Komentar Mulia dari Berbagai Pihak Tentang Pekan Kondom Nasional

0
278

Pembagian kondom gratis di tempat umum dan kampus yang digagas Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan sponsor perusahaan kondom Indonesia (DKT Indonesia) menuai kontroversi dan mendapat protes publik. Program bernama Pekan Kondom Nasional (PKN) tersebut akhirnya disetop karena penolakan publik. Kemenkes maupun Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) bahkan saling melempar tanggung jawab bila program tersebut merupakan acara edukasi kedua institusi tersebut.

Publik pantas menolak PKN yang berlangsung sejak tahun 2007 itu, karena tidak efektif dan justru memicu perilaku seks bebas (free sex) di kalangan remaja dan mahasiswa/i. Apalagi, salah satu agenda PKN adalah menghadirkan bus-bus PKN di sejumlah kampus di Indonesia. Untung, publik bereaksi cepat sehingga program yang akan digelar pada 1-7 Desember 2013 sebagai rangkaian peringatan Hari AIDS Sedunia di Indonesia ini bisa disetop.

Ketua Umum PB Pemuda Muslimin Indonesia (PMI) Muhtadin Sabilly mengatakan kegiatan tersebut kontraproduktif dalam mencegah penyebaran HIV/AIDS. Sebab, penyebaran virus HIV/AIDS justru berasal dari gaya hidup seks bebas.

“Kegiatan ini malah menjadi promosi untuk melakukan free sex (di kalangan remaja dan mahasiswa/i). Bisa disebut, bawahan Presiden SBY menganggap negeri kita sebagai lokalisasi prostitusi,” jelas Muhtadin dalam siaran persnya, pekan lalu.

Faktanya, kata dia, kondom tidak menjamin 100 persen seseorang tertular virus HIV/AIDS. Yang terpenting untuk mencegah virus mematikan itu adalah meningkatkan iman, akhlak, moralitas, serta menjauhi gaya hidup free sex. “Pemuda Muslimin Indonesia mengimbau masyarakat luas untuk memboikot dan menolak dengan keras kampanye kondom gratis ini,” tegas Muhtadin.

PMI mendorong pemerintah menutup lokalisasi penyebab bebasnya perilaku free sex, terutama di kalangan remaja dan mahasiswa/i. Termasuk, menghapus laman-laman online yang menampilkan pornografi dan pornoaksi.

Pemerintah mengakui, selain narkoba dan penyebaran virus HIV/AIDS, saat ini perilaku seks bebas menjadi masalah utama remaja di Indonesia. Pelaksana Tugas Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Subagyo menyatakan, hal tersebut merupakan masalah serius karena jumlah remaja sangat banyak dari populasi penduduk. “Yakni sekitar 26,7 persen dari total penduduk,” ujarnya.

Fakta mengkhawatirkan terdapat pada penelitian Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia pada tahun 2007. Perilaku seks bebas bukan sesuatu yang aneh dalam kehidupan remaja Indonesia.

Pada tahun 2009, Kemenkes merilis perilaku seks bebas remaja dari hasil penelitian di empat kota: Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya. Hasilnya, sebanyak 35,9 persen remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan, 6,9 persen responden telah melakukan hubungan seksual pranikah.

Dalam sebuah laman disebutkan, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PT2TP2A) Jawa Barat, mendapatkan temuan ada sekitar 7.000 remaja putri di bawah usia 18 tahun yang menjadi pelacur. Dari jumlah itu, 28 persen di antaranya adalah siswa/i SMP dan SMA.

Blundernya aksi PKN dan maraknya kasus seks bebas di kalangan remaja dan pelajar juga disikapi secara prihatin oleh tokoh agama dan DPR. Pimpinan Ponpes Daarul Quran Bulak Santri KH Yusuf Mansur mempertanyakan naluri Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi terkait PKN ini.

