Komentar Sederhana untuk Ceramah Cak Nun pada Acara penutupan MTQ Bantul

1
800

Pertama, MH. Ainun Najib (Emha) melontarkan pernyataan : “Ada sekelompok wong Islam yang sukanya mbidngahke (membid’ahkan) kelompok lain, sithik-sithik bidngah, sithik-sithik bidngah (sedikit-sedikit membid’ahkan)”. Emha mengambil contoh, “bar shalat salaman we bidngah (setelah salat salaman saja dikatai bid’ah), nyanyi lagu gereja bidngah”, dengan nada sinis, cemoohan, dan nyinyir.

Komentar: MH berusaha memberi pesan, jangan terlalu mempermasalahkan hal-hal yang bersifat furu’yah dalam Islam.

Kedua, Emha  melontarkan pernyataan : “Iki mesti malaikat bingung melihat kita, ada romo, ada wong tattoan, ada perempuan ra kudungan, dst… (pluralitas)”. (Ini pasti malaikat bingung melihat kita, ada Romo, ada orang tatoan, ada perempuan tidak menutup aurat, dst)

Komentar: Pernyataan MH tersebut hanya ingin mengajari bagaimana berinterasksi bersama orang-orang dengan tanpa ada batas atau kelompok tertentu yang diukur dengan zhahirnya saja.

Masalah tuduhan ‘bingung’ kepada Malaikat, itu merupakan sindiran kepada orang yang merasa benar sendiri lalu gampang menilai orang lain buruk. Malaikat saja bingung, apalagi manusia. Jadi, jangan gampang menilai orang lain buruk.

Ketiga, Emha melontarkan pernyataan : “Mulo dadi wong Islam ki ojo fanatik ! Oleh karena bisanya cuma nyalah-nyalahke orang lain”. (Maka jadi orang Islam jangan fanatik! Oleh karena bisanya Cuma menyalahkan orang lain).

Komentar: Fanatik itu perbuatannya. Sementara fanatisme itu orang atau kelompok yang memiliki sifat fanatik.

Memang betul, kita tidak boleh fanatik. Karena fanatik itu akan membuat kita meng-hanya-kan sesuatu atau orang yang kita jadikan obyek fanatik. Akibatnya, jika dia fanatik pada satu ulama, maka dia hanya membenarkan ulamanya itu dan menyalahkan orang yang tidak mengikuti ulama tersebut.

 Keempat, Emha menganjurkan tolong-menolong dalam hal ibadah (Mungkin, contohnya BANSER turut mengamankan perayaan Natal atau kegiatan suronan 11 November di kota Gede, Yogya yang digagas bersama GP Ansor yang di situ awal akan menghadirkan Solawatan dari gereja, dan Kidung Hindu).

 Komentar: MH hanya mengajarkan solidaritas, demokrasi, dan toleransi, terutama dia mengajarkan bahwa Islam rahmatan lil’alamin.

Kelima, Emha melontarkan pernyataan/pilihan kepada audiens : “Sampean pilih dadi wong ra shalat ning apikan atau pilih dadi wong shalat ning jahat ?”.(kalian memilih jadi orang yang tidak salat tapi kelakuan baik atau memilih salat tapi kelakuan buru?) Hingga ada seorang ibu yang protes dan memilih salat plus kelakuan baik, yang kemudian dikatai Emha “gragas” (rakus)

Komentar: Bukannya MH mementingkan jadi orang baik dari pada orang yang ahli ibadah. MH hanya ingin orang Islam tidak hanya saleh spritual tapi juga harus saleh sosial.

 

Tinggalkan Balasan