“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan banyak berzikir menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Hari kelahiran Rasulullah Saw telah tiba, beragam perayaan diadakan di seluruh penjuru dunia. Shalawat pun menggema di sentero dunia. Sang Uswah Hasanah pun semakin dirindu dan dicinta, baik dari sisi kepribadian, rasa kasih sayang terhadap sesama, hingga strategi kepemimpinan yang di tangannyalah ia hangatkan dunia dengan kedamaian Islam yang dengan sikap santunnya yang luar biasa. Kiranya, terdapat poin utama dalam surah Al-Ahzâb ayat 21 di atas yang biasa dilantunkan saat acara maulid Rasul yang tahun ini tepat jatuh pada Selasa, 14 Januari.
Poin tersebut ialah ‘teladan’. Teladan bermakna kepribadian yang ada dalam diri seseorang, dalam konteks ini ialah Rasulullah Saw yang harus kita jadikan panutan. Teladan tersebut, ditujukan untuk tiga golongan orang yaitu pertama, orang yang mengharap rahmat Allah (rajâ ilâ rahmatillah). Kedua, orang yang mengharap datangnya hari kiamat dengan segala persiapan amal kebaikan. Ketiga, orang yang gemar mengingat Allah (dzikirullah)—baik bi al-lisân maupun bi al-qalb (dzikir hati).
Ketiga golongan ini ialah orang-orang yang hatinya selalu merindu akan sosok Rasulullah Saw. Mereka hanya mencintai Rasulullah Saw sebagai pribadi yang patut diteladani seutuhnya,, bukan selainnya. Sosok ma’shum (terhindar dari dosa) dengan jabatan kenabian yang dititahkan langsung dari Allah Swt selama lebih dari 20 tahun ini, mewariskan Alquran dan Hadits untuk umatnya sebagai jaminan bahwa siapapun yang mengikutinya takkan pernah sesat.
Alquran sebagai warisan utama Rasulullah Saw menyimpan beragam jawaban atas persoalan umat. Karena sifatnya yang abadi, maka Al-Quran melampaui ruang dan waktu. Alquran turun jauh sebelum kemajuan ilmu, teknologi dan temuan ilmiah saat ini ramai didengungkan. Ribuan ayat Al-Quran yang Allah turunkan tak jauh dari tujuan Alquran sebagai Hudan (petunjuk), Rahmat (sumber kasih sayang) juga Syifa (obat) bagai segala kagalauan jiwa.
Selain Alquran, buah perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah Saw ini juga bukti keteladanan beliau. Diutusnya Rasulullah Saw oleh Allah hingga ummat akhir zaman ini menyisakan banyak pesan yang seharusnya menjadi tteladan yang patut dimiliki seorang muslim salah satunya ialah hadits dari Salim dari Abdullah bin Umar ra, Rasulullah Saw bersabda,
“Tidak diperkenankan iri hati kecuali pada dua hal yaitu orang yang pandai membaca Al-Qur’an lalu mengamalkan isinya sepanjang hayatnya. Kedua, orang yang kaya harta lalu ia mendermakan hartanya itu untuk kebaikan,” (HR Muslim)
Di tengah era globalisasi dan krisis hati yang melanda diri pribadi kita selama ini, pada akhirnya, Rasulullah Saw meninggalkan pesan agar kita semua hanya diizinkan iri hati yang dalam dua hal di atas, yang secara tersirat mengandung pesan berlomba kebaikan (fastabiqu al-khaîrat). Hingga tiada lagi manusia yang saling menghabiskan nyawa hanya karena iri hati yang salah. Semoga!
Wallahu a’lam bish shawwâb…
Sumber: republika