Masih Ingat Biografi Imam Syafi’i ?
Imam Syafi’i lahir di Ghuzzah pada tahun 150 H. Ayahnya meninggal ketika beliau masih kecil, kemudian sang ibu membawanya ke Mekah pada saat beliau baru berumur dua tahun. Di Mekah Imam Syafi’i sudah menghafal Al-Qur’an pada umur tujuh tahun, dan menghafal kitab al-Muwatha’ (kitab kumpulan Hadis karya Imam Malik) pada umur sepuluh tahun. Luar biasanya, beliau di Mekah mulai memberikan fatwa ketika beliau berumur lima belas tahun!
Nama lengkap Imam Syafi’i adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin Saib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Muthallib bin Abdi Manaf bin Kilab Al-Qurasyi Al-Muthalliby As-Syafi’i Al-Makky.
Jalur nasab Imam Syafi’i bertemu dengan Nabi Muhammad saw., pada Abdi Manaf, tepatnya adalah pada Muthallib, yaitu salah satu dari keempat putra Abdi Manaf. Ada pun ibu Imam Syafi’i berasal dari kaum Azdi.
Walaupun lahir dari keluarga yang bernasab mulia, tetapi Imam Syafi’i hidup sebagaimana kebanyakan orang tidak berada. Dengan kesederhanaan inilah kemudian beliau tumbuh dengan akhlak dan kehidupan mulia. Imam Syafi’i dikenal juga sebagai salah satu Imam yang alim (luas keilmuannya), amil (taat dan melakukan perintah agama), rendah hati, seumpama di dalam kegelapan, Imam Syafi’i adalah lentera yang meneranginya. Istimewa sekali ya…
Guru Imam Syafi’i
Ilmu itu memang harus ada gurunya sob, semakin banyak ilmu yang diserap dari banyak guru, semakin besarlah peluang kita menjadi orang yang berilmu. Dari itu, kita harus banyak-banyak belajar kepada guru yang banyak, seperi Imam Syafi’i rahimahullah memperoleh ilmu dari beberapa tempat yang berbeda. Bahkan, beliau belajar pada beberapa guru di tempat yang berjauhan.
Menurut sejarahnya, Imam Syafi’i pernah belajar di Mekah, Madinah, Yaman, Irak. Sebagian besar, guru Imam Syafi’i termasuk ahli fatwa dan fikih. Seperti di Mekah, guru beliau adalah, Sufyan bin Uyainah, Muslim bin Khalid Az Zanji, Said bin Salim Al Qodah, Dawud bin Abdi Ar Rahman Al Athar, dan Abdul Hamid bin Abdil Aziz bin Abi Rowad, di Madinah guru beliau adalah, Malik bin Anas, Ibrahim bin Sa’d Al Anshari, Abdul Aziz bin Muhammad Ad Darawardi, Ibrahim bin Abi Yahya Al Asami. Muhammmad bin Abi Said bin Abi Fudaik, Abdullah bin Nafi’ As Sha’i’, dan Shahib bin Abu Dzuaib.
Di Yaman beliau berguru kepada, Mutharif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Qadhi daerah Shun’a, Umar bin Abi Salamah santri dari Imam Auza’i, dan Yahya bin Hasan santri dari Imam Al Laits bin Sa’d.
Sedangkan guru-guru beliau ketika di Irak adalah, Waki’ bin Jarah, Abu Usamah Hammad bin Usamah Al Kufiyan, Ismail bin Ulyah, dan Abdul Wahab bin Abdil Majid Al Bashriyan. Ngomong-ngomong kita sudah belajar ke mana saja atau hanya sampai mana ya?
Saat ia kembali ke Baghdad pada tahun 195 H. atau 810–811 M., Imam Syafi’i disibukkan dengan mengajar dan mengarang kitab. Di Irak, keluasan ilmu Imam Syafi’i dikenal dan makin masyhur, tidak ada majelis keilmuan di Baghdad kecuali majelis taklimnya Imam Syafi’i.
Wafat di Mesir
Imam Syafi’i wafat pada hari Kamis malam, pada usia 55 tahun, di hari akhir bulan Rajab tahun 204 H. di Mesir. Semoga Allah menempatkan beliau di surga-Nya yang indah dan luas. Tentu ilmu yang dihasilkan Imam Syafi’i masih menjadi rujukan masyarakat Islam di dunia yang merupakan amal jariah beliau yang akan terus mengalirkan kemanfaatan kepadanya.
Ah, ayo sahabat, kita kudu mencontoh beliau, berusaha sekuat mungkin untuk menghebatkan niat menjadi orang berilmu dan dimanfaatkan kepada sesama, mumpung badan masih tegar, pikiran masih berbinar, tidak ada alasan untuk kita untuk tidak tampil dengan pribadi yang hebat dan kemanfaatan yang dahsyat. Aamiin
Oleh: H. R. Umar Faruq