Surabaya, Cyberdakwah –- Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur langsung bergerak cepat menyusul beredarnya video ancaman dari kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (Islamic State of Iraq and Syiria atau ISIS).
Dalam rekaman yang diunggah di Youtube, 24 Desember 2014, seorang pria berkumis berbahasa Indonesia yang belakangan diketahui bernama lengkap Salim Mubarok Attamimi mengancam Panglima TNI, Polri, dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama.
Sehari setelah video itu beredar, PW GP Ansor Jatim menggelar rapat terbatas bertempat di Graha Ansor Jatim, Jalan Letjen Sudirman MGM 22 Gayungsari Surabaya. Rapat bersepakat membentuk tim investigasi.
Tim yang diketuai dr Umar Usman Syukron diberi nama ‘Densus 99’ dan langsung turun ke lapangan, yakni Malang dan Pasuruan. Hasilnya, diketahui bahwa pria tersebut bernama ‘Salim Mubarok’. Sesuai yang tertera di paspornya, ia lahir di Pasuruan, 25 Agustus 1972.
Beredernya video itu memang sempat membuat banyak kalangan menghubungi Ansor Jatim. “Ini cukup beralasan karena basis utama Ansor-Banser ada di Jatim,” kata H Rudi Triwachid, Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jatim, Jumat malam, (26/12/2014).
Rudi membeberkan, rumah Salim Mubarok berada di RT 5 RW 6, Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Panggung, Kota Pasuruan. Rumah itu warisan dari kedua orangtua Salim. Namun, Salim memilih pindah ke Malang bersama istri dan anaknya dengan menyewa sebuah rumah di daerah Kendung Kandang, Malang.
Salim berasal dari keturunan Arab Yaman Bani At-Tamimi. Itulah sebabnya, dia dikenal dengan nama lengkap “Salim Mubarok Attamimi”.
Pada Mei 2014, Salim bersama istri dan lima anaknya, tiga anak kandung, dua anak angkat, berangkat ke Suriah. Sebelum memboyong istri dan lima anaknya itu, Salim sebenarnya telah bergabung dengan ISIS di Suriah, dan sempat beberapa kali kembali ke Pasuruan dan Malang.
Sebelum ke Suriah dan bergabung bersama ISIS, Salim pernah berada di Yaman bergabung bersama AQAP, sebuah organisasi sayap Al Qaidah di Yaman. Saat berada di Yaman itu, Salim diketahui beberapa kali masuk di daerah perbatasan antara Turki dan Suriah.
Video yang diunggah oleh akun al-faqir ibn faqir itu berjudul ‘ Ancaman Wahabi terhadap Polisi, TNI, dan Densus 88, Banser’. Dalam video itu, Salim Mubarok memakai kupluk dan bersarung tangan itu, berbicara bahasa Indonesia, sembari sesekali mengutip ayat Al-Quran.
Pada awal tayangan, Salim Mubarok langsung menyebut Panglima TNI Moeldoko, Kepolisian, dan Banser dengan sebutan _laknatullah alaih_. Salim mengatakan menunggu kedatangan TNI, Polri, dan Banser. “Apabila kalian tidak datang kepada kami, kami akan datang kepada kalian,” ancam Salim dalam video itu.
Tidak cukup di situ, Salim juga menebar ancaman akan membantai TNI, Polri, dan Banser satu persatu. “Penegakan syariat Allah harus dimulai dengan memerangi kalian dan membantai satu per satu kalian, TNI, Polri, Densus dan Banser, yang mana hari ini menyombongkan diri untuk menentang agama Allah, menentang penegakan syariat Allah dan mengatakan NKRI harga mati. Ketahuilah bagi kami syariat Allah harga mati,” ancam Salim.
Rudi menyatakan Ansor tidak mau terpancing atas ancaman tersebut dengan melakukan tindakan reaktif. Ansor Jatim, kata Rudi, sudah melakukan deteksi cukup lama dari jejaring kelompok Islam garis keras.
“Yang terpenting Ansor Jatim mengajak kepada seluruh rakyat Indonesia untuk satu barisan dan tidak lengah dengan tetap menjaga lingkungan masing-masing. Mari kita kampanyekan bersama ‘say no to terorism and radicalism’,” pesan Rudi. (s@if)