Muharram; Momentum Reaktualisasi dan Introspeksi Diri

0
487

Matahari mulai melambaikan sinarnya, kembali ke pebaringannya. Senja mulai menampakkan keindahan cahayanya. Pertanda berakhirnya bulan Dzul Hijjah dan permulaan bulan Muharram. Sudah sekitar 1435 tahun perjalanan hijrahnya Rasulullah SAW berlalu. Sejarah hijrah Rasul Muhammad SAW dari Mekkah al-Mukarramah menuju Yatsrib, yang sekarang dikenal dengan Madinah al-Munawwarah. Sejarah berabad-abad lalu yang tak akan pernah dilupakan bagi kaum Muslimin yang senantiasa beriman dan bertakwa kepada Allah dan Rasul-Nya. Moment yang akan selalu dikenang bagi mereka yang taat akan apa yang telah Allah turunkan melalui lisan Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW.

Bulan Muharram adalah salah satu nama bulan yang diabadikan oleh Allah dalam firman-Nya. Juga termasuk bulan yang paling utama setelah bulan Ramadlan. Dalam sebuah keterangan dijelaskan bahwa suatu hal yang disebut dalam kalam-Nya mengindikasikan bahwa sesuatu itu sangatlah dahsyat dan agung. Selain itu, Allah juga langsung menisbatkan diri-Nya kepada bulan Muharram “Syahrullah”. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a bahwa Rasul bersabda : “…sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadlan adalah di bulan Allah, bulan Muharram.” Maka tak heran jika bulan Muharram termasuk bulan yang paling mulia nan agung di antara bulan-bulan lainnya, setelah bulan Ramadlan.

Allah SWT mengawali tahun Hijriyah (al-Sanah al-Hijriyah) selama setahun dengan bulan yang mulia dan mengakhirinya dengan bulan yang mulia pula. Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam sistem kalender Islam. Oleh karena itu,  bulan ini merupakan salah satu momentum yang sangat penting bagi umat Islam untuk menjadikan  pergantian tahun baru Islam ini sebagai sarana untuk bermuhasabah terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan dan rencana ke depan yang lebih baik lagi. Momentum perubahan dan perbaikan menuju kebangkitan Islam sesuai dengan jiwa hijrah Rasulullah SAW. dan sahabatnya dari Mekkah ke Madinah.

Setiap memasuki tahun baru Islam, kita sebagai kaum Muslim hendaknya memiliki semangat baru untuk merancang dan melaksanakan hidup ini secara lebih baik. Di kehidupan fana ini, kita hanya terikat oleh tiga masa; masa lalu, masa kini, dan masa depan. Seyogyanya kita bisa memanage waktu sebaik mungkin, merubah diri menjadi sosok yang ideal serta meninggalkan hal-hal yang tidak berguna. Dalam hadist disebutkan :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَايَعْنِيْهِ. رواه الترمذي وغيره

Artinya : “Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah bersabda : “Di antara baiknya Islam seseorang ialah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi dan lainnya)

Selain itu juga, Islam mengajarkan agar hari-hari yang kita lalui hendaknya selalu lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Dengan kata lain, setiap Muslim dituntut untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Sudah tidak asing lagi di telinga kita sebuah hadist Rasulullah yang menyatakan, ‘‘Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, adalah orang yang beruntung”. Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi, dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin, adalah orang celaka.”

Sebenarnya hal ini berkaitan dengan makna hijrah itu sendiri. Di mana konsep hijrah tak sesempit dan terbatas hanya dalam pengertian berpindah dari suatu tempat menuju ke tempat lainnya. Akan tetapi, memaknai hijrah dengan perubahan dari yang tidak baik menjadi baik. Dari yang baik menuju ke hal yang lebih baik. Tutupilah hal-hal buruk yang pernah kita lakukan dengan memperbanyak amal baik. Karena amal baik bisa menghapus amal buruk yang pernah  diperbuat. Sebagaimana firman Allah SWT :

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ…إلخ الآية

Artinya : “…Sesungguhnya kebaikan itu menghapus kejelekan…”. (QS. Huud : 114)

Juga sabda Rasulullah SAW :

عَنْ أَبِى ذَرٍّ جُنْدُبِ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِى عَبْدُ الرَّحْمَنِ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلًّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. رواه الترمذي

Artinya : “Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah r.a dan Abu ‘Abdirrahman Mu’adz bin Jabal r.a, dari Rasulullah, beliau bersabda : “bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Iringilah kesalahan dengan kebaikan, niscaya (kebaikan) itu akan menghapuskan kesalahan. Dan bergaullah bersama manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. at-Tirmidzi)

Dalam sejarah hijrah nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah terlihat jalinan ukhuwah islamiah kaum Ansor dan Muhajirin yang melahirkan integrasi umat Islam yang  sangat kokoh. Kaum Muhajirin-Anshar membuktikan  ukhuwah Islamiyah bisa membawa umat Islam jaya, kuat dan disegani. Dan pastinya menjadikan umat yang lebih baik dari sebelumnya.

Dari sini kita bisa memahami bahwa sejarah hijrah tersebut tidaklah hanya sebuah serangkain kenangan peristiwa yang kosong tanpa makna, tapi ada spirit (ruh) yang tersirat di balik semangat Nabi Muhammad SAW beserta sahabatnya. Kita harus meneruskan perjuangan dan semangat beliau dengan cara mereaktualisasikan nilai-nilai Islam terhadap diri kita serta terhadap apa yang ada di sekitar kita, agar tercipta sikap, suasana dan keadaan yang sesuai dengan ajaran Islam.

Mereaktualisasi tentunya dimulai dari diri kita sendiri sebelum ke orang sekitar. Di bulan yang agung ini kita harus bisa mengintrospeksi diri terhadap apa yang telah kita lakukan di tahun sebelumnya. Jika di tahun sebelumnya kita melakukan yang tak sepantasnya dilakukan, maka tahun ini kita jangan sampai mengulanginya. Jika di tahun sebelumnya kita melakukan sesuatu dengan baik, bagaimana di tahun ini kita bisa menjadi yang paling baik sehingga menjadi paling baiknya umat “Khairu Ummah”. Dan pastinya semua itu dilakukan atas ma’unah Allah sang Pencipta.

Dari situlah konsep dan hikmah hijrah perlu dikaji ulang dan diamalkan oleh umat Islam. Setiap pergantian waktu, detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari hingga tahun demi tahun, kita harus bisa memunculkan sebuah harapan baru akan keadaan yang lebih baik, perbaruan nilai-nilai kehidupan yang bernuansa Islam di lingkungan sekitar serta bisa berguna bagi diri sendiri, orang lain, Negara, wa bil khusus, Umat Islam di alam semesta. Bukankah nabi pernah bersabda, “paling baiknya manusia adalah yang berguna bagi yang lainnya”.

Dengan membaca BASMALAH mari kita mulai kehidupan baru kita di tahun yang baru ini.  Karena berkat basmalah pula peradaban dunia menjadi berubah. Afala Tatafakkarun…???[FM]

 

Referensi :

Fathul Mu’in, Hal. 59

Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Juz 17, Hal. 208

Jami’us Shagir, Juz 2, Hal. 124, Hadits no.4044

Shahih Muslim, Juz 2, Hal. 821, Hadits no. 1163

Matan Arba’in Nawawiyah, Hadist ke-18

Tafsir Jami’ul Bayan, Juz 15, Hal. 509

Tafsir Ibnu Abdis Salam, Juz 2, Hal. 441

Tinggalkan Balasan