Al-Harakah dalam Konteks Diri Manusia [3]

0
384

Sebagaimana penjelasan di atas, al-harakah atau bergerak merupakan sendi suatu aktifitas. Hanya dengan bergerak alam semesta akan tetap bertahan dalam kehidupan ini. Andai saja komponen alam semesta ini tidak bergerak, maka kehidupan di dunia ini akan berakhir. Begitu juga dengan diri seorang manusia. Di diri manusia terdapat komponen yang begitu kompleks, mulai dari sisi fisik yang tampak sampai pada sesuatu yang diluar penglihatan mata.

Fisik adalah komponen utama bagi diri seorang manusia. Dalam fisik manusia menyimpan kekuatan yang harus dijaga dan diperhatikan. Kekuatan tersebut sangat bergantung pada seberapa banyak fisik tersebut bergerak atau beraktifitas. Menurut ilmu kedokteran, orang yang kurang menggerakkan tubuhnya dalam sehari dan semalam, fisiknya akan lemas dan loyo, bahkan rawan terserang penyakit. Anjuran olah raga merupakan bentuk harakah yang akan membuat tubuh bertambah segar dan sehat.

Mungkin tidak perlu ke dokter untuk mengetahui tubuh kita tidak sehat ketika kita tidak banyak bergerak. Semisal, saat kita tidur dalam waktu yang cukup lama, maka sangat terasa tubuh kita menjadi lemas, loyo, dan bawaannya tidak semangat. Bedakan saja, orang yang suka tidur dan yang tidak, pasti dari sisi fisik dan spirit berbeda.

Jadi, Al-harakah atau bergerak bagi fisik harus dilakukan sesering mungkin dengan cara beraktifitas. Dengan beraktifitas –secara fisik- kesehatan anggota tubuh terjaga dari serangan penyakit. Sudah dimaklumi dan dirasakan sendiri, orang yang sering diserang penyakit karena salah satu alasan yang tepat adalah kurang bergerak atau beraktifits.

Selain dari sisi fisik, dalam diri manusia terdapat potensi. Setiap diri manusia pasti memiliki potensi. Potensi tersebut tidak serta merta muncul dan berkembang dengan sendirinya, harus diasah. Dari sekian potensi atau bakat yang diberikan oleh Allah, ada potensi atau bakat yang sudah tampak sejak dini dan gampang dikembangkan, dan ada potensi atau bakat yang harus diupayakan atau diasah agar dapat berkembang.

Potensi atau bakat yang ada dalam diri manusia, baik yang memang tampak sejak dini atau yang harus diupayakan, perlu diasah terus menerus. Potensi atau bakat merupakan mutiara yang harus digosok. Maksud digosok adalah upaya mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang. Banyak orang yang memiliki suatu bakat, namun karena mereka tidak menggosoknya, tidak berupaya untuk mencari ke dalam dirinya agar tampak, akhirnya bakat atau potensi itu terkubur.

Ketika potensi atau bakat diabaikan. Entah karena tak disadari, atau tidak menganggapnya sebagai bagian dari hidup yang harus dikembangkan, akibatnya potensi atau bakatnya tidak menjadi berkah (tidak berkembang).

Jika potensi atau bakat terus diasah, diupayakan semaksimal mungkin agar benar-benar tampak, maka potensi atau bakat itu akan muncul dari dalam diri seseorang dengan terang menderang. Sebagaimana mutiara yang terkubur di dalam lautan, yang digali lalu digosok, maka mutiara itu akan memancarkan cahayanya. Namun, jika mutiara itu tidak digali, maka mutiara itu tetap terkubur dan cahayanya tidak akan tampak memancar. Begitu juga potensi atau bakat yang ada dalam diri seseorang, jika seseorang itu tidak menggalinya dengan beberapa upaya, maka potensi atau bakat itu tidak akan pernah muncul. Jadi, gerakkan potensi atau bakat kita dengan terus diasah demi untuk meraih keberkahan hidup!

Orang yang menjadi besar, terkenal, bahkan yang memiliki derajat tinggi dan mulia di sisi Allah karena dia menggali dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Seorang pemimpin atau tokoh, dia menjadi besar karena dia terus bergerak dengan kewibawaan dan kebijaksanaannya. Seorang penulis menjadi terkenal karena dia terus menekuni dan mengembangkan bakat tulisnya denga ide-ide dan gagasannya yang cemerlang. Seorang ulama pun menjadi hamba yang memiliki derajat tinggi dan mulia di sisi Allah karena terus menggerakkan hatinya dengan berdzikir dan bertaqarrub kepada Allah.

Dan, ada lagi di diri manusia yang tidak kalah pentinya dengan potensi. Karena yang ini rawan membunuh potensi yang ada. Yaitu, perasaan. Tidak jarang potensi seseorang menjadi hilang atau rusak karena perasaan yang bergejolak tidak mampu dikendalikan.

Senang, susah, derita, bahagia, sedih, gelisah, kecewa, dan setrusnya. Semua ini merupakan sejumlah isi perasaan yang kadang datang silih berganti, sesuai kondisi kehidupan kita dan seiring waktu yang bergulir. Siapa saja yang perasaannya masih normal, pasti merasakan semua itu.

Karena semua itu datang silih berganti, berarti ketika merasakan satu maka suatu saat akan merasakan yang lain. Sebagaimana ungkapan yang sangat lumrah, “Tak selamanya hidup ini bahagia” atau “Badai pasti akan berlalu”. Jika derita menimpa kita, maka segeralah bergerak untuk beralih ke perasaan yang lain, yaitu bahagia dan rasa senang. Bergerak di sini maksudnya, perasaannya dikendalikan dengan logika. Jangan biarkan perasaan kita larut dalam satu tempat sehingga kita jatuh pada penderitaan yang amat dalam.

Orang yang menderita hingga putus asa karena dia tidak mau menggerakkan perasaannya yang sakit pada perasaan yang sembuh, yaitu mencari cara dan jalan yang lain. Misalnya berusaha mendapatkan suatu prestasi, ternyata dia tidak bisa meski sudah berkali-kali. Pada akhirnya dia meratapi kegagalan itu dengan melarutkan perasaannya pada penderitaan, sehingga dia putus asa.

Sungguh naïf sekali, orang yang membiarkan dirinya jatuh pada lembah putus asa. Padahal kegagalan bukanlah nasib yang harus diratapi hingga mati, karena sesulit apapun, sesakit apapun hatinya, dan sedalam apapun penderitaannya, dia pasti akan lepas dari itu semua jika dia mau bergerak sedikit saja.

Tinggalkan Balasan