Berbagai upaya ajaran valentine menyerang kalangan muda Indonesia, mulai menjual pernak-pernik yang dianggap dekat dengan momen velentine di minemarket sampai ucapan selamat terpampang di sudut-sudut ruangan pertokoan.
Bahkan dunia pendidikan usia TK pun idak luput dari hal-hal yang berbau budaya “sesat” itu. Mengucapkan “HAPPY VALENTINE’S DAY” pada usia dini akan berdampak pada masa depan bangsa Indonesia. Mereka akan selalu akrab dengan budaya keji itu. Sehingga melakkukan apapun “ajaran budaya valentine”.
Agama manapun tidak akan sependapat dengan budaya memalakukan itu, karena valentine bukan milik agama langit dan bumi melainkan sebuah sub kultur generasi tertentu yang telah dikomodifikasi untuk merusak masa depan suatu bangsa.
kebebasan pers juga turut andil menyumbang keberhasilan masuknya budaya valentine. Maklum, media saat ini telah mengalami kapitalisasi yang terbawa pengaruh dari kepentingan pribadi pemodal dan pasar. Walaupun diantara media-media telahmemiliki andil besar dalam menangkal serangan velentine.
Dalam konteks Indonesia diperlukan sumbangsih untuk menentukan arah masa depan bangsa. Pembentukan ideologi dan identitas nasional juga harus tercermin dari andil media yang telah menjangkau semua kalangan.