Magrib baru saja beringsut menjauh dari Kampung Ciheulang, Desa Dago, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Suci, nama samaran, bersiap-siap ke masjid buat mengaji.
Gadis menawan – berkulit putih dengan wajah manis dan berhidung bangir – ini telah mengenakan kerudung dengan Alquran di tangan. Beginilah pemandangan di Ciheulang saban malam datang. Bocah dan remaja lelaki serta perempuan mengisi waktu dengan membaca kitab suci Alquran.
Jadi jangan berharap menyaksikan jemari gadis-gadis di sana asyik menari di atas papan ketik telepon seluler pintar atau BlackBerry. Boleh jadi, mereka belum pernah melihat atau bahkan memegang perangkat komunikasi mutakhir itu.
Alhasil, jangan tanya gosip soal kisruh pernikahan artis Asmirandah dan Jonas. Atau kabar hangat kasus dana talangan Bank Century menyeret nama Wakil Presiden Boediono. Sudah televisi dan radio dilarang, media cetak juga sangat jarang mampir di Ciheulang.
Untuk membeli koran, paling tidak harus ke pusat kota, yaitu Kecamatan Parung Panjang. Jika tidak mau repot, warga biasanya menitip koran kepada tetangga hendak ke Parung Panjang. “Kalau koran jarang baca, paling cuma denger cerita aja dari mulut ke mulut,” kata Hapip Jaksana, warga setempat, kepada merdeka.com Ahad pekan lalu.
Padahal dengan sepeda motor, jarak Ciheulang dan perumahan Bumi Serpong Damai bisa ditempuh 45 menit. Di sana, berdiri megah perkantoran dan pertokoan. Apalagi pusat belanja mewah seperti Sogo kokoh berdiri. Namun kenyataannya justru terbalik. Meski tidak jauh dari Ibu Kota Jakarta, warga Ciheulang kebanyakan cuma mengecap seklah dasar.
Masalah kesehatan juga mengenaskan, di sana tidak ada puskesmas, apalagi rumah sakit. Hanya terdapat bidan dan mantri biasa mengobati warga sakit. Itu pun kalau mereka mau.
Kebanyakan warga justru meminta bantuan dukun. Untuk melahirkan, warga biasa menggunakan jasa dukun beranak dipanggil dengan sebutan mapraji. Ongkosnya murah, dibayar seikhlasnya. “Kebanyakan di sini kalau mau berobat ke mapraji. Nanti dikasih obat tradisional dari tanaman di dalam hutan,” kata seorang wanita paruh baya sambil menggendong anak berusia sepuluh bulan. (http://www.merdeka.com)