Situbondo- Institut Agama islam Ibrahimy (IAII) Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo mendapat anugerah sebagai kampus tradisi ilmu keislaman dari Kementrian Agama Replubik Indonesia (Kemenag RI). Prestasi bergengsi ini diberikan dalam ajang apresiasi pendidikan islam (API) 2014. Pada tahun 2013, IAII juga mendapatkan skor tertinggi Perguruan tinggi Agama Islam Swasta di seluruh Indonesia.
Ajang apresiasi tersebut diberikan dan diresmikan langsung oleh menteri agama RI Lukman Hakim Saifuddin pada malam anugerah dan apresiasi pendidikan islam (API) 2014 di hotel Borobudur, Jakarta, Selasa malam (16/12) lalu. Hadir pada acara tersebut, ketua Mahkamah konstitusi, Hamdan Zoelva; sekjen Kemenag, Nur Syam; Dirjen Pendis Kamaruddin Amin dan sejumlah pejabat eselon I dan II kementrian agama. Rektor IAI Ibrahimy, Dr. Wawan Juandi, M.Ag., hadir untuk menerima anugerah untuk IAI Ibrahimy Sukorejo Situbondo.
IAI Ibrahimy memang pantas mendapatkan penghargaan ini. Karena IAII ditopang oleh Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. IAII mampu mengintregasikan antara ilmu yang diajarkan di fakultas masing-masing dengan ajaran islam yang diajarkan oleh ustad-ustad.
Salah satu penopang kuatnya tradisi pendidikan islam ialah masuknya santri Ma’had Aly di Fakultas. Mereka mampu mengisi dan mewarnai ilmu-ilmu yang sifatnya umum dengan tradisi keilmuan salaf. Ma’had Aly menganggap keilmuan salaf benar-benar luar biasa. Sehingga amat sayang jika tidak dikaji lagi untuk diterapkan di era modern sekarang. Produk keilmuan salaf memang jangan dianggap sebagai hal yang harus diterima apa adanya. Produk ilmu ulama salaf harus dikomunikasikan dengan tuntutan zaman sesuai dengan maslahat.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan perkembangan pendidikan Islam di Tanah Air mengalami lompatan luar biasa yang tidak terduga sebelumnya, ibarat cendawan di musim hujan. Karena itu Menag mengajak para pelaku pendidikan untuk berupaya menjadikan Indonesia sebagai kiblat pendidikan Islam dunia.
“Selama ini ada kesan kiblat dan pusat pendidikan Islam berada di negara-negara Timur Tengah yang menggunakan Bahasa Arab. Kini sudah saatnya Indonesia menjadi kiblat pendidikan Islam bagi warga dunia,” kata Menag pada malam anugerah Apresiasi Pendidikan Islam (API) 2014 di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (16/12) malam.
Menag mengatakan, perkembangan pendidikan Islam telah menemukan momentum yang kuat. Jika dahulu pendis dipinggirkan, kini berada di tengah, seperti lembaga pendidikan madrasah sekarang telah setara dengan sekolah umum. “Pendidikan Islam memiliki posisi tawar yang makin kuat,” tandasnya.
Selain itu pesantren dan diniyah diakui sebagai sistem pendidikan nasional. Pendidikan tinggi keagamaan mendapatkan payung hukum yang sama kuat dengan UU No.12 tahun 2012 tentang Pendidikan tinggi. Menurut Menag, jumlah dan bentuk satuan pendidikan Islam di Indonesia yang beragam dan khas, serta memiliki kesiapan yang cukup untuk menjadi tuan rumah bagi warga negara lain belajar Islam di Indonesia.
Menurut Menag, momentum itu sudah tiba. Dasarnya, salah satunya karena Indonesia negara demokratis terbesar di dunia dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Pada saat negara-negara Islam Timur Tengah, terutama kawasan Arab Spring, dilanda persoalan politik yang berujung pada suasana kacau, bangsa Indonesia dengan penduduk Muslim mayoritas menjadi magnet baru bagi bangsa-bangsa lain.
Ketua Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva sependapat dengan Menag Lukman bahwa pendidikan Islam di Tanah Air semakin maju. “Saya optimis pendidikan Islam makin maju,” ujar sosok yang pernah mengecap pendidikan madrasah ini.
Hamdan mengungkapkan dirinya belajar di Madrasah Ibtidaiyah, lalu Madrasah Tsanawiyah berlanjut ke Madrasah Aliyah. “Saya diterima di dua perguruan tinggi di IAIN Alauddin dan fakultas hukum Universitas Hasanuddin, ayah saya perintahkan agar kuliah di IAIN, tapi saya ambil dua-duanya,” ungkapnya.
Hamdan menambahkan, selain dirinya di Mahkamah Konstitusi sudah ada Ketua MK yang berlatar belakang pendidikan Islam yaitu Ketua MK pertama Jimly Asshidiq dan Mahfudz MD. “Kita harus bangga,” pungkas Hamdan Zoelva.
Dirjen Pendis Kamaruddin Amin melaporkan, Apresiasi Pendidikan Islam bertujuan untuk memberikan apresiasi dan penghargaan baik kepada individu, lembaga dan insitusi yang telah melakukan pengembangan pendidikan Islam. “Kegiatan ini untuk mengapresiasi pengabdian para pendidik, tokoh pendidik, prestasi peserta didik dan pemerintah daerah yang peduli dengan pendidikan Islam,” jelasnya. [sumber]