Probolinggo, Cyberdakwah — Masih ingat tragedi penyanderaan gadis bernama Zuhriyani Putri Agustin di Gresik beberapa waktu lalu? Siswi SDN Tlogopatut II Kota Gresik berusia 9 tahun ini akhirnya selamat setelah petugas berhasil melumpuhkan pelaku, Fuad Ahmad. Kejadian pertengahan bulan Desember lalu berlangsung sangat dramatis. Pelaku yang berasal dari Nusa Tenggara Barat mengalami depresi setelah kalah judi bola. Nyawa Rani pun sempat terancam karena selama sekitar dua jam Fuad menodongkan pisau di leher siswa kelas IV SD itu.
Dan sejumlah kejadian di penghujung tahun ini menjadi perhatian dari LSM Tri Guna Bhakti. Meningkatnya perdagangan perempuan dalam bentuk trafficking dan kejahatan terhadap anak menjadi bahasan dalam kegiatan dialog interaktif dan testimoni korban trafficking dan perlindungan kejahatan terhadap anak, Ahad (28/12/2014).
Kegiatan dilangsungkan di Auditorium SMA Nurul Jadid yang berada di lingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo Jawa Timur dengan menghadirkan tiga nara sumber. Mereka adalah Dra. Hj. Hikmah Bafaqih selaku Ketua PW Fatayat NU Jawa Timur, Hj. Khodijatul Qodriyah, S.Ag, MM.Pub, MSi yang juga Ketua Pusat Studi Wanita Institut Agama Islam Nurul Jadid Paiton Probolinggo serta Kapolres Probolinggo, AKBP Riky Haznul.
Sejumlah peserta dan narasumber dibuat terpengarah dengan testimoni yang disampaikan salah seorang korban perdagangan perempuan. Korban yang tidak bersedia dicantumkan identitasnya ini menceritakan bahwa dirinya dibujuk seseorang untuk dicarikan pekerjaan sebagai pelayan toko. “Tak tahunya saya justru dijual ke penggemar gadis perawan,” katanya. Saat itu dia sempat menjerit dan meronta sebagai bentuk perlawanan tapi tidak kuasa. Akhirnya selama hampir 3 bulan lamanya dia disekap di salah satu ruangan yang dijaga sejumlah preman. Selanjutnya ia dan sejumlah perempuan belia dijual untuk digilirkan kepada para laki-laki pencari kenikmatan sesaat.
Lain lagi pengakuan Zuhriyani Putri Agustin. Siswi kelas IV SD ini dengan lancar membuka cerita saat dibopong penyandera bernama Fuad Ahmad. Dalam pengakuannya, saat lehernya ditempeli pisau, tetap tenang dan terus membaca doa dan Alfatihah. Beruntung akhirnya Fuad ditembak jajaran Polisi Polres Gresik sehingga meninggal di tempat. Pengakuan ini kontan disambut aplaus dari peserta karena kagum akan keteguhan hatinya.
Pada acara yang dipandu Yorris M. Lato, selaku Direktur Yayasan Embun Surabaya ini, ketiga narasumber berpesan agar terus meningkatkan kewaspadaan. Bisa membekali diri dengan pengetahuan dan tidak mudah percaya kepada siapa saja yang mengajak untuk keluar rumah. Semua juga menyarankan agar para perempuan juga bisa berpartisipasi dalam menciptakan suasana aman dan nyaman di lingkungan masing-masing. (s@if)