Pesantren memiliki peran yang sangat besar terhadap berdiri dan berkembangnya perjalanan hidup bangsa Indonesia. Dari sejak awal berdirnya Negara ini pesantren tidak pernah lepas dalam mengawal bangsa Indonesia menuju Baldatun Tayiibatun Warabbun Ghafur. Mulai dari berbagai paperangan yang dilakukan oleh para kiai dan santrinya dalam mempertahankan kemerdekan,  menyatukan berbagai suku bangsa dan agama dengan menjadikan pancasila sebagai ideology Negara. Disamping itu, pesantren juga ikut mengatur perokonomian Negara, mengatur kehudupan sosial, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan lembaga pendidikan yang dimilikinya.  Dan kaum sarungan ini telah mampu mempertahankan identitasnya  dan menjadi benteng pertahanan gardu paling depan untuk mengawal bangsa Indonesia dalam memfilterisasi masuknya budaya asing.
Dalam mengawal perjalanan Negara Indonesia sejak berabad-abad lalu sampai sekarang pesantren  masih menunjukkan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan dan dakwah.  Dengan berbagai asam manis perjalanan dalam mengarungi zaman dan seiring berjalanya waktu pesantren masih kokoh berdiri. Kemampuan pesantren untuk selalu hidup ditengah-tengah masyarakat yang sedang mengalami berbagai perubahan. Pesantren  mampu memobilisasi sumber daya baik tenaga maupun dana serta mampu berperan sebagai benteng terhadap berbagai budaya asing yang akan berdampak negatif. Kenyataan ini juga menunjukkan bahwa pesantren merupakan  lembaga pendidikan yang mempunyai kekuatan untuk survive.  Kehidupan  sosial yang begitu jelas terlihat dalam kehidupan pesantren menunjukkan bahwa pesantren masih memiliki fungsi nyata yang dibutuhkan masyarakat. Tapi, selain itu tentu pesantren juga menghadapi rintangan yang tak pernah berhenti menghadangnya seperti hantaman teknologi, serangan weternisasi yang menjadikan masyarakat semakin hedonis, aliran-aliran  dengan berbagai corak yang menyerang idealoginya yaitu Ahlussnah Waljamaah belum lagi perhatian pemeritah yang terkadang kurang memperhatikan kaum sarungan ini sehinggga terkadang ada sebagian pesantren yang merasa kesulitan untuk mengawal lembaga pendidikannya. Tapi semua itu tak memadamkan semangat perjuangan pesantren dalam mencerdaskan kehidupan umat dan menuntun mereka kejalan yang seharusnya ditempuh.
Dengan bergulirnya zaman dan kemajuan teknologi yang menyertainya pesantren harus siap untuk membendung serangan dari luar yang mengancam. Kemajuan tecnologi dengan berbagai hegemoni yang  menyerakkan dada harus disikapi dengan bijak. Karena bukan tidak mungkin pesantren akan mengalami kemunduran jika tidak mengikuti arus perkembngan zaman. Realitas yang ada bahwa teknologi memang memberikan arti yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Teknologi dengan serba kecanggihanya telah menyulap manusia untuk bisa mengetahui segala seluk beluk dunia dan berbagai macam cabang keilmuan.
Tapi tidak semua arus tekhnologi bisa di dimanfaatkan sedemikian mungkin oleh manusia. Kerena teknologi dan informasi yang unlimited pada saat ini terkadang memberikan potensi yang negative bagi pemakainya. Sebagaimana yang sering kita lihat dimedia-media kemajuan teknologi terkadang tidak memberikan manfaat malah akan mencelakakan. Tergantung bagaimana orang yang memakainya. Bisa diibaratkan dengan sebilah pisau yang bisa digunakan untuk membunuh atau  memberikan manfaat bagi pemilik pisau tersebut. Disnilah pesantren harus bisa mengambil peran untuk bisa memanfaatkan kemajuan teknologi serta mampu untuk melakukan improvisasi pada lembaga pendidikan yang ada dibawah naunganya. Dan tentu bagi pesantren  harus menyikapinya dengan bijak, kerena jika pesantren tidak ikut serta meramaikan pasar teknologi mungkin pesantren hanya menjadi penonton sementara akidah, budaya, dan tradisi yang masih bertahan sampai saat ini akan tergerus oleh derasnya arus perkembangan tekologi sehingga pesantren hanya tersisa dengan papan nama.
