Oleh: KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy
Dalam menjalani hidup, sebenarnya kita hanya berkisar antara mengumpulkan koin dan memperbanyak poin. Maksud koin dalam hidup di sini sama halnya dengan koin di permainan Super Mario. Dalam game Super Mario, Mario sebagai petualang yang menjalani berbagai rute, dia harus mencari koin untuk memperbanyak poin. Koin di situ sebagai sarana untuk mendapatkan poin. Oleh sebab itu, ketika koin didapatkan, koin tersebut hancur lalu berubah menjadi poin yang menjadi bekal di sepanjang perjalanannya menuju titik akhir. Jadi, Super Mario tidak membawa koin utnuk menuju ke finish, dia membawa poin.
Permainan Super Mario tersebut coba kita kontekskan ke dalam kehidupan kita. Kita berada di dunia ini senantiasa menjalani waktu hingga titik akhir hembusan nafas kita. Tentu dalam perjalanan kehidupan kita, ada koin dan poin, sebagaimana dalam game Super Mario. Konyolnya, ada sebagian orang yang tidak mengerti tentang kedua hal tersebut, bahwa koin hanya sebagai sarana untuk mendapatkan poin. Namun, begi mereka koin tersebut tidak djadikan saran untuk memperbanyak poin, mereka lebih suka mengumpulkan poin saja.
Dalam konteks kita, koin hanya sebagai nilai formalitas dalam kehidupan, sementara poin adalah nilai kualitas di sisi Allah. Harta merupakan koin yang menjadi sarana untuk mendapatkan poin. Poin dari harta adalah menggunakannya untuk kepentingan dan kebaikan di jalan Allah. semisal harta digunakan untuk nafkah istri dan keluarga, disumbangkan untuk masjid, musollah, orang fakir dan miskin, dan lembaga pendidikan atau pesantren.
Jika seseorang dilihat dari antara mengumpulkan koin dan memperbanyak poin, maka ada seseorang yang sibuk mengumpulkan koin saja tanpa memperbanyak poin. Ada yang mengumpulkan koin yang tujuannya untuk memperbanyak poin. Ada yang memperbanyak poin tanpa menghiraukan koin.
seseorang yang sibuk mengumpulkan koin saja tanpa memperbanyak poin
Seseorang yang hidupnya sibuk dengan mengumpulkan harta tanpa menggunakannya untuk kepentingan dan kebaikan di jalan Allah, berarti dia hanya mendapatkan poin saja tanpa akan menikmati poin kelak. Orang yang seperti ini biasanya, semisal dalam dunia bisnis, sering melakukan penipuan. Tujuannya untuk mendapatkan hasil yang banyak dan takut terjadi kerugian.
Semisal juga dalam dunia pendidikan, jika seorang guru hanya memikirkan koin, dia tidak mau rajin dan serius mengajar jika tidak mendapatkan gaji yang besar. Jadi, tujuan dia menjadi guru hanya untuk mendapatkan koin yaitu uang, tidak bertujuan untuk mendapatkan poin yaitu nilai pengabdian pada ilmu yang pasti mendapat jaminan dari Allah.
Begitu juga yang marak terjadi dalam dunia politik dan jabatan pemerintahan, mereka yang doyan korupsi karena mereka mementingkan koin. Dalam hati dan pikirannya sama sekali tidak ada impian untuk mendapatkan poin dari jabatannya. Andai kata mereka lebih memikirkan poin, tentu tidak akan melakukan korupsi.
Seseorang mengumpulkan koin bertujuan untuk memperbanyak poin
Ada seseorang yang mengumpulkan koin, tapi tujuannya untuk memperbanyak poin. Semisal dia bekerja keras atau memiliki usaha bisnis yang besar, tapi hasil dari kerja atau bisnisnya digunakan untuk kepentingan dan kebaikan di jalan Allah. Orang yang seperti ini, dalam kerja atau bisnisnya, tidak akan melakukan penipuan untuk mendapatkan keuntungan besar atau menghindar dari kerugian yang besar pula.
Mengumpulkan sekian koin untuk memperbanyak poin merupakan sikap yang sangat mulia. Allah tidak pernah melarang kita memiliki pekerjaan yang hasilnya melimpah atau memiliki usaha yang besar, Allah hanya melarang kita melakukan penipuan, melakukan penyalahguaan harta, dan merampas atau mencuri harta orang lain.
