Tahun politik telah tiba bagai hembusan angin sahara menerpa setiap tubuh manusia yang dilaluinya. Politik kini seakan tidak pandang bulu, tempat, ataupun prosedur hukum yang telah susah payah dan upaya dibuat.
Nuansa politik juga banyak terselubung dalam dunia pendidikan maupun pesantren yang sejatinya menonjolkan nilai-nilai pendidikan bukan pada nunasa politik praktis yang dimanfaatkan para kandidat. Pemilihan Daerah, Pemilihan Legislatif, dan Pemilihan Presiden sudah start melalui berbagai media maupun secara langsung turun langsung kelapangan berbaur bersama masyarakat untuk mencuri hati rakyat. Ibarat pahlawan yang baru pulang dari medan perang rakyat menyambut calon pemimpin uantuk mencari secercah cahaya dibalik jendela politik sang pemimpin.
Pesantren yang dulunya dinggap tempat “suci” dari hikuk pikuk makhluk pencari suaka dunia kini disebagian daerah justru menjadi lahan yang siap digarap oleh para calon pemimpin negeri ini. Mereka yang dulunya terbiasa buka aurat setelah masuk lembaga yang menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan religius itu menutup auratnya demi mencari dukungan.
Kini kita dapat lihat betapa semerautnya wajah kota karena sepanjang jalan dihiasi baliho-baliho segala ukuran sebagai media bagi calon yang tidak memiliki banyak uang untuk kampaye di media massa. Lain lagi televisi misalnya yang sejatinya memiliki fungsi media informasi, hiburan, pendidikan atau pengetahuan melah menjadi media terdepan untuk berkampanye masuk ke semua kalangan di seluruh penjuru negeri. Maka kesan perang antar media itu muncul karena calon yang satu dengan yang lainnya sama-sama beradu kekuatan finansial untuk dapat mempublikasikan dirinya.
Ntah apa yang mereka cari, apakah benar-benar tulus memperbaiki kekurangan pejabat negeri ini? Ataukah sebatas mencari sensasi popularitas semata demi keuntungan pribadi. Pastinya, bagi kita memilih mereka sudah pasti, hanya saja seleksi harus kita lakukan tidak hanya ikut-ikutan para pemuka yang tidak jelas arahnya.
Ditangan kita tergenggam arah bangsa untuk menjadikan negeri ini sejahtera damai sepanjang masa. Melalui niat baik, dimulai dari diri kita sebagai pemilih maupun para calon yang akan berkompetisi karena niat yang baik akan menentukan langkah selanjutnya. Jangan karena jargon kita kalah persahabatan diabaikan apalagi mengutamakan pertikaian antar pendukung. Persatuan dan kesatuan adalah kunci perdamaian bangsa ini sebagai jalan menuju negeri impian semua rakyat Indonesia.
gbr. ayureza.blogspot