Di jalan setapak
Setapak demi setapak
Bermesraan terik
Mengakrabi dingin
Memasuki hutan
Menuruni sungai
Menikmati rute bebatuan
Sejenak berjeda
Belajar berdiskusi
Bagaimana mengalahkan diri sendiri
mengasuh keyakinan
Mengasah kesadaran
Bahwa setiap langkah
Akan jadi mutiara jika dibaca
Petilasan petilasan
Seperti menyambut lelah
Dari sepasang mata
Air melata
Dari tangkai kerinduan
Masa silam bermekaran
Terlintas sekilas
Sejumlah nafas
Tiba-tiba Kiai As’ad merapat
Duduk istirahat
Bersama kafilah tanpak seksama
Di tengah sunyi menyimak ayat suci
Sesekali mengatur rute perjungan dan strategi
Di lain tanah
Kiai As’ad mengumpulkan warga
Sambil berfatwa
Kalau ingin kuat perjuangan
Masjid harus didirikan
Kiai As’ad
Seperti memasang mercusuar
Sambil tersenyum segar
Turun dari kuda putih
Menyaksikan perjuangan masih berkibar
Melambai-lambil tangan
Memanggil sejumlah hati mengaji
Kiai As’ad
Bertapak dipetilasanmu
Hati terpanggil
Berharap berkah
Pada saatnya satu kafilah
Di padang mahsyar
Bersama Rasulullah
Bertemu Allah
DIBELAKANGMU
Ada senyum bercampur air mata
Terharu sambil rindu
Langkahmu
Langkahku
Sepakat berhidmat
Membeningkan niat
Keluar masuk hutan
Memasuki gelap terang
Turun naik bebukitan
Menikmati bebatuan
Sungai jernih melata
Memanggil keringat dan lelah
Pohon-pohon rindang
Di sepanjang jalan
Menyediakan payung dedaunan
“Assalamualikum!” sapamu ramah
dihalaman rumah-rumah
Sesekali menanam peta
Shalawat badar dan istighosah
Mengisi sunyi ikut bergerilya
Dibelakangmu
Kekhawatiran melanda
Adakah nanti
kita bersama
Di bawah sejengkal matahari
Satu bendera tauhid
Tanpa menyandang pahit
09 Juni 2014
Taufiq, Bondowoso