Derita Penumpang KRL Saat Waktu Shalat Tiba

0
445

Pengguna KRL terpaksa melaksanakan Shalat Maghrib di teras sebelah loket tiket stasiun Juanda, Jakarta Pusat. Sebabnya, mushalla yang disediakan tidak mampu menampung jumlah pengguna KRL yang ingin melaksanakan salat ketika matahari terbenam itu.

Pantauan sejumlah media pada Senin (1/12/2014), terlihat sekitar 70 pria melaksanakan salat di teras sebelah loket tiket Commuter. Tidak ada sajadah. Mereka salat dengan menggunakan jaket sebagai alas lantai.

Salat berlangsung secara berjamaah. Seorang imam memimpin jalannya salat berjamaah ini. Ketika salat selesai, mereka hanya berzikir sebentar, lalu langsung bubar agar bergantian salat dengan jamaah berikutnya. Mushola yang disediakan pihak stasiun hanya mampu menampung sekitar 10 hingga 20 orang. Sedangkan jumlah muslim yang hendak melaksanakan salat maghrib cukup banyak.

Pengguna KRL, Miftah, menyesalkan kondisi stasiun yang tidak mampu menampung pengguna KRL yang hendak melaksanakan salat berjamaah. “Disayangkan sekali,” imbuhnya, kepada Republika. Seharusnya disediakan ruang untuk salat yang lebih besar.

Selain itu pihaknya mengeluhkan kondisi toilet yang tidak higienis, sedikit berlumpur, dan bau. “Seharusnya tidak seperti ini,” papar Miftah. Toilet yang bersih menjadi barometer kesucian. Jangan sampai seseorang yang sudah berwudhu kemudian terkena percikan air najis akibat kotoran di toilet tersebut.

Majlis Ulama Indonesia (MUI) menyesalkan tidak adanya fasilitas mushola yang memadai bagi pengguna KRL. Mereka akhirnya terpaksa melaksanakan salat di teras yang berdebu seperti di Stasiun Juanda, Jakarta.

“Ini memprihatinkan,” imbuh Anggota Komisi Fatwa MUI, KH Arwani Faisal, saat dihubungi, Rabu (3/12). Tidak seharusnya fasilitas pemerintah mengabaikan mushola sehingga pengguna KRL harus salat di tempat berdebu. Ditambah lagi dengan kondisi toilet yang tidak higienis, apalagi sampai menimbulkan bau tak sedap. Dikhawatirkan, jelas Arwani, kesucian mereka hilang.

Dia menyatakan seharusnya pihak pengelola menyiapkan tempat yang lebih memadai untuk salat. Pengguna KRL yang membludak, terlebih di waktu padat, seperti sore hari, membuat mereka ingin lebih santai dengan melaksanakan salat sebelum melakukan perjalanan. “Itu harus disediakan,” imbuhnya.

Arwani semakin terkejut ketika mengetahui mereka salat dengan beralaskan jaket. Sementara lantai berdebu. Hal ini tentu mengancam kesucian mereka saat melakukan salat. “Kalau ada najisnya tentu akan batal salatnya,” imbuh Arwani. (Rep/S@if)

Tinggalkan Balasan