Kader Bangsa yang Mengkhawatirkan [1]

0
344

Mencetak pelatih-pelatih handal, kritis dan transformatif, janganlah sampai pudar terhempas angin globalisasi dan termakan budaya barat, hingga hilang bersih tak berbekas. Mari kita singsingkan lengan baju, kerahkan segala pikiran demi terwujudnya pelatih-pelatih kader Bangsa masa depan. Tantangan besar yang ada saat ini, akan terasa berat bila para pemimpin negara sendiri enggan mempedulikan nasib anak-anak Bangsa sebagai kader pemimpin selanjutnya. Namun jawaban sementara, problem ini sepertinya bercikal bakal pada negara yang manajemen kaderisasinya terproses secara bagus dan terarah.

Manajemen kaderisasi Bangsa adalah fungsi kaderisasi yang terus berputar pada roda kepemimpinannya dari setiap periode yang telah ditentukan. Semantara kader anak Bangsa adalah orang yang diharapkan akan memegang pekerjaan penting di suatu lembaga baik lembaga sosial kemasyarakatan, politik ataupun pemerintahan. Proses kaderisasi ini dilakukan dengan menyerahkan tampuk kekuasaan mereka yang sudah berjalan untuk dilanjutkan dalam periode berikutnya. Sedangkan pengaderan itu sendiri berarti proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader yang diimpi-impikan.

Nah, dari pergeseran kedudukan dari generasi ke generasi itulah, yang menjadi sebab mereka dilatih, diseleksi dan diuji dalam menyandang organisatoris ulung dan punya tanggung jawab besar pada Bangsa. Penyeleksian ini dilakukan, ingin mengarahkan anak Bangsa agar maksimal dalam hal bidang keorganisasian kepemerintahan sehingga skill mereka betul-betul teruji alias tidak diragukan.

Untuk itu, pengetahuan maupun keilmuan anak harus bisa diandalkan, dengan segala daya upaya yang bisa mengangkat derajat mereka khususnya nama baik Bangsa sebagai embrio negara yang tunggal dalam ruang lingkup pengembangan kreatifitas kepemimpinan anak. Adapun salah-satu faktor yang urgen dalam membangun motivasi dan mengevaluasi anak adalah mulai dari miniatur keluarga, masyarakat, sekolah kemudian negara sendiri. Semua itu harus berjalan secara profesional dan proposional.

Idealnya, proses kaderisasi anak dalam bertanggung jawab seharusnya menekankan pada aspek perkembangan akal, prestasi dan pengalamannya yang luas. Bukan prestise,  kekuatan fisik dan harta yang melimpah. Hal ini searus dengan hukum pembagian Comenius salah seorang psikolog berasal dari Moravia. Ia memperhatikan sifat-sifat khas anak-anak dalam bukunya Didactica Magna tentang masa-masa perkembangan yang ditetapkan berdasarkan tingkat sekolah menurut tingkat usia dan bahasa mereka. Masa sekolah ibu, sampai usia 6 tahun, masa sekolah bahasa ibu usia 6 sampai 12 tahun, masa sekolah bahasa latin usia 12 sampai 18 tahun dan masa sekolah tinggi usia 18 sampai 24 tahun. Ternyata pembagian sekolah menurut Comenius itu sangat mempengaruhi jenjang pendidikan di seluruh dunia, termasuk pendidikan di Indonesia. Jadi, seorang tua terlebih-lebih suatu negara harus peka terhadap proses perkembangan kecerdasan anak bangsa melalui tahapan-tahapan di atas.

Kesenjangan pengetahuan bagi kader-kader Indonesia, disebabkan oleh proses persiapan dan penggodokan yang belum matang, pada ujungnya berimplikasi pada rendahnya motivasi mereka dalam dunia organisasi dan kaderisasi yang amburadul. Pusat penyebab kekrisisan mereka adalah meanstrem budaya barat yang sulit terkendalikan pada kejiwaan anak, media elektronik yang negatif, dan gejala lingkungan yang mengganggu psikis anak. Seperti tontonan-tontonan smack down (adu jotos) sangat mudah memberikan rangsangan pada perilaku kehidupan anak untuk ditiru sehingga watak dan karakter mereka terkontaminasi oleh tipuan yang serba khayalan.

Tawaran hemat penulis, untuk mengantisipasi dekadensi budaya ini adalah Bangsa seyogyanya punya perencanaan bagus yang lebih profesional dan proposional. Yaitu dengan memfaatkan lembaga-lembaga pusat pendidikan seperti Depdiknas, Depag, dan lembaga-lembaga pendidikan non-formal lain yang dipandang berpengaruh dalam mengentaskan problem anak yang dalam hal ini yaitu pesantren (lembaga keagamaan). Dengan memperhatikan perkembangan dan prestasi anak Bangsa dengan cara mempertahankan yang sudah mapan, mengambil yang lebih mapan demi prospek masa depan.

Oleh : Ahmad Mu’takif Billah, Sumenep, Madura

Tinggalkan Balasan