Berikut kutipan pernyataan Ustaz Yusuf Mansyur dalam akun Twitter-nya:@Yusuf_Mansur

“Yg saya msh ga ngerti, jika benar, maka menkes adalah seorang perempuan… Seorang nenek, yg pastinya seorang ibu. Koq bisa memasang gambar seorang artis berpose panas menantang… Di mana naluri keperempuanannya? Keibuannya? Yaa Allah…” 

Ustaz berusia 36 tahun itu berdoa semoga Allah menyelamatkan anak keturunan bangsa Indonesia dari bahaya AIDS.

“Selamatkan kami yaa Allah… Selamatkan anak2 keturunan kami… Jangan buat kami ga percaya sama pemerintah kami. Kami msh sayang sama mrk.”

“Saya saja, ustadz yusuf mansur, punya niat mulia, bagus, dlm membangun ekonomi berjamaah, hrs lwt cara2 yg bener menurut negara…”

“Yaa Allah, beri hidayah, beri petunjuk, semua yg ingin menyelamatkan negara, trmasuk dari aids. Dg melakukan cara2 yg benar…”

Ternyata bener ya? Ada bus pekan kondom, yg distikerin bergambar artis berpose panas. Yaaa Allah, koq negara tega banget yaaa.

Menurut sebagian cerita, bus itu masuk ke kampus… Allahu akbar… Bagaimana mungkin pemerintah ‘setega’ itu…
Ustaz Yusuf mengaku tidak bisa menahan amarah mengetahui kabar tersebut. “Apalagi di kampus2, kondom itu dibagikan, &yg bagi2in bilang, ‘Kamu jajal yaaa. Pake sama pacar kamu…’. Duh, sedih banget saya… Saya ga bisa kalem nih… Hampir meledak2.”

Karena itu, Ustaz Yusuf mengajak umat Islam lebih giat, masif, elegan, dan berwibawa menyelamatkan bangsa ini. “Tapi saya menyadari. Ini semua kompetisi. Trmasuk kompetisi amal saleh. Ttp kalem deh.”

Yusuf Mansur membandingkan dengan penundaan penggunaan jilbab untuk polwan Muslimah. “Jilbab ditunda2… Kondom malah dibebaskan sebebas2nya… Innaa lillaah… Innaa lillaah… Innaa lillaah,” ujar Ustaz Yusuf.

Dia bahkan mengaku merasa jijik dengan program PKN tersebut. “Tiba2 saya merasa jijik hari ini dengan negara ini… Semoga dtgnya maghrib sebentar lagi, nyaman lagi hati saya, setelah shalat nanti…

Tapi saya percaya. Ini kelalaian saja. Bukan kesengajaan. InsyaaAllah kita bawa menjadi doa, atas semua pemandangan&rasa…

Ustaz asli Betawi itu melanjutkan, “Masa skrng negara lsg yg berupaya bagus, baik, malah memilih cara yg ga bagus. Yusuf Mansur mau nerima, bljr, &menyempurnakan… Negara?”

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur menolak program Pekan Kondom Nasional yang digagas Kemenkes dan diselenggarakan KPAN. “Kami tegas menolak kegiatan pekan kondom nasional di Jatim. Kegiatan ini sama saja melegalkan dan membiarkan seks bebas,” ujar Ketua MUI Jatim KH Abdussomad Buchori di Surabaya, Senin (2/12).

Menurut dia, tujuan pencegahan virus HIV/AIDS bukan dengan membagikan kondom-kondom gratis ke masyarakat, karena hal ini justru akan semakin mendorong remaja-remaja melakukan seks bebas. “Bisa saja masyarakat akan mengartikan amannya sebuah seks bebas karena sudah aman setelah memakai kondom. Inilah nantinya yang dikhawatirkan dan justru AIDS akan berkembang,” kata dia.

Seharusnya, kata dia, kegiatan yang dilakukan bersifat mendidik atau edukasi, di antaranya memberikan penyuluhan soal reproduksi dan pendidikan seks bagi masyarakat, bukan malah kampanye penggunaan kondom.