Seseorang yang memperbanyak poin tanpa menghiraukan koin
Ada seseorang yang hidupnya lebih mendahulukan poin, sementara koin baginya sama sekali tidak bernilai apa-apa atau tidak menarik. Orang seperti ini selalu ingin banyak beramal tanpa melalui harta. Dia melakukan banyak kebaikan dengan bakatnya, kemampuannya, atau ilmunya. Meskipun dia bekerja medapatkan uang, hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam pikiran dan hatinya tidak pernah terbesit ingin memiliki harta yang banyak, mobil mewah, rumah besar dan megah, dan lain-lain.
Semisal dia menjadi bisnismen sukses, ketika dia menjalani bisnisnya, dia tidak pernah melakukan penipuan meski dia tahu akan mengalami kerugian. Ketika mendapatkan hasil yang melimpah, dalam pikirannya bagaimana uangnya bisa menjadi amal jariyah.
Semisal juga, jika dia menjadi seorang guru atau dosen, dia hanya berniat berbagi ilmu, berusaha mencerdaskan anak didiknya, dan mengembangkan lembaga pendidikan yang menjadi amanahnya. Masalah gaji, jika ada diterima, jika tidak ada bersabar serta meyakini bahwa Allah yang akan menjamin hidupnya.
Begitu juga, ketika orang tersebut menjadi pejabat pemenrintah, dia hanya ingin menjalani amanahnya sebagai pejabat dan akan bertanggung jawab penuh dengan apa yang menjadi tugasnya. Dia tidak pernah merasa bangga dengan jabatannya. Dia sama sekali tidak begitu menikmati dengan fasilitas yang disediakan oleh Negara. Dia selalu meyakini bahwa semua ini hanya sekedar titipan, bahkan dia beranggapan bahwa ini ujian yang harus dijalani dengan hati-hati.
Cirri-ciri orang yang sibuk mengumpulkan koin:
- Kesehariannya yang dipikirkan hanya harta dan tahta
- Ketika tidak mendapatkan harta atau gagal meraih tahta, dia merasa rugi
- Segala usahanya hanya berorentasi pada harta dan tahta
- Semangat hidupnya bertujuan untuk bagaimana menghasilkan harta
- Yang dibayangkan dalam hidupnya hanya kebahagiaan dunia
Cirri-ciri orang yang selalu memperbanyak poin:
- Keseharinnya yang dipikirkan hanya bagaimana ibadahnya bisa bernilai di sisi Allah
- Ketika tidak mendapatkan harta atau gagal meraih tahta, dia berpasrah pada Allah
- Segala usahanya hanya berorentasi pada keridoan Allah
- Semangat hidupnya bertujuan untuk bagaimana bisa dicintai Allah
- Yang dibayangkan dalam hidupnya hanya kebahagiaan di akhirat
Wujud orang yang sibuk mengumpulkan koin
Cita-citanya menguasai dan menikmati dunia
Niatnya memiliki duniawi secara pribadi
Usahanya penuh ambisi
Ucapannya selalu saja mengenai duniawi
Hayalannya menggambarkan keindahan duniawi
Langkanya menuju ke arah duniawi
Pandangannya menatap
Semangatnya untuk meraih duniawi
Hatinya menyimpan cinta duniawi
Penyesalannya karena tidak mampu meraih duniawi
Kebahagiaannya bergantung pada banyaknya harta
Penderitaanya jika gagal mendapatkan hasil duniawi
Kegelisahannya jika terjadi kebangkrutan
Katakutannya jika hartanya terancam
Kesedihannya jika kehilangan harta
Wujud orang yang selalu memperbanyak poin
Cita-citanya menjadi hamba yang diterima di sisi Allah
Niatnya hanya karena Allah semata
Usahanya penuh kepasrahan dan keikhlasan
Ucapannya teriring kalimat-kalimat Allah
Hayalannya menggambarkan keindahan surgawi
Langkanya menuju ke arah haribaan Allah
Pandangannya menatap kebesaran Allah
Semangatnya untuk meraih rido Allah
Hatinya menyimpan cinta yang dalam pada Allah
Penyesalannya karena lalai mengikuti perintah Allah
Kebahagiaannya bergantung pada ibadanya
Penderitaanya jika gagal mendapatkan fadilah dari Allah
Kegelisahannya jika terjadi kemaksiatan pada dirinya
Katakutannya hanya kepada ancaman Allah
Kesedihannya jika kehilangan sambungan batin pada Allah