Allah Sandaran Hatiku

0
1146

Yakinkah ku berdiri

Di hempa tanpa tepi

Bolehkah aku

Mendengarmu

Terkubur dalam emosi

Tanpa bisa bersembunyi

Aku dan nafasku

Merindukanmu

Terpuruk ku di sini

Teraniaya sepi

Dan ku tahu pasti

Kau menemani

Dalam hidupku

Kesendirianku

Teringat ku teringat

Pada janjimu ku terikat

Hanya sekejap ku berdiri

Kulakukan sepenuh hati

Peduli ku peduli

Siang dan malam yang berganti

Pedihku ini tak ada arti

Jika kaulah sandaran hati

Kaulah sandaran hati

Sandaran hati

Inikah yang kau mau

Benarkah ini jalanmu

Hanyalah engkau yang ku tuju

Pegang erat tanganku

Bimbing langkah kakiku

Aku hilang arah

Tanpa hadirmu

Dalam gelapnya

Malam hariku

Lirik lagu di atas merupakan lirik lagu yang dinyanyikan oleh grup band Indonesia, Letto. Sekilas, lirik lagu di atas mengisyaratkan kerinduan seseorang pada kekasihya. Lebih-lebih bila kita melihat official video lagu tersebut. Kisahnya adalah perjuangan seorang kekasih yang setia menemani.

Banyak orang yang mengarahkan kata ganti kedua (kamu, mu) kepada sang pujaan hati atau kekasih hati berupa seorang wanita atau pria idaman yang dikasihinya. Namun, bila kata ganti kedua itu kita ubah menjadi huruf kapital (huruf besar) maka akan memiliki makna yang sangat dalam mengenai peribadatan kepada Allah. Mari kita coba sedikit demi sedikit menelaah lagu tersebut.

Pada paragraf pertama, dikatakan “Yakinkah ku bediri, di hempa tanpa tepi, bolehkah aku mendegar-Mu?”. Dari bait-bait ini, ada kebimbangan yang mendalam ketika pengucap sudah mulai berdiri untuk melaksakan ibadah (shalat). Apakah dia melakukannya sudah penuh dengan keyakinan dan dapat di dengar oleh-Nya? (diterima). Dalam bait ini pula, dia masih mengalami keraguan sehingga dia butuh Allah untuk memperkuat keimanannya.

Terkubur dalam emosi, dan tak bisa bersembunyi, aku dan nafasku merindukan-Mu. Pada bait-bait ini, dia merasakan kerinduan yang mendalam untuk segera bertemu dengan sang Khaliq. Kerinduan itu begitu dalam sehingga tidak bisa lagi ditutup-tutupi.

Terpuruk ku di sini, teraniaya sepi, dan ku tahu pasti, Kau menemani, dalam hidupku, kesendirianku. Dalam syair ini, dia merasa kehidupan yang dijalaninya hampa sehingga merasa terasing di dunianya sendiri. Namun, meskipun begitu, dia percaya bahwa Allah akan selalu menemaninya, mengetahui segala gerak-geriknya dan menguatkannya.

Teringat ku teringat, Pada janjimu ku terikat, Hanya sekejap ku berdiri, Kulakukan sepenuh hati, Peduli ku peduli, Siang dan malam yang berganti, Pedihku ini tak ada arti, Jika kaulah sandaran hati, Kaulah sandaran hati, Sandaran hati.

Pada bait panjang ini, dengan sadar Letto mengingatkan para pendengar tentang janji manusia pada Allah dan tujuan manusia dicipta oleh Allah. Allah berfiman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56) [الذاريات/56]

Dan Aku tidak menciptakan manusia dan jin selain untuk menyembah kepada-Ku” [QS. Al-Dzâriyât (51):56]

Tugas manusia sebagai seorang hamba adalah berbakti kepada tuannya. Dalam hal ini adalah Allah. Sehingga, tidak salah bila tugas utama manusia di bumi adalah untuk menyembah dan mengagungkan nama Allah. Hal ini bisa dilakukan dengan ibadah yang murni ibadah atau dengan membantu sesama manusia dengan tidak mengatasnamakan diri pribadi. Sehingga tidak akan muncul rasa bangga dan riya’ karena telah berhasil melakukan hal yang besar dan membantu orang lain, karena sesungguhnya bantuan itu kita lakukan sebagai wakil Allah, bukan karena kita sendiri.

Setelah diingatkan akan janji kita dan tugas kita untuk Allah, maka apa susahnya bila kita diminta oleh-Nya untuk sekejap saja berdiri melakukan shalat lima waktu? Shalat lima waktu yang durasinya maksimal hanya 5 menit, sebenarnya bukanlah sesuatu yang susah. Namun begitu, masih banyak orang yang sangat sulit untuk melakukannya secara kontinue.

Sekali lagi, lewat lagu di atas, Letto dan kawan-kawan ingin mengingatkan kita bahwa di waktu yang singkat itu (ketika shalat) hendaklah dilakukan dengan sepenuh hati sebagai bentuk syukur dan abdi kita kepada sang Khaliq. Dan pada saat itu pula, kita bisa mencurahkan segala keluh kesah kita kepada-Nya tanpa ada yang dapat menghalangi. Karena pada waktu itu, kita sebenarnya sedang face to face dengan sang Khaliq. Bila seluruh keluh kesah kita telah kita limpahkan pada-Nya dan didengar oleh-Nya, maka tidak akan ada lagi kesedihan yang akan menyelimuti di siang malam hidup kita. Inilah yang dimaksud dengan judul lagu SANDARAN HATI. Yakni menjadikan Allah sebagai sandaran hati kita, tempat kita mengadu, tempat kita memohon, dan tempat kita curhat, serta tempat kita meminta pertolongan. Iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’în (hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan).

Sumber Gambar: duniadownload-wongarief.blogspot.com

Tinggalkan Balasan