Diperlukan pula peraturan ketat mencegah seks bebas. Sebab, sumber penyakit HIV/AIDS adalah pergaulan bebas. “Di Jatim, kami bekerja sama dengan Pemprov terus berusaha menutup lokalisasi. Hingga kini, tercatat sudah sekitar 70 persen lokalisasi ditutup,” katanya.

Pihaknya membuat surat edaran yang ditujukan kepada MUI kabupaten/kota se-Jatim untuk menolak PKN. Selain itu, pihaknya juga mengirim surat ke instansi terkait mengenai penolakan pembagian kondom kepada masyarakat.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ledia Hanifa Amaliah mengecam Pekan Kondom Nasional. “Pilihan strategi kampanye pencegahan HIV/AIDS dengan cara tersebut kurang tepat,” kata anggota Fraksi PKS ini, di Jakarta, Senin (2/12) dikutip Antara. Penggunaan nama Pekan Kondom Nasional saja sudah menjelaskan keinginan pemerintah untuk menyosialisasikan penggunaan kondom dalam hubungan seksual.

“Cobalah dikaji secara jernih oleh Kemenkes, pilihan gambar dari bus kampanye ini menempatkan perempuan dengan tampilan yang sensual. Tampilan ini bisa masuk ranah melecehkan perempuan,” katanya. Ditambah lagi, adanya program membagi-bagikan kondom secara gratis, bahkan hingga masuk ke kampus.

Ledia mengingatkan, semakin hari banyak kalangan ibu rumah tangga terpapar HIV/AIDS dari suaminya. Lantas, anak terpapar HIV/AIDS dari ibunya. Karena itu, kampanye penanggulangan HIV/AIDS harus dibuat dengan bijak dan tepat sasaran. Meski semua kelompok masyarakat harus disadarkan akan bahaya penyakit ini, pilihan kampanyenya tetap harus selektif.

Presiden SBY pun angkat bicara tentang kontroversi PKN ini. Ia menyatakan, permasalahan bukan pada setuju atau tidak, tetapi bagaimana kita menyikapi penanggulangan HIV/AIDS dengan cara pencegahan sejak dini.

Pernyataan berikut dikutip dari akun Twitter Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) @SBYudhoyono yang menjawab pertanyaan dari akun@thejakartaglobe.

Akun Twitter salah satu media cetak tersebut menyebutkan “Seks tak aman penyebab utama transmisi HIV/AIDS, Bapak setuju sosialisasi pentingnya penggunaan kondom?”

Presiden SBY menjawab @thejakartaglobe bahwa pemerintah akan terus berupaya merancang cara kampanye yang tepat dalam  upaya penanggulangan HIV/AIDS.

“Kondom memang efektif cegah HIV/AIDS, tapi sosialisasinya tidak boleh salah. Kita memiliki norma agama dan budaya timur,” kicau Presiden SBY.

Presiden menyampaikan penghargaan kepada PKN atas inisiatif meningkatkan kesadaran publik dalam upaya menanggulangi virus HIV/AIDS. Namun, Presiden berpesan agar KPAN lebih cermat dan peka.

Menurut Presiden, pencegahan HIV/AIDS yang terpenting adalah menahan diri untuk tidak melakukan hal yang menyebabkan tertularnya virus tersebut.

Sejumlah pembaca Republika memberikan sejumlah komentar bernada sama. Mayoritas menyesalkan acara PKN di tempat publik dan berencana dilakukan di kampus-kampus. Bila tak ditolak, Kemenkes dan KPAN dinilai memberi peluang pelajar dan mahasiswa/i melakukan seks bebas karena bisa menggunakan kondom secara gratis.

Pembaca Republika dapat mengirimkan komentar melalui lamanRepublika Online dan surat elektronik infopublik@redaksi.republika.co.id,dan zaky@redaksi.republika.co.id n ed: zaky al hamzah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih. (republika)

Tinggalkan Balasan