Cara Nabi dari Memilih Istri Sampai Membentuk Karakter Anak [1]

0
407

“Cara mendidik yang buruk, walaupun bertujuan baik, maka akan berdampak buruk pada akal dan batin anak. Seperti halnya pemeliharaan yang buruk terhadap tubuh, maka tubuh akan mudah terjangkit penyakit, bahkan penyakit yang paling berbahaya sekalipun.”

Setiap orang yang sedang menjalani masa pencarian jodoh, pasti yang menjadi tujuan utama adalah yang bisa menemani dan mengingatkan kala salah. Hal ini diinginkan agar tetap berpijak pada jalan yang lurus. Sebab, pasanganlah yang akan menemani sepanjang hidup. Sehingga pasangan pula yang akan menentukan masa depan[1] seseorang nantinya. Pasangan yang beriman dan bertakwa kepada Allah serta Rasul-Nya, baik budi pekertinya, insyaallah bisa menemani sepanjang hidup, saling membangunkan saat malas melanda, saling mengingatkan kala lalai menyergap, saling merangkul demi menuju puncak kesuksesan yang hakiki, yakni negeri akhirat.

And the next, bercita-cita untuk membina rumah tangga yang dilengkapi dengan buah hati, kemudian mengajarinya untuk senantiasa mengamalkan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah swt. Rasulullah saw. bersabda:

Menikahlah kalian dan perbanyaklah anak, sesungguhnya aku akan membanggakan kalian kelak di hari Kiamat”.

Dari hadits di atas, bukankah Nabi menginginkan umatnya menjadi umat yang banyak memiliki keturunan? Untuk apa? Tak lain karena Nabi menginginkan ajarannya tersebar luas sehingga mencakup seluruh penjuru dunia. Dan tidak ada satu daerah terpencil sekalipun yang tidak mengenal Tuhan Penciptanya, serta utusan-Nya. Mengingatkan kembali apa sebenarnya tujuan dilahirkan manusia ke muka bumi. Yakni untuk beribadah kepada Sang Pencipta Alam Semesta dengan segenap jiwa dan raga. Bukankah ini juga merupakan ikrar setiap jiwa manusia yang akan dilahirkan ke dunia sebelum ditiupkan ruhnya ke rahim para ibu?

Untuk mencetak karakter sebagaimana keluarga Nabi pada anak, bukanlah hal yang mudah. Peran orang tua sangat dibutuhkan dan dibantu dengan peran sekolah dan lingkungan yang bisa mendukung penuh perkembangan sang anak nantinya.

Orang tua yang baik, beriman, dan bertakwa pasti bisa melahirkan anak-anak yang baik perangainya, beriman dan bertakwa pula. Namun, jika anak yang terlahir dari pasangan yang buruk karakternya, tidak beriman dan bertakwa, tidak akan bisa menjadi anak yang saleh dan salehah. Dari sini, disimpulkan bahwa peran orang tua merupakan modal utama untuk mendapatkan generasi yang sempurna seperti keluarga Nabi.

Sebagai contoh, mari kita lihat putri kanjeng Nabi Muhammad, Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra yang tidak pernah terlepas dari didikan kekasih Allah yang penuh cinta kasih, Muhammad saw. Mulai dari hal-hal yang paling sederhana hingga hal yang rumit sekalipun, beliau saw. senantiasa bersabar mengajari putrinya ra. Mulai dari cara duduk, berdiri, berjalan, bertutur kata, sopan santun, beribadah, sampai cara bersosialisasi.

Alhasil, beliau saw. mendidik putrinya untuk berkarakter mulia. Tidak hanya beretika kepada Allah dan Rasul-Nya, namun diajarkan pula bagaimana beretika kepada semua makhluk. Tidak hanya manusia, bahkan kepada hewanpun beliau ra. diajari untuk berakhlak. Hingga akhirnya, putrinya tersebut berhasil meraih gelar yang menjadi impian semua hawa dari zaman Adam sampai hari Kiamat nanti, yakni ummahatul mukmini[2]n. Subhanallah!

