Jakarta, Cyberdakwah — Di mata dunia, Indonesia dianggap salah satu negara yang sangat baik dan memiliki kemampuan pencarian dan penyelamatan (SAR) yang paling canggih di antara negara-negara di Asia. Hal tersebut dikarenakan pengalaman Tim SAR Indonesia dengan pencarian pesawat beberapa waktu terakhir.
Selain itu, salah satu yang menjadi faktor kehebatan tim SAR Indonesia adalah, karena terbiasa dengan medan geografis yang cukup rumit di Indonesia, karena terdiri dari sekitar 18.000 pulau. “Indonesia memiliki banyak pengalaman dengan bencana. Mereka sangat baik dalam penyelidikan terkait kecelakaan pesawat, ” kata Asia managing editor of industry publication FlightGlobal, Greg Waldron, Selasa (30/12/2014).
Waldron juga mengatakan, bahwa peneliti Indonesia memiliki hubungan yang baik dengan lembaga-lembaga yang menyelidiki kecelakaan penerbangan di seluruh dunia, termasuk Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat.
Sementara, Penasehat Perusahaan Penerbangan Independen Mark Martin mengatakan Indonesia memiliki alat yang canggih, yang mampu mencari benda dikedalaman laut. Indonesia sebenarnya memiliki kendaraan laut tanpa awak yang dapat menavigasi, meskipun keadaan dasar laut yang sangat kasar.
Ia juga mengatakan, Indonesia akan mampu menemukan dengan cepat pesawat yang hilang jika pesawat tersebut jatuh. “Jika pesawat jatuh, saya yakin bahwa itu akan ditelusuri dengan cepat dan upaya penyelamatan harus sukses,” katanya.
Indonesia sendiri sudah sangat berpengalaman dengan penyelidikan dan pengamanan kecelakaan pesawat. Seperti pada April 2013 Pesawat Lion Air Boeing 737-800 jatuh ke laut di Bali. Meski tidak ada korban meninggal dalam kecelakaan itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) langsung menerbitkan laporan awal Mei tahun 2013.
Kemudian, Laporan pendahuluan pada Sukhoi Superjet 100 kecelakaan Mei 2012 yang menewaskan 45 orang langsung dikeluarkan pada bulan Agustus. Dan saat ini cuaca buruk telah dilaporkan berada di sepanjang jalur penerbangan pesawat AirAsia QZ8501 ryte Surabaya-Singapura yang kehilangan kontak dengan kontrol lalu lintas ATC minggu (28/12) pagi. Pesawat Airbus A320-200 tersebut, membawa 155 penumpang dan 7 awak. (Rep/s@if)