Dalam acara Al-Multaqa Al-Fikri / Seminar Internasional Conflict And Democratization Process In The Middle East ( Konflik dan Proses Demokratisasi di Timur Tengah) di Sesion kedua hadir sebagai narasumber KH. Afifuddin Muhajir (Indonesia/PBNU), Bashar Samarah (Syiria) dan Hisyam Najjar (Mesir).
Afifuddin Muhajir menyampaikan makalah dengan judul Al-Wasthiyyah Al-islamiyyah wa Madzharuha fi daulati pancasila (Indonesia) (Islam tawassuth dan manifestasinya dalam Negara pancasila. Kyai Afifuddin memaparkan bahwa ada tiga pengertian wasathiyyah ; 1. Jalan tengah diantara dua hal yang berlawanan. Kebenaran diantara kebathilan, keadilan diantara kedhaliman. Sikap keras adalah kebathilan, dan sikap terlalu lunak juga kebathilan. 2. Memadukan diantara dua hal yang diperlukan, materialisme dan spritualisme, idealisme dan realisme, dalil aqli dan naqli. 3. Wasathiyyah artinya juga realistis meletakkan sesuatu pada tempatnya.
Kata K. Afif, Islam tidak menutup mata dari situasi dan kondisi yang pasti dialami oleh manusia. Manusia tidak selalu kuat dan tidak selalu lemah, tidak selalu dalam kemudahan dan kesusahan. Pada dasarnya Islam sangat idealis , akan tetapi dalam kondisi tertentu Islam tidak segan untuk turun ke bumi realitas. Salah satunya tentang Negara pancasila. Keputusan mengambil keutusan Pancasila sebagai dasar Negara republik Indonesia karena para founding fathers (Pendiri Bangsa) Republik Indonesia saat itu ada tarik menarik memilih antara Islam dan Sekularisme. Maka ditariklah atau disepakati Pancasila sebagai dasar Negara RI agar masyarakat Indonesia dapat hidup bersatu. Artinya Pancasila diambil sebagai dasar Negara RI merupakan bentuk penerapan wasathiyyah.
Sedangkan Bashar Samarah menyampaikan bahwa ISIS itu bukan bentukan Negara Syiria. ISIS merupakan gerakan radikal yang didirikan dan dibiayai oleh pihak diluar Negara Syiria. Dari mana ISIS memperoleh persenjataan yang canggih kalau tidak dipasok oleh pihak lain yang bermaksud ingin menghancurkan ummat Islam. Oleh karena itu kata Bashar Samarah kegiatan ISIS itu diluar ajaran Islam dan kita harus mencegahnya.
Sedangkan Hisyam Najjar narasumber dari Mesir mengingatkan pada umat Islam untuk selalu berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist serta Ijma’ Ulama yang muktabar. Kita harus membedakan hal-hal yang yang qath’i atau hakiki dengan hal-hal yang ijtihadi. Hisyam Najjar juga menyampaikan bahwa ISIS yang ingin mendirikan Negara Khilafah itu sangat tidak sejalan dengan sistem demokrasi yang sedang dikembangkan oleh beberapa Negara Islam. Kita juga jangan mudah mengkafirkan ummat Islam karena hanya faktor perbedaan pendapat, ummat Islam perlu mengajarkan pada anak-anak didik dengan sikap moderat. (HMS).