Kanjeng Nabi tidak hanya menjaga dan memelihara putrinya, namun cucunya, Sayyidina Hasan dan Husainpun senantiasa dirawat dan dijaga sebagaimana putrinya tersayang. Sejak pertama kali Sy. Hasan dan Husain dilahirkan, beliau mengumandangkan adzan di telinga kanan keduanya. Dari sini, beliau mengajarkan umatnya bahwa betapa pentingnya pedidikan anak bahkan sejak pertama dilahirkan. Dengan mengumandangkan adzan di telinga kanan sang anak, mengajarkan anak pada kalimatullah[3]. Sehingga yang pertama kali didengar adalah asma Allah.

Suara adzan yang diperdengarkan di telinga si bayi akan berpengaruh pada akal dan hati si bayi. Para ahli kedokteran menyatakan bahwa suara yang terdengar oleh si bayi bahkan sejak berada dalam kandungan bisa mempengaruhi akal dan jiwanya. Sehingga, banyak para dokter kandungan yang menyarankan para ibu hamil agar rutin memperdengarkan semacam musik klasik saat usia dalam kandungan. Para pakar kesehetan percaya bahwa musik klasik dapat menimbulkan gerakan motorik tertentu pada janin. Dan setiap ketukan musiknya juga mempunyai efek kepandaian anak dalam matematika. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh salah seorang dokter dari Perancis.

Orang tua yang memiliki iman dan kedekatan kepada Allah, akan selalu memperdengarkan suara al-Quran pada sang buah hati, bahkan sejak kehamilan usia 1 bulan. Hal ini bertujuan agar sang buah hati sebelum ditiupkan ruhnya ke rahim sang ibu menjadi ruh pilihan yang baik kelak saat berusia dewasa. Ibu yang memiliki kecerdasan spiritual, tanpa perintah sudah melakukan hal-hal yang semacam ini kepada buah hatinya. Bahkan, ada juga ibu yang sering membacakan ayat-ayat Al-Quran untuk anaknya sekalipun sudah memasuki usia dewasa. Sekali lagi, tidak lain untuk mengajarkan anaknya betapa pentingnya interaksi dengan Sang Khalik.

Siapapun yang memiliki koneksi kuat dengan Penciptanya, maka apapun yang menjadi kesedihannya bukanlah masalah baginya. Karena yang ada di dalam pikirannya hanyalah kebahagiaan yang hakiki. Sementara kesedihan yang menimpanya hanya sementara. Seseorang yang terikat dengan Tuhannya, tidak merasa khawatir dengan apapun, karena baginya Tuhannya adalah di atas segala-galanya. Manusia yang jauh dari Tuhannya, dia bukanlah apa-apa sepanjang hidupnya. Mengapa? Sebab, bagaimana dia bisa menjadi seseorang yang hebat atau dianggap keberadaannya, sementara Sang Pemilik segalanya tidak bersamanya?

Untuk melakukan ini semua sangat sulit. Peran orang tua, terutama ibu, sangat berpengaruh besar dalam perkembangan anak, lebih-lebih dalam pendidikan tentang keimanan. Karena ibulah yang paling dekat dengan anak-anaknya. Tidak pandang lelaki ataupun perempuan. Ibulah yang paling paham dengan karakter dan kondisi anak. Sehingga, setiap ibu pasti mempunyai cara tersendiri untuk mendidik si adik dan si kakak, anak laki-laki atau anak perempuan. ……bersambung

Oleh: Nur Halimah Achmad, Denpasar Bali


[1] Masa depan yang dimaksud adalah masa depan dunia dan akhirat

[2] Ummahatul mukminin merupakan sebutan atau gelar yang diberikan Allah bagi para wanita yang dianggap mampu untuk memimpin para ummat, terutama kaum hawa.

[3] Kalimat-kalimat yang mengandung nama-nama Allah

Tinggalkan Balasan