Jombang, Cyberdakwah — Salah seorang tokoh dokumentator perjalanan Nahdlatul Ulama, KH Abdul Aziz Masyhuri telah menyiapkan buku yang secara khusus membahas definisi atau ta’rif Aswaja ala NU. Diharapkan buku ini bisa terbit jelang Muktamar, awal Agustus mendatang.
“Kita ingin memberikan kesan yang berbeda kepada peserta Muktamar ke 33 NU mendatang yang kebetulan Jombang sebagai tuan rumah,” kata KH Abdul Aziz Masyhuri, Senin (9/2/2015) malam.
Dalam pandangan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Aziziyyah Denanyar Jombang Jawa Timur ini, buku yang disusun dengan melibatkan beberapa penulis muda tersebut akan memberikan ta’rif atau definisi Aswaja An-Nadliyah yang dibenarkan secara akademis. “Tidak hanya klaim, namun akan dicari bukti otentik pengambilan keputusannya,” katanya.
Sehingga kalau selama ini Aswaja An-Nahdliyah menyatakan bahwa dalam fiqh serta tasawuf mengikuti pendapat sejumlah ulama, maka hal tersebut harus dapat dicari sumber kitab yang menyatakannya. “Tidak hanya menyatakan bahwa hal tersebnut pendapat kiai tertentu,” terangnya.
Karena selama ini, pandangan yang juga dijadikan bukti pembenar bagi Aswaja An-Nahdliyah adalah seperti pernah disampaikan oleh almarhum KH Ahmad Siddiq. “Karena itu tugas tim ini adalah mencari kitab-kitab kuning yang bisa membenarkan pandangan beliau,” katanya.
Mengapa hal ini mendesak untuk dilakukan? “Karena mulai banyak kalangan akademisi dan pengamat yang mempertanyakan apa dasar pengambilan keputusan sehingga NU menggunakan Aswaja sendiri,” terang Kiai Aziz.
“Karakterisitik Aswaja ala NU yang tasamuh, tawassuth, i’tidal, serta tawazun juga dipertanyakan banyak kalangan,” ungkap kiai yang juga produktif menulis ini. Kalau hanya untuk kalangan sendiri, mungkin klaim seperti itu bisa dibenarkan. Namun ketika sejumlah kalangan khususnya akademisi dan pengamat mempersoalkan, maka hal itu harus dijawab secara ilmiah juga, lanjutnya.
Bagi suami dari Hj Azizah Aziz Bishri Syansuri, hal tersebut merupakan tantangan yang harus dijawab generasi muda NU untuk membuat definisi atau ta’rif dari Aswaja NU yang bisa dipertanggungjawabkan secara akademis kepada khalayak.
Tim penyusun buku definisi Aswaja An-Nahdliyah ini beranggotakan sejumlah anak muda yang rata-rata adalah ustadz senior di sejumlah pesantren serta para dosen di berbagai kampus. “Draf serta cakupan pembahasan akan didiskusikan secara lebih intensif,” kata Ustadz Yusuf Suharto, ketua tim penyusun buku.
Waktu yang tersisa untuk mengejar momentum Muktamar ke 33 NU agar bisa terbit memang lumayan singkat. “Namun kita akan upayakan merampungkan sesuai jadual yang disepakati,” tandas alumnus pasca sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya ini.
Dalam perkiraan KH A Aziz Masyhuri, buku tersebut berjumlah 300 halaman yang tidak semata memberikan definisi soal Aswaja An-Nahdliyah, juga biografi serta sejarah yang melingkupi para ulama, tokoh fiqh dan aqidah sehingga menjadi rujukan bagi NU. (s@if)