Begitu juga pesantren harus ikut bersuara di berbagai bidang keilmuan yang didasari dengan ayat-ayat didalam al-Qur’an dan Assunah. Tentu motif utama adalah untuk menjadikan jebolan pesantren sebagai manusia yang siap pakai dalam memberikan kesejahteraan bagi umat islam khususnya, masarakat Indonesia pada umumnya. Saat ini sebagaimana kita lihat disebagian pesantren dirasa hanya meperhatikan focus kajian keilmuan pada bidang keagamaan. Kita menerawang pada masa keemasan islam, tokoh-tokoh sekaliber Jabir Ibnu Hayyan Bidang keahliannya, dibidang : Logika, Filosofi, Kedokteran, Fisika, Mekanika, dan sebagainya, Abu Yusuf Yacub Ibnu Ishak Al-Kindi seorang filosof muslim dan ilmuwan sedang bidang disiplin ilmunya adalah: Filosofi, Matematika, Logika, Musik, Ilmu Kedokteran, Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi yang nama itu kemudian dipakai orang-orang barat dalam arti kata Aritmatika atau ilmu hitung karena dia adalah seorang muslim yang pertama-tama dan ternama dalam ilmu Matematika, dan ilmu hitung, Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi seorang dokter klinis yang terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan satu penelitian Al-Kimi atau sekarang lebih terkenal disebut ilmu Kimia, Abu Nasir Al-Farabi merupakan tokoh Islam yang pertama dalam bidang Logika juga mengembangkan dan mempelajari ilmu Fisika, Matematika, Etika, Filosofi, Politik, dan sebagainya, Abu Ali Al-Husein Ibnu Sina bidang keahliannya adalah ilmu Kedokteran, ilmu Fisika, Geologi, Mineralogi dan tokoh-tokoh islam lainnya. Dan mereka semua tentu bukan manusia yang buta agama. Karena mereka juga merupakan penghafal al-Qur’an, paham fikih serta menguasai cabang-cabang ilmu islam lainnya.
Dengan begitu yang kita harapkan para santri bisa meneruskan langkah-langkah tokoh masa islam pada zaman dahulu yang tidak hanya melek terhadap agama namun mampu memberikan sumbangsih besar terhadap masyarakat demi tercapainya izzul islam wal muslimin. Dengan begitu jebolan-jebolan manusia pesantren tidak hanya  memberikan solusi namun bisa memberi aksi. Karena yang diharapkan pesantren tidak hanya bisa mejandi inspirasi bahkan mampu beraspirasi terhadap kemaslahatan kehidupan ini. Lembaga pesantrenpun masih dianggap kalah untuk mengimbangi kemajuan keilmuan lembaga diluar pesantren. Dengan sistem salaf yang dipegang sampai saat ini oleh pesantren harus pula diibangi dengan kemajuan ilmu dengan mengkaji setiap ayat kauniyah yang sudah tertulis dalam Al-Qur’an. Dengan begitu pesantren akan menjadi lembaga yang paling diharapkan oleh bangsa indonesia sebagai manusia yang mengimbangi aspek spiritual, emosional dan intelektualitas.
Saat ini bangsa Indonesia sebagaimna yang kita rasakan mengalami carut marut yang berkepanjangan. Dan tidak seorangpun dari pemimpin kita yang mampu untuk menyelesaikanya. Korupsi yang selalu menjadi menghiasi negeri ini seakan tak pernah usang untuk dibahas karena kelicikan koruptor yang selalu bisa mengambil celah untuk mengkorupsi uang rakyat dan menyengsarakan mereka, isu NKRI yang terkadang membuat kita marah karena memang bangsa indonsesia tak mampu untuk bersuara seperti hilangnya satu persatu pulau Indonesia yang digerogoti oleh tetangga-tetangga Negara kita, kesejahteraan rakyat yang dari dulu memang selalu actual untuk dibahas karena memang apa mau dikata toh kita tidak mampu menyelesaikan masalah seperti kemiskinan, kelaparan, busung lapar, pendidikan yang dirasa hanya untuk masyarakat kota sementara orang pinggiran tak pernah menyentuh pendidikan sama sekali, jika ada itupun sangat sulit untuk ditempuh dan terkadang kesejahteraan akan membuat rakyat kita malah jalan pintas seperti gerakan Papua merdeka yang menuntut untuk memerdekakan diri sebab Papua secara factual telah didiskriminasi dari sisi kesejahteraan ketimbang daerah-daerah Indonesia yang lainnya, isu keagamaan yang terkadang menimbulkan anarkis karena pemerintah kita tak pernah mengambil tegas untuk permasalahaan ini seperti kasus Ahmadiyah, Syi’ah, orang Salafi yang kesemuanya itu telah membuat gerakan dibawah tanah. Tapi, pemerintah Indonesia tak berdaya menghadapinya. dan jika dibiarkan mereka akan membuat gerakan yang akan merubah ideology pancasila yang telah lama menyatukan bangsa indonsia. Dan masih sangat banyak lagi masalah-masalah negeri ini yang perlu diperbaiki dan dikoreksi. Pertanyaannya siapakah pemimpib impian yang bisa diharapkan untuk bisa memperbaikinya?, tentu bukan pertanyaan mudah untuk dijawab.
Dengan melihat fonemena yang terjadi di indonesia, kaum santri sudah seharusnya merasa terpanggil untuk memerikan aspirasi serta menjadi inspirasi dengan memberikan uswah yang baik terhadap masyarakat indonesia. Kini, sudah saatnya pesantren bangkit dari kuburan yang bernisan kejumudan. Konotasi konserfatif serta fundamentalis sudah saatnya dirubah. Jika pada masa keemasan islam ditandai dengan berdirinya Bitul al-Hikmah sebagai simbol masa kejayaan pendidikan islam. Dan kini atau kedepan lembaga pendidikan pesantren harus pula bisa menjadi simbol sebagai majunya peradaban islam. Mari kita jemput kembali masa kejayaan keilmuan islam dengan menjadikan pesantren sebagai pusatnya. Semoga..!! Walla a’lam Bishowab.