Empat Teladan Inspiratif di Hari Ultah Rasulullah

0
712
Pengalaman Nabi Muhammad Ketika Mendapatkan Malam Lailatul Qadar
Pengalaman Nabi Muhammad Ketika Mendapatkan Malam Lailatul Qadar

Ada banyak hal yang perlu dicontoh dari sosok Nabi. Beliau adalah manusia sempurna. Manusia yang segala tingkah lakunya selalu dijaga oleh Allah Ia Tidak pernah sedikitpun dibiarkan dalam kesalahan. Tidak pernah sekalipun melakukan hal yang dilarang, walaupun hanya taraf makruh. Ini sebagai betapa mulianya Nabi, betapa sucinya Nabi.

Oleh karena itu, ada beberapa hal dalam diri nabi atau dalam peristiwa yang mengitari nabi yang perlu menjadi renungan bagi umat muslim. Di antaranya:

Pertama, sudah menjadi maklum bahwa nabi sudah menjadi yatim sejak dalam kandungan. Bahkan, kemudian sang Ibunda pun menyusul. Tidak lama kemudian sang kakek juga meninggal. Padahal ketika itu usia beliau masih terlampau kecil untuk ditinggal oleh Ibu dan kakeknya.  Pada masa pertumbuhannya seharusnya beliau mendapatkan kasih sayang dan pendidikan dari kedua orangtuanya. Sehingga tak ada tangan keluarga yang memanjakannya. Tak banyak pula harta yang membuatnya hidup nyaman.

Tentu hal ini bukanlah kebetulan. Di balik semua peristiwa ini pasti tersimpan hikmah luar biasa. Diantara, agar tak ada seorangpun yang menemukan celah untuk menghembuskan keraguan ke dalam hati umat manusia bahwa Muhammad r menimba pengetahuan berkenaan dengan dakwah yang ia sebarkan dari ayah atau kakeknya. Keraguan semacam itu sangat mungkin untuk dihembuskan, terutama karena kakek Nabi Muhammad r, Abdul Muthollib adalah pemuka kaumnya. Di tangannyalah tanggung jawab rifadah dan siqayah. Dengan demikian, tertutuplah celah bagi orang-orang sesat yang akan meregukan kenabiannya. Mereka akan yakin bahwa apa yang disampaikan oleh nabi adalah murni dari Allah I,  Tuhan semesta alam.

Apa yang terjadi pada nabi ini bisa menjadi bahan renungan bagi orang yang senasib dengan beliau. Orang yang sejak kecil sudah ditinggal orang tuanya. Orang yang tumbuh tanpa kasih sayang kedua orangtuanya. Harus tidak ada kata menyerah dalam kehidupan. Serta harus tidak ada kata menyalahkan takdir yang telah Allah I tentukan. Yang harus ada adalah semangat untuk terus berkembang dan semangat untuk lebih baik. Seperti apa yang dilakukan oleh nabi.

Bagi orang yang mendapatkan takdir lebih bagus dari pada beliau—dengan kasih sayang kedua orangtua sampai dewasa dan dilengkapi dengan harta melimpah—tidak boleh bermanja-manja. Anugerah dari Allah I itu harus disyukuri dengan melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Misalnya tidak boleh sombong dan tidak merendahkan yang lain. Apa yang telah ia miliki seharusnya menjadi pendorong untuk menuju kehidupan yang lebih baik.

Kedua, Nabi terlahir di daerah yang sangat jauh dari peradaban yang maju. Pada saat itu, arab adalah negeri yang sangat terbelakang. Negeri yang jauh dari kata subur. Negeri yang hanya penuh dengan hamparan pasir yang kering kerontang. Tidak seperti Yunani, Romawi, Cina, ataupun Persia yang terkenal dengan kemajuan keilmuannya. Hal ini tentu akan menjadi tanda tanya besar, kenapa nabi dilahirkan di tempat jauh dari kemajuan?. Kenapa nabi tidak terlahir di negeri yang maju sehingga akan cepat berkembang dan secara pasti bisa membantu perkembangan dakwah nabi?.

Salah satuh hikmah dilahirkannnya nabi di Arab, bukan di negeri lain adalah karena ketenangan yang terjadi di arab. Di negeri lain yang terbilang sudah maju—seperti di Yunani yang maju dengan filsafatnya—ternyata banyak pergolakan. Dekadensi moral terjadi di mana-mana. Pertikaian dan ketergantungan pada materi menjadi sesuatu yang sudah mendarah daging.

Di samping itu, ada pelajaran lain yang cukup menarik dari peristiwa ini. Yaitu, di manapun kita lahir, kita bisa tetap bisa berkembang. Tergantung bagaimana cara atau usaha untuk menggapainya. Dalam hal ini nabi sebagai buktinya. Nabi telah menyulap sebuah negeri yang pada awalnya tidak banyak didengar orang banyak orang di negeri lain, menjadi negeri yang bisa dibanggakan. Sebuah negeri yang pada akhirnya menjadi percontohan dari perkembangan peradaban dunia.

Ketiga, dalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa,

“Suatu hari, ketika Rasulullah saw bermain-main bersama beberapa anak, beliau didatangi malaikat Jibril. Tiba-tiba Jibril merengkuh Rasulullah dan membaringkan tubuhnya. Setelah itu, Jibril membelah dada Rasulullah saw dan mengeluarkan hatinya. Jibril lalu mengeluarkan segumpal darah dari dalam hati Rasulullah saw seraya berkata, “Ini adalah tempat setan pada dirimu”. Selanjutnya, Jibril mencuci hati Rasulullah saw dengan air zam-zam di dalam sebuah bejana dari emas, kemudian mengembalikan hati itu ke tempat semula. Pada saat itu, anak-anak lain (yang bermain bersama Rasulullah) pergi menemui ibu mereka seraya berseru, “Muhammad dibunuh!” kemudin, merekapun mendatangi Muhammad yang ternyata masih hidup dengan wajah pucat pasi.”

Hikmah yang yang terkandung di dalam peristiwa itu adalah bahwa nabi sudah dipersiapkan menjadi seorang Rasulullah mulai sejak kecil. Jadi, sebenarnya peristiwa pembelahan dada itu merupakan bentuk penyucian spiritual yang muncul dalam bentuk simbol kejadian material yang kasat mata agar manusia dapat menangkap isyarat Ilahi atas penyucian calon Nabinya.

Bagi manusia biasa, bukan nabi, tentunya tidak perlu menunggu malaikat jibril datang dan mencuci hatinya, melainkan harus berusaha sendiri untuk melakukanya. Misalnya dengan terus belajar dan merenung tentang alam semesta. Dengan ini diharapkan bisa menjadikan hati terus tunduk pada segala titah-Nya. Misalnya juga dengan terus berusaha menjaga hati dari segala sifat-sifat tercela, seperti sombong, iri, ujub, dan lain sebagainya. Hal ini bisa dilakukan kalau kita selalu berkutat dalam kebaikan.

Keempat, saat Nabi masih muda, beliau sudah mencari nafkah sendiri dengan cara mengembala domba. Seorang calon pemimpin seluruh manusia dan penutup para nabi ternyata tidak diberikan kehidupan yang mewah di masa kecilnya oleh Allah. Bukankah akan lebih mudah bagi nabi untuk berkembangan ketika beliau diberi kecukupan harta sehingga bisa fokus pada pengembangan diri, tanpa perlu berpikir harus bekerja?. Dan untuk memberikan kemawahan pada nabi, sangat mudah bagi Allah.

Sesungguhnya, bisa saja nabi tidak perlu bekerja karena pamannya sudah bisa mencukupi kebutuhannya. Hanya saja lalu nabi menyadari bahwa beliau memiliki kemampuan untuk mencari nafkah sendiri. Sehingga rasulullah pun tidak mau banyak memberikan beban pada pamannya.

Ini yang perlu dijadikan contoh oleh para umatnya. Semangat untuk berusaha sendiri itu sudah harus dit  anamkan pada diri kita. Berlatih untuk menghilangkan ketergantungan pada orang lain. Berlatih untuk tidak hanya mengidamkan hal-hal yang instan. Kita sudah diberikan kemampuan oleh Allah untuk bekerja, maka anugerah itu harus digunakan sebaik mungkin. Berarti orang yang hanya ingin santai, tidak mau mencontoh apa yang telah dilakukan nabi.

Di samping itu, melalui kisah ini Allah hendak membingbing kita untuk menyadari bahwa harta yang paling berharga yang dimiliki oleh seseorang adalah didapat dari hasil kerja keras sendiri dan juga yang disedekahkan pada orang lain. Maka dari itu, ada hadits yang mengatakan bahwa mencari kayu bakar itu lebih baik dari pada meminta-minta.

Demikianlah sebagian peristiwa yang ada di sekitar khidupan nabi beserta hikmahnya. Sekarang, sudah saatnya bagi semua umatnya untuk mengambil pelajaran dari peristiwa ini. Serta juga meniru apa yang dilakukan nabi. Bagi yang mengaku cinta kepada nabi, tapi tidak mencontoh perilaku nabo, maka sungguh ia termasuk munafik. Sebab cinta kepada nabi itu tidak hanya dengan kata-kata melainkan juga dengan tindakan, bahkan inilah yang termasuk cinta sejati itu. (Ma’had Aly)

Tinggalkan Balasan