupun aktifitas manusia yang dilandaskan kepada Allah SWT, bukan sekedar ibadah-ibadah mahdah seperti sholat, puasa ataupun zakat.

Allah SWT Yang Maha Baik tidak sekedar memberikan nikmat kepada manusia, melainkan Ia juga mengatur nikmat-nikmat tersebut. Allah mengaruniakan kuku dan gigi kepada manusia yang menurut ilmu biologi, keduanya terbentuk dari unsur yang sama. Namun yang menarik adalah pertumbuhan keduanya sangat berbeda. Kuku dapat tumbuh memanjang hingga tidak terbatas namun gigi tidak demikian. Bisa kita bayangkan jika gigi kita mempunyai sifat pertumbuhan seperti kuku, manusia pasti tidak dapat mengunyah makanannya dengan nyaman. Allah memberikan nikmat-nikmatNya sesuai dengan kebutuhan manusia, Ia menetapkan ukurannya masing-masing sehingga manusia dapat hidup dengan nyaman.

Kecintaan Allah SWT kepada hambaNya begitu besar namun seringkali kita jumpai kenyataan bahwa manusia tidak memberikan balasan yang setimpal kepada Yang Maha Pemberi Nikmat. Orang yang suka mendua pasti akan dibenci oleh orang lain, begitu juga Allah SWT juga telah menyiapkan balasanNya kepada orang-orang yang berani menduakanNya. Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadist dari Rasulullah yang berbunyi, “Apabila Allah membenci seorang hamba, maka Dia menyeru Jibril seraya berfirman: Sesungguhnya Aku membenci fulan maka bencilah ia. Maka Jibril membencinya. Lalu Jibril menyeru pada penduduk langit: Sesungguhnya Allah membenci fulan, maka bencilah ia. Lalu penduduk langit membencinya. Kemudian diletakkan untuknya kebencian padanya di bumi.” Begitu dahsyat konsekuensi yang harus ditanggung oleh orang yang berani menduakan Allah SWT, berani mengabaikan cinta Allah kepadanya. Dia akan dibenci oleh seluruh makhluk yang ada di langit maupun di bumi.

Namun lain halnya bagi orang yang selalu menyambut cinta Allah dengan cintanya. Dalam hadist yang sama dijelaskan bahwa, “Sesungguhnya Allah Ta’ala apabila mencintai seorang hamba, Dia menyeru Jibril seraya berfirman: Sesungguhnya Aku mencintai fulan maka cintailah ia. Lalu Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril menyeru di langit seraya berkata: Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia. Maka penduduk langit mencintainya. Kemudian dijadikan untuknya penerimaan di bumi.

Begitu beruntung orang-orang yang senantiasa membalas cinta Allah dengan balasan yang setimpal. Dalam hadist yang lain disebutkan, “Siapa yang memusuhi wali-Ku maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang terhadapnya. Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan senantiasa seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan Sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan sebagai  tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepada-Ku pasti Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Al-Bukhari). Wali yang disebutkan disini adalah orang-orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, yang mencintai Allah sehingga Allahpun juga mencintainya.

Salah satu golongan yang dicintai oleh Allah SWT adalah pemuda yang hatinya senantiasa terpaut ke masjid. Pada jaman Rasulullah, masjid merupakan pusat segala aktifitas sahabat seperti ibadah, ta’lim, bahkan juga digunakan untuk latihan perang. Pemuda yang hatinya senantiasa terpaut ke masjid berarti pemuda yang memperhatikan segala urusan hidupnya seperti ibadah, peningkatan tsaqofah serta keahlian-keahlian yang lain, yang ditujukan untuk menghambakan diri kepada Allah SWT. Masa muda merupakan masa puncak bergejolaknya hawa nafsu sehingga pemuda mempunyai godaan yang lebih besar ketika ingin bertaqorrub ilallah. Maka tidak heran jika Allah SWT telah menyiapkan tempat khusus bagi para pemuda beriman yang lulus dari ujian nafsu karena godaannya yang lebih besar daripada orang yang sudah tua. Allah akan senantiasa memberikan petunjuk kepadanya, dan akan selalu memberikan kebarokahan atas usianya.

Masa muda merupakan masa untuk belajar, mencari bekal, menanam amal sehingga dapat dipetik hasilnya ketika tua nanti. Pemuda mukmin harus mempunyai ciri khas yang tercermin melalui karakter-karakter yang Islami. Seorang pemuda harus memiliki aqidah yang lurus sehingga ia dapat beribadah dengan benar. Benarnya ibadah akan tampak dalam setiap tingkah laku atau dengan kata lain akhlak yang baik. Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, karena dibalik fisik yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Seorang pemuda harus memiliki tubuh yang kuat sehingga dapat mengemban setiap amanahnya dengan baik. Karakter yang selanjutnya adalah wawasan yang luas yang dapat mengantarkannya kepada kehidupan yang mandiri, banyak memberi dan sedikit menerima. Pemuda harus pandai-pandai mengatur hawa nafsunya sehingga dapat mengerjakan setiap aktifitasnya dengan teratur, jauh dari kesia-siaan. Masa muda merupakan nikmat yang tidak pernah akan datang kembali, sehingga Rasulullah menasihatkan agar para pemuda dapat memanfaatkan masa mudanya dengan baik sebelum masa tua datang kepadanya. Maka seorang pemuda harus dapat menjaga waktunya dengan baik, ia menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat bagi diri maupun orang lain. Jadilah manusia wajib yang kehadirannya selalu ditunggu, kata-katanya selalu didengar, dan ketidakhadirannya selalu dirindu karena kebermanfaatannya bagi orang lain. Bukan menjadi manusia harom yang kahadirannya justru dibenci oleh orang lain karena selalu membawa madharat. Apapun profesi seorang muslim, dimanapun ia berada, orientasi kita adalah memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi orang lain, menjadi manusia terbaik. Semua karakter ini terangkum dengan indah dalam syakhsiyah islamiyah yang harus dimiliki oleh seorang muslim.

Seorang pemuda mukmin amat dicintai oleh Allah SWT sehingga seorang pemuda harus mulai bermuhasabah apakah cintanya yang utama hanya ditujukan untuk Allah, ataukah sudah mulai tergeser kepada hal lain. Salah satu indikator bahwa rasa cinta seorang pemuda itu masih benar adalah ia dapat menikmati dan menghayati perjumpaannya dengan Allah, merasa rindu untuk senantiasa beribadah kepada Allah SWT. Kecintaan kepada Allah dapat ditumbuhkan melalui penghayatan disertai perenungan akan banyaknya nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada manusia, kesehatan akal dan fisiknya, dijadikannya manusia khalifatul ardh dan masih banyak lagi yang lainnya. Seseorang yang terbiasa mengamati tanda-tanda Allah SWT berupa alam semesta dan seisinya dan mengambil pelajaran dari itu semua, akan senantiasa menyadari keMaha Besaran Allah. Rasa kagumnya terhadap sifat-sifatNya akan membawa diri menjadi pribadi yang begitu mencintai sang Khaliq. Dalam sebuah hadist yang telah disampaikan di depan, Allah SWT akan mencintai ahli-ahliNya, yaitu hambaNya yang senantiasa mengamalkan sunnah Nabinya sebagai tambahan bagi ibadah wajibnya. Maka seorang pemuda yang mencintai Rabbnya pasti rajin mengamalkan sunnah-sunnah agar ia semakin dekat kepada Yang Maha Cinta. Dan yang terakhir, merujuk pada sabda Rasulullah bahwa di akhirat nanti setiap jiwa akan bersama dengan orang yang ia cintai. Pilihannya hanya ada dua, bersama di neraka atau di surga. Ketika yang kita cintai adalah ahli-ahli neraka, maka kelak kita akan berada bersama-sama dengan mereka di neraka, kekal di dalamnya. Namun jika yang kita cintai adalah Allah beserta RasulNya, mencintai orang-orang yang mencintaiNya, maka kita akan bersama dengan mereka di surga, kekal dalam nikmatNya.

Maka, wahai pemuda, hati-hatilah menjaga hati sehingga engkau dapat mempersembahkan hatimu hanya kepada Yang Maha Menguasai Hati, Allah SWT. Cintailah Allah maka Ia akan menjadi pendengaranmu, penglihatanmu, tanganmu dan kakimu sehingga Ia akan senantiasa menjadi penunjuk jalan bagimu. Cintailah Ia melebihi cintamu kepada selainNya sehingga ia akan mencintaimu, penduduk langit dan bumipun juga akan mencintaimu. Cintailah Yang Maha Cinta sehingga dijadikanNya pula bagimu kenikmatan disetiap rekaat sholat, kesyahduan disetiap alunan dzikir serta kerinduan untuk senantiasa dekat denganNya. Dengan demikian engkau akan mudah untuk senantiasa berkarya besar, memberi manfaat lebih besar, pemuda yang berkarya indah, hingga akhirnya ia dirindu jannah.

Author: Deni Andriyansyah, Boyolali Jawa Tengah

Tinggalkan